shop-triptrus

Trips n Tips

Buah Matoa yang Unik dan Berkhasiat

Papua

Meski punya bentuk dan rasa yang unik, tapi nama buah matoa belum dikenal luas. Buah matoa yang unik dan berkhasiat ini asli berasal dari Papua lho, TripTroops!Buah matoa yang punya nama latin Pometia Pinnata ini tumbuh di pohon tinggi yang bisa mencapai 18 meter dan diameternya bisa mencapai 1 meter. Buah ini sekilas terlihat seperti kedondong, karena bentuknya yang mirip, meski ukurannya lebih kecil. Namun, berbeda dengan kedondong yang kulitnya menempel di daging buah, kulit buah matoa ternyata mudah dikupas, seperti mengupas kulit buah kelengkeng. Jadi TripTroops tidak usah repot mengupas matoa dengan pisau. Cukup dengan menekan dengan ujung kuku saja, maka kulit buah matoa akan mudah terbuka.Di Papua, buah matoa mempunyai dua jenis yang populer, yaitu matoa kelapa dan matoa pepeda. Daging buah matoa kelapa bersifat kenyal tapi kering, sedangkan buah matoa pepeda memiliki daging yang lembek dan sedikit lengket. Daging buah matoa sendiri kurang lebih teksturnya mirip dengan buah rambutan. Tapi, jika rambutan seringkali dagingnya menempel pada biji, buah matoa dagingnya dengan mudah dapat dilepas dari bijinya. Buah matoa biasanya berwarna hijau kemerahan atau keunguan seperti buah manggis.Keunikan lain dari buah matoa adalah aromanya yang sekilas mirip dengan aroma buah durian. Dan saat digigit pun aroma durian itu sedikit terasa di lidah. Meskipun begitu, buah matoa ini sama sekali tidak punya hubungan saudara dengan buah durian. Dan buat matoa juga kaya vitamin C dan vitamin E. Sayangnya, konsumsi berlebih buah matoa dapat menyebabkan "mabuk" karena rasa manis buah matoa berasal dari kandungan glukosa jenuh yang cukup tinggi. Sebagai informasi, vitamin C mempunyai khasiat untuk daya tahan tubuh dan sebagai antioksidan. Vitamin C dalam buah matoa juga bisa menangkal radikal bebas yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Sementara itu, vitamin E dalam buah matoa dapat bermanfaat buat elastisitas dan kelembaban kulit dan membantu meringankan stress, meningkatkan kesuburan, serta dapat meminimalkan resiko penyakit kanker dan jantung koroner.Buah matoa biasanya berbuah satu kali dalam setahun, yaitu antara bulan Juli sampai Oktober. Di Papua, buah matoa tumbuh tersebar dari dataran rendah hingga ketinggian + 1200 mdp; (meter di atas permukaan laut. Untuk dapat tumbuh subur, buah matoa memerlukan curah hujan yang tinggi (lebih dari 1200 mm/tahun). Pohon matoa juga tidak perlu perawatan yang rumit karena pohon dan buah matoa cukup kebal terhadap gangguan serangga. Buah matoa yang sudah dipetik tidak dapat bertahan lama di luar lemari es, jadi kalau TripTroops beli buah matoa dan ingin buahnya tetap segar lebih lama, jangan lupa untuk disimpan di dalam kulkas ya. Tapi tampaknya susah untuk menahan diri tidak menghabiskan buah matoa. Karena sekali coba, besar kemungkinan kamu baru bisa berhenti makan setelah buahnya habis.

...more

Wisata Laut Di Pulau Pahawang

Pesawaran, Lampung

Pulau Pahawang dan beberapa pulau di sekitarnya mulai banyak dikunjungi traveler nusantara dan manca negara Selatan. Kalau selama ini Provinsi Lampung banyak dikenal dengan obyek wisata seperti Gunung Krakatau, Taman Nasional Way Kambas atau Teluk Kiluan, kini wilayah Lampung Selatan mulai jadi favorit para penggemar wisata bahari. Pahawang adalah nama desa yang terletak di kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesaran. Pulau seluas 1.084 hektar yang terletak tidak jauh dari Teluk Punduh ini terbagi menjadi dua pulau, yaitu Pahawang Besar dan Pahawang Kecil. Pulau Pahawang punya enam desa, yaitu Suakbuah, Penggetahan, Jeralangan, Kalangan, Pahawang, dan Cukuhnyai.Untuk mencapai Pulau Pahawang, traveler harus menggunakan perahu motor selama kurang lebih satu jam perjalanan dari Dermaga Ketapang, kecamatan Padang Cermin. Perjalanan menuju Pulau Pahawang Besar bisa dinikmati dengan melihat jernihnya air laut dan berbagai satwa laut yang dapat terlihat dari perahu yang ditumpangi. Perahu biasanya akan membawa ke Pulau Pahawang Besar, yang merupakan tempat tinggal sebagian besar penduduk. Para traveler biasanya menginap di penginapan atau homestay yang terdapat di Pulau Pahawang Besar. Untuk menikmati alam bawah air dan pemandangan di sekitar Pahawang, traveler dapat menggunakan perahu motor yang dapat disewa untuk satu hari penuh. Gugus karang di bawah laut Pulau Pahawang terasa sungguh menakjubkan. Ditambah air laut yang berwarna hijau toska serta ikan-ikan yang berkeliaran di antara karang membuat kita betah berlama-lama snorkeling di sini. Perahu juga bisa mampir di Pulau Pahawang Kecil, yang jaraknya 10 menit dari Pulau Pahawang Besar. Di Pulau Pahawang Kecil ini terdapat satu cottage pribadi yang dimiliki oleh warga negara asing. Pemandangan pasir putih di pantai serta latar belakang barisan bukit ditambah suasana yang tenang membuat Pulau Pahawang Kecil jadi sulit untuk ditinggalkan. Di Pahawang Kecil ada sebuah area bernama Tanjung Putus yang menyambungkan antara Pulau Tanjung Putus dan Pulau Pahawang Keci. Nama Tanjung Putus diberikan karena apabila air laut pasang jembatan alami ini terendam air, sehingga hanya dapat dijejaki jika air berada dalam kondisi surut. Tanjung Putus juga merupakan salah satu spot menyelam atau snorkeling favorit traveler.  Spot snorkeling lain yang diminati oleh para traveler di sekitar Pulau Pahawang adalah Pulau Kelagian. Kelagian berjarak sekitar 45 menit dari Pahawang Besar. Sama seperti spot-spot snorkeling di Pahawang dan Tanjung Putus, Pulau Kalegian juga memiliki pemandangan alam bawah laut yang menawan. Pulau Kalegian juga memiliki pemandangan matahari terbenam yang luar biasa indahnya. Jadi, jangan lupa untuk menyaksikan ini sambil beristirahat setelah seharian sibuk snorkeling.

...more

Tradisi Ojung Meneteskan Darah Untuk Hujan

Bondowoso, Jawa Timur

Di setiap akhir musim kemarau, Desa Tapen, Kecamatan Bondowoso, Jawa Timur, orang-orang berkumpul untuk menyaksikan ritual Ojung. Ritual ini dilakukan sebagai permohonan turunnya hujan kepada Tuhan. Seperti apa ritual Ojung ini? Baca terus di sini.Ritual Ojung yang unik ini tidak hanya dilakukan di Bondowoso saja. Ritual ini juga dilakukan di Pulau Madura dan di Tengger, Gunung Bromo. Yang membedakan antara ritual Ojung di Bondowoso dan Madura dengan yang di Tengger adalah waktu pelaksanaannya. Di Bondowoso dan Madura, Ojung dilakukan untuk mengundang turunnya hujan setelah musim kemarau, sementara di Tengger, Ojung diadakan tiap perayaan hari raya Karo. Dalam Ojung, dua orang pria berhadapan dengan bertelanjang dada sambil menggenggam erat sebatang rotan. Saat musik dimainkan, kedua pria tersebut bergoyang mengikuti alunan musik. Tidak hanya itu saja, rotan yang dipegang kemudian digunakan untuk saling menyabet lawan. Dari luka yang meneteskan darah, diharapkan akan dapat mengundang turunnya hujan. Untuk memulai ritual Ojung, diperlukan dua orang pria, satu orang wasit, satu orang pendamping untuk tiap petarung Ojung, dan dua orang yang akan menandai luka akibat sabetan rotan. Di Madura, para petarung Ojung harus mengenakan pelindung muka dan kepala yang terbuat dari sabut kelapa. Tapi di Bondowoso, petarung Ojung hanya mengenakan kopiah dan odheng (ikat kepala) yang diikatkan di pinggang. Meskipun begitu, ada larangan untuk menyabetkan rotan ke bagian muka atau kepala. Daerah target sabetan hanyalah bagian leher, dada, perut, lengan atas, dan punggung.Tiap pertandingan Ojung terdiri dari tiga ronde. Tiap ronde para petarung harus berusaha mendaratkan sebanyak-banyaknya pukulan rotan ke tubuh lawannya. Tiap luka yang timbul akan segera diberi tanda oleh kedua orang yang bertugas. Setelah tiga ronde berakhir, peserta yang menyabetkan luka paling banyak dinyatakan sebagai pemenang. Ritual Ojung ini juga dianggap sebagai tanda keberanian mental dan kejantanan para pesertanya. Namun, meski bersifat Ojung bersifat keras dan para petarungnya saling melukai, tiap selesai satu pertandingan kedua peserta harus tetap bergoyang dan bersalaman untuk menunjukkan tidak adanya permusuhan atau dendam setelah acara ini selesai.Ojung biasanya dilaksanakan tiap bulan kedelapan penanggalan Madura, yaitu bulan Rebbe. Di bulan ini masyarakat Madura dan Bondowoso mengadakan slametan desa yang dinamakan Gadhisa. Acara ini dilakukan untuk menjaga desa dari bencana atau hal-hal yang tidak diinginkan. Sehari setelah Gadhisa, para penduduk baru mengadakan ritual Ojung. Jika dulu Ojung hanya boleh diikuti oleh peserta berumur 21-50 tahun, kini banyak peserta berumur 10-20 tahun yang mengikuti Ojung.Jangan lupa masukkan ini sebagai salah satu agenda tujuan trip kamu.

...more

Misteri Candi Sukuh

Karanganyar, Jawa Tengah

Di bagian barat lereng Gunung Lawu, tepatnya di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, sebuah bangunan bernama Candi Sukuh yang menyimpan misteri tersendiri. Sebagai salah satu dari beberapa candi yang terdapat di kaki Gunung Lawu, Candi Sukuh memiliki keunikan baik dalam hal bentuk bangunan dan relief serta patung-patung yang berada di sekitarnya. Di pertengahan abad ke-15, Kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran, dengan masuknya agama Islam yang menyebabkan makin berkurangnya penganut agama Hindu di Jawa. Tapi di saat itu para penguasa Majapahit mendirikan Candi Sukuh di kaki Gunung Lawu, yang dianggap sebagai tempat sakral untuk memuja para arwah leluhur dan sebagai perlambang kesuburan. Maka tidak heran apabila di Candi Sukuh ditemukan banyak relief lingga dan yoni, perlambang alat kelamin pria dan wanita.Sir Thomas Raffles, penguasa Jawa pada masa itu, mengunjungi Candi Sukuh dan melihat kondisi candi itu dalam keadaan yang penuh kerusakan. Banyak patung yang dirusak, bahkan sebuah patung lingga berukuran besar pecah menjadi dua bagian. Raffles menyimpulkan bahwa perusakan ini dilakukan oleh para penganut agama Islam di abad 16, berdasarkan pola kerusakan yang sama di daerah-daerah yang menjadi titik penyebaran agama Islam.Berbeda dengan kebanyakan candi agama Hindu lainnya, Candi Sukuh tidak menghadap ke arah terbitnya matahari, melainkan menghadap ke arah barat. Selain itu, bentuk bangunannya juga berbeda. Bisa dibilang bahwa bangunan Candi Sukuh sekilas mirip dengan bangunan suku Maya di Amerika Selatan yang lebih mirip dengan piramid terpotong yang dikelilingi oleh monolit dan patung-patung besar. Bentuk bangunan Candi Sukuh lebih menyerupai trapesium dengan tiga teras bertingkat dengan satu anak tangga di bagian tengah sisi depan candi tersebut. Bentuk ini diperkirakan dibuat karena semakin berkurangnya pengaruh agama Hindu, yang menyebabkan pembuat candi kembali menggunakan desain dengan pola animisme.Saat memasuki Candi Sukuh, jelas terlihat relief yang menggambarkan hubungan badan dengan penggambaran lingga dan yoni. Tapi jangan berpikiran kotor dulu, TripTroops, bentuk-bentuk itu merupakan lambang untuk menghilangkan atau menyembuhkan segala kekotoran di dalam hati. Dahulu, di puncak Candi Sukuh terdapat sebuah patung lingga berukuran sekitar 1,8 meter. Patung ini kemudian dipindahkan untuk ditampilkan di Museum Nasional di Jakarta. Di sisi sayap utara gapura pintu masuk Candi Sukuh terdapat relief raksasa yang menggigit ekor ular. Relief ini merupakan lambang dari sengkalan memet (lambang tahun pembuatan) yaitu tahun 1359 Saka atau 1437 Masehi. Tahun itu dianggap sebagai tahun diselesaikannya pembuatan Candi Sukuh. Sementara itu, di sisi selatan terdapat relief raksasa memakan manusia, yang juga merupakan sangkalan memet dengan arti yang sama dengan gapura sisi utara.Selain bangunan candi, di Candi Sukuh juga dapat ditemui berbagai relief, seperti relief Bima yang menempa keris bersama Ganesha dan Arjuna. Lalu ada pula relief Dewi Kala yang berubah jadi raksasa yang ingin memangsa Sadewa yang berada dalam keadaan terikat. Selain itu, ada beberapa patung berbentuk garuda yang berukuran cukup besar, serta beberapa patung dengan bentuk pria yang sedang menggenggam (maaf) alat kelaminnya.Untuk mencapai Candi Sukuh, TripTroops bisa menggunakan jalur Solo, dengan menaiki bus jurusan Solo-Tawangmangu. Sebelum sampai di Terminal Tawangmangu, turunlah di Terminal Pandan dan menaiki bus atau angkot menuju Pertigaan Nglorog. Sesampai di sana, Candi Sukuh bisa dicapai dengan menaiki ojek - kendaraan satu-satunya yang menuju Candi Sukuh karena jalannya yang cukup terjal. Kalau TripTroops tidak biasa berjalan di jalur menanjak yang terjal, disarankan untuk menumpangi ojek. Dan dengan menambah sedikit biaya, ojek dapat diminta menunggu karena tidak ada kendaraan yang menunggu di Candi Sukuh. Untuk masuk ke Candi Sukuh juga tidak mahal. Ada sedikit biaya untuk membayar tiket yang harganya berbeda untuk pengunjung lokal dan pengunjung mancanegara.

 

Photos courtesy of: Wikipedia

...more

Menikmati Sagu dari Barat Sampai Ke Timur

Indonesia

TRIPTRUS - Indonesia sebagai salah satu negara produsen beras terbesar di dunia juga merupakan bangsa yang paling banyak mengonsumsi beras. Rata-rata orang Indonesia menghabiskan 135 kilogram (kg) beras dalam bentuk nasi per tahunnya. Angka ini jauh lebih besar dari Thailand yang rata-rata penduduknya menghabiskan 60-75 kg per tahunnya. Tapi ada beberapa daerah di Indonesia yang memiliki makanan pokok dalam bentuk lain.Salah satu makanan pokok di Indonesia adalah sagu. Makanan yang lebih sering terlihat dalam bentuk tepung ini memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi tapi memiliki kandungan lemak yang rendah, sehingga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes karena tidak cepat meningkatkan kadar glukosa di dalam darah. Makanan yang berasal dari pohon sagu ini pun ternyata berguna meningkatkan kekebalan tubuh karena dapat berfungsi sebagai prebiotik. Kadar serat yang tinggi dalam sagu juga cocok untuk yang sedang diet menurunkan berat badan, karena lebih cepat merasa kenyang saat memakan sagu.Di Indonesia, sagu diolah jadi berbagai macam makanan dan minuman , seperti cenil, ongol-ongol, cendol, Dan hal lain yang tidak banyak diketahui, sagu dinikmati oleh orang Indonesia mulai dari Aceh hingga ke Papua sebagai makanan pooko. TripTroops penasaran apa saja bagaimana cara menikmati sagu? Ayo lihat berbagai variasi menikmati hidangan khas sagu dari berbagai daerah di Indonesia.SimelueDi Kabupaten Simelue, Provinsi Aceh, Sagu biasanya dimakan seperti nasi. Sari pati sagu dimasak di dalam wajan tanpa minyak hingga berwarna kecoklatan. Sagu kering ini disantap dengan ikan bakar tanpa kuah saat masih panas. Meski rasanya tawar, tapi aroma wangi sagu yang dimasak akan membuatnya jadi sedap, apalagi jika ditambah sambal pedas dan ikan bakar yang baru dipanggang. Selain itu, ada beberapa masakan khas Simelue yang menggunakan sagu seperti Lompong Sagu, Sanggal Batouk, Martabak Tabbaha dan Tabbaha Longon.PalopoLangsung lompat ke Pulau Sulawesi. Di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, sagu dinikmati dalam bentuk makanan bernama Kapurung. Kapurung adalah sagu dicampur dengan sayur berkuah yang ditambahkan ikan, udang daging (ayam atau sapi) dan bumbu kacang tanah yang digiling kasar. Makanan khas masyarakat daerah Luwu juga dikenal dengan nama Pugalu. Berbeda dengan Papeda dari Maluku dan Papua atau Sinonggi dari Kendari, bubur sagu dalam Kapurung dibentuk bulat-bulat sedikit lebih besar dari bakso. Kapurung yang dinikmati saat masih panas dengan kuah berasa asam dari perasan jeruk purut dan potongan cabai adalah makanan favorit masyarakat Luwu untuk makan siang. KendariDi Kendari, Sulawesi Tenggara, Sagu diolah menjadi Sinonggi, makanan khas Suku Tolaki. Meski tampilannya hampir mirip dengan Papeda, cara menikmati Sinonggi sedikit berbeda. Sinonggi disantap dengan mencampurkan bubur sagu langsung dengan kuah ikan, sayur dan sambal dabu-dabu. Penikmat Sinonggi bisa melahapnya dengan sayur bening atau sayur santan. Ditambah pula dengan kuah ikan atau kuah daging yang dimasak tawooloho. Tawooloho berarti dimasak dengan daun belimbing asam. Nama sinonggi sendiri berasal dari kata Posonggi, yaitu bahasa Tokaki yang berarti alat mirip sumpit yang digunakan untuk mendulang sinonggi dari wadahnya. Untuk memindahkan sinonggi dari wadah ke dalam piring harus membuat buntalan sinonggi dengan menggunakan sumpit yang disediakan.

Masyarakat Tolaki punya cara khas untuk menikmati sinonggi, yang disebut mosonggi, yaitu menyuap sinonggi dengan tangan, menyeruput kuah langsung dari piring atau mangkuk, sambil duduk di lantai. Enggak usah ja-im (jaga image) saat mosonggi, karena tradisi mosonggi biasa dilakukan pada saat makan bersama keluarga atau perayaan.Maluku dan PapuaDi Maluku dan Papua, Sagu merupakan makanan pokok karena dahulu beras sulit untuk ditemukan. Bubur sagu diberi nama papeda. Seperti Sinonggi, papeda juga diambil dari wadahnya menggunakan tongkat kayu mirip sumpit. Yang membuat papeda berbeda dari sinonggi adalah papeda biasanya dinikmati dengan kuah ikan dan tidak menggunakan daging. Ikan yang digunakan bisa berupa ikan tongkol, ikan gabus, kakap merah, bobara, hingga ikan kue. Papeda juga disertai dengan sayur ganemo yang terbuat dari daun melinjo muda dan bunga pepaya muda yang ditumis dengan tambahan cabai merah. Rasa kuah ikan yang asam dan segar bercampur sedikit rasa pahit dari bunga pepaya akan membuat pengalaman menikmati papeda jadi penuh dengan rasa yang berbeda.Photos courtesy of: Wikipedia

...more

Menangkap Berkah Bau Nyale

Lombok, Nusa Tenggara Barat

Pilih trip yang kamu inginkan ke Lombok di TripTrus: http://triptr.us/Bw

TRIPTRUS - Pada bulan Februari atau Maret tiap tahunnya, bertepatan dengan tanggal 20 bulan ke-10 penanggalan Suku Sasak, orang-orang berkumpul di Pantai Seger, Lombok, untuk melakukan ritual Bau Nyale. Bau Nyale sendiri berarti menangkap (Bau) cacing laut (Nyale). Tradisi ini dilakukan untuk menyambut musim panen padi yang akan dilakukan tidak lama setelah Bau Nyale. Tradisi Bau Nyale dimulai dari legenda masyarakat Lombok mengenai seorang putri bernama Putri Mandalika. Alkisah dari cerita rakyat Lombok, Putri Mandalika, anak dari Raja Tonjang Beru, memiliki wajah yang amat cantik dan disayangi oleh rakyatnya. Karena itu, puluhan pangeran datang untuk melamar Putri Mandalika. Untuk menunjukkan kehebatan diri mereka, para pangeran itu berperang satu sama lain yang mengakibatkan korban berjatuhan. Berita itu pun sampai ke telinga Mandalika. Sang putri meminta izin ayahnya untuk bertapa demi mendapatkan petunjuk dari para dewa. Dari pertapaannya, Mandalika mendapatkan petunjuk untuk mengakhiri peperangan itu. Satu cara adalah dengan memilih salah satu pangeran yang akan menjadi suaminya, atau mengorbankan dirinya agar tidak ada pemenang dan tidak ada yang merasa iri pada pilihan Mandalika. Putri Mandalika mengumpulkan para pangeran di pinggir Pantai Seger Kuta pada hari ke 20, bulan ke 10. Putri Mandalika meminta para pangeran untuk hadir sebelum matahari terbit, sehingga beberapa pangeran sudah tiba di pantai itu dua hari sebelumnya. Pantai Seger Kuta pada hari itu dipenuhi oleh para pangeran yang ingin mempersunting Mandalika serta para rakyat yang ingin mengetahui pilihan Putri yang mereka sayangi itu. Mandalika tiba dengan menggunakan kereta kuda dan mengenakan pakaian terbaiknya. Sambil berdiri di atas batu karang, Mandalika pun mengumumkan keputusannya. Mandalika mengumumkan bahwa dia memilih untuk mengorbankan dirinya untuk mengakhiri peperangan yang terjadi karena dirinya. Tidak lama setelah itu, Mandalika pun terjun ke dalam laut. Orang-orang yang hadir pun dikerahkan oleh raja untuk menemukan Putri Mandalika, tetapi mereka tidak dapat menemukan sang putri. Yang mereka temukan hanya ribuan nyale dengan berbagai warna di pinggir pantai. Sejak saat itu, orang-orang meyakini bahwa Putri Mandalika telah berubah menjadi nyale dan hingga kini keyakinan itu masih dipegang oleh Suku Sasak. Kini, perayaan Bau Nyale dilakukan untuk mengenang Putri Mandalika dan meramalkan panen yang akan datang. Orang-orang yang berpartipasi harus hadir sebelum matahari terbit dan mulai mengumpulkan nyale pada saat air laut surut, yaitu sekitar pukul 3 sampai 5 di sore hari. Para peserta yang menangkap nyale menyanyikan lagu dan pantun suku Sasak. Seorang pemuka adat lalu melihat jumlah nyale yang berhasil dikumpulkan. Semakin banyak nyale yang berhasil ditangkap, itu berarti panen padi akan semakin berlimpah. Nyale yang ditangkap kemudian akan dimasak menjadi bermacam hidangan atau bahkan dimakan mentah-mentah.

Di seberang Lombok, di Pulau Sumba, tradisi Bau Nyale juga dilakukan sebelum melakukan Pasola, sebuah ritual yang juga dirayakan untuk menyambut panen padi.

Photos courtesy of: Wikipedia

...more

Peninggalan Pusat Kekuasaan Majapahit di Trowulan

Trowulan, Jawa Tengah

Ikuti trip ke Trowulan di TripTrus: http://triptr.us/Bu

TRIPTRUS - Nama Kerajaan Majapahit pada masa jayanya dikenal di seluruh penjuru Asia. Meski berkedudukan di Pulau Jawa, jangkauan kekuasaan Majapahit meliputi seluruh Asia Tenggara. Bahkan penguasa Mongol pada masa itu, Kubilai Khan, tidak berhasil membuat Majapahit bertekuk lutut. Sisa-sisa sepak terjang Kerajaan Majapahit yang terjadi lebih dari 700 tahun yang lalu, peninggalan pusat kekuasaan Majapahit dapat dilihat di Situs Trowulan dan Museum Majapahit.Trowulan yang berada di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, awalnya ditemukan oleh Gubernur Jawa, Sir Thomas Raffles pada tahun 1811. Reruntuhan kuno itu tersebar di area hutan luas yang membuatnya sulit untuk dieksplorasi. Selain itu, banyak peninggalan Majapahit yang dicuri oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Mulai dari segala jenis perhiasan, koin emas, tembikar, hingga batu bata, tidak luput dari penjarahan oleh para pencuri. Oleh karena itu, didirikanlah Museum Trowulan yang kali pertama berdiri pada tahun 1932 hasil rancangan Henri Maclaine Pont, seorang arsitek yang juga merancang Aula Institut Teknologi Bandung. Pemerintah Indonesia memugar museum itu pada awal tahun 1980-an dan meresmikannya pada tahun 1987.Situs Trowulan merupakan salah satu situs warisan dunia yang ditetapkan oleh badan internasional milik PBB, UNESCO, dengan tujuan untuk melindungi situs itu dari penjarahan dan menjaga pelestariannya. Dengan luas kurang lebih 100 kilometer persegi. Pada awal ditemukan, Trowulan dianggap sebagai area pemukiman para warga Majapahit. Namun belakangan ditetapkan bahwa Trowulan merupakan pusat kekuasaan Kerajaan Majapahit, setelah ditemukannya banyak peninggalan yang dapat mendukung argumen itu. Ditambah pula, penjelasan kitab Kakawin Nagarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca. Trowulan sempat dihancurkan pada tahun 1478 saat Girindrawardhana berhasil mengalahkan Raja Kertabumi dan memindahkan ibukota Kerajaan Majapahit ke Daha (Kediri).Untuk berkunjung ke Trowulan juga tidak terlalu sulit. Dari Surabaya butuh waktu perjalanan sekitar 1 jam melewati rute Surabaya-Sidoarjo-Mojokerto. Trowulan berada di perlintasan Jalan Raya Surabaya-Jombang. Ciri khas desa Trowulan adalah banyaknya pengrajin batu, salah satu mata pencaharian masyarakat desa tersebut. Lalu untuk masuk ke situs Trowulan tidak ditarik biaya sama sekali. Tiap harinya ada ratusan orang yang mengunjungi Trowulan untuk bersembahyang, mengingat Kerajaan Majapahit dahulu menganut ajaran agama Hindu, hingga kini banyak umat Hindu yang datang karena mempercayai bahwa di situ adalah tempat persinggahan para dewa-dewa.Banyak yang bisa dikunjungi di situs Trowulan. Ada lima belas titik yang bisa TripTroops kunjungi. Misalnya Candi Wringin Lawang, yang konon adalah pintu gerbang Kerajaan Majapahit. Lalu ada Candi Tikus, berupa kolam yang di tengahnya ada sebuah candi kecil. Situs ini diberi nama Candi Tikus karena pada saat ditemukan pada tahun 1914, candi itu merupakan sarang bagi ribuan tikus. Tidak jauh dari Candi Tikus ada Kolam Segaran. Kolam ini bisa dibilang istimewa karena dahulu ini merupakan tempat pemandian bagi prajurit Majapahit dan tempat berekreasi para bangsawan. Kolam ini ditemukan Henry Maclaine Pont pada tahun 1926. Ada pula Gapura Bajang Ratu, yang oleh masyarakat setempat dikaitkan dengan legenda Raja Jayanegara yang ketika masa kecil terjatuh di gapura ini dan mengakibatkan cacat pada tubuhnya. Bajang Ratu sendiri berarti Raja yang kerdil atau cacat. Sekitar 10-15 menit perjalanan dengan kendaraan bermotor, dapat ditemukan Makam Putri Cempa. Makam yang bercorak bangunan Islam ini dipercaya sebagai makam salah satu istri atau selir raja Majapahit yang berasal dari Champa (Vietnam). Putri Cempa dikabarkan wafat pada tahun 1448 dan merupakan seorang muslimah yang menikah dengan salah seorang raja Majapahit yang berhasil dibujuk untuk memeluk agama Islam. Di salah satu bagian Situs Trowulan juga terdapat kompleks pemakaman Troloyo di Desa Sentonorejo yang di dalamnya terdapat beberapa batu nisan bercorak Islam. Makam-makam di Troloyo disebut sebagai pemakaman tertua bagi kaum muslim yang pernah ditemukan di Indonesia.Yang tidak boleh dilewatkan saat berkunjung ke Trowulan adalah Museum Trowulan. Museum dengan luas 5,7 kilometer persegi ini menjadi tempat dipamerkannya berbagai koleksi dari hasil temuan di situs Trowulan. Saat ini museum itu lebih dikenal dengan nama Museum Majapahit dan juga menyimpan relik arkeologis dari berbagai situs arkeologi di Jawa Timur. Mulai dari zaman Raja Airlangga, Kediri, Singasari, dan tentunya Majapahit.

Satu hal yang perlu diingat saat mengunjungi Situs Trowulan dan Museum Trowulan adalah agar tidak merusak lokasi atau benda-benda yang berada di sana.

Photos courtesy of: Wikipedia

...more

Delapan Kuliner Khas Purwokerto

Purwokerto, Jawa Tengah

TRIPTRUS - Kalau TripTroops berencana mampir ke Kota Purwokerto, jangan lupa untuk mencicipi beberapa kuliner khas Purwokerto. Ingin tahu apa saja delapan makanan yang bisa dinikmati di Purwokerto? Scroll ke bawah untuk infonya!1. Mendoan

Salah satu produk turunan yang paling terkenal dari biji kedelai adalah tempe. Penganan yang terbuat dari kedelai ini tinggi kandungan protein dan seratnya. Purwokerto terkenal sebagai kota asal mendoan dan mendoan dapat ditemukan di seluruh penjuru kota. Mendoan dibuat dari tempe yang dipotong tipis dan dibalut dengan adonan tepung berbumbu lalu digoreng sebentar dengan minyak panas. Paling enak kalau dinikmati saat masih panas dengan cocolan kecap atau saus sambal atau cabe rawit.

2. Soto

Di sebuah daerah bernama Sokaraja terdapat Yang membedakan Soto Sokaraja dengan soto-soto lainnya adalah digunakannya kuah kacang serta kerupuk dengan berbagai warna yang membuat tampilan soto jadi cerah. Soto yang dimakan dengan menggunakan ketupat ini diseduh dengan kuah kaldu kental yang gurih serta manis dan tentunya membuat pelanggan ingin segera menambah satu porsi lagi. Satu tempat lagi untuk menikmati soto adalah di Jalan Bank. Kabarnya, Presiden SBY juga pernah makan soto ini, lho. Harganya juga relatif terjangkau sehingga tidak akan membuat kantong menjerit. Ada dua jenis soto yang dapat dinikmati, yaitu dengan daging ayam atau daging sapi. Kenapa harus memilih? Sikat saja dua-duanya!

3. Lumpia

Kalau di Semarang lumpia dikenal sebagai makanan ringan, di Purwokerto lumpia bisa juga dijadikan lauk. Dan lumpia di sini berbeda dengan lumpia di Semarang. Lumpia di Purwokerto diberi nama Lumpia Bom. Nama itu diberikan karena ukurannya yang besar, sekitar 15-20 cm dengan diameter sekitar 4-6 cm. Lumpia disajikan beserta nasi dan lalapan serta ditemani oleh sambal yang pedas. Isinya juga bukan  rebung, tetapi menggunakan berbagai sayuran segar yang dicampur bahan-bahan lain seperti telur, daging, atau sea food. Kalau makan satu porsi tidak kenyang, tidak usah malu-malu untuk menambah satu porsi lagi.

4. Gethuk Goreng

Tenang, bukan salah ketik, kok. Kalau biasanya gethuk yang terbuat dari umbi-umbian dan diolah dengan cara direbus, di Purwokerto ada gethuk yang digoreng. Gethuk goreng juga terbuat dari singkong atau ketela dicampur dengan gula jawa. Paling nikmat dinikmati dalam keadaan masih panas saat sore hari sambil minum teh atau kopi.

5. Lanting

Sekilas bentuknya mirip onion ring, tetapi cemilan khas Purwokerto ini terbuat dari tepung yang digoreng dan berbentuk cincin. Harga sebungkus lanting bervariasi, tapi relatif tidak mahal dan bisa jadi teman yang asik sambil bengong atau sambil berkumpul dengan teman.6. Keripik Tempe

Satu lagi makanan berbahan baku tempe yang dibuat di Purwokerto, yaitu keripik tempe. Jika mendoan dibuat dari potongan tempe yang agak tebal, keripik tempe dibuat dari potongan tipis tempe yang dibalut tepung dan digoreng hingga garing. Adonan tepung yang membalut keripik tempe tidak menggunakan jintan, tetapi tidak mengurangi kerenyahan dan kenikmatannya. Mau untuk cemilan? Bisa! Mau untuk menambah lauk makan? Juga bisa!7. Bakmi

Yang membuat Bakmi Purwokerto berbeda dengan tempat lainnya adalah mie lebar yang digunakan. Mie lebar yang mirip dengan kwetiauw dimasak bersama bahan dan bumbu di atas tungku arang yang memberikan aroma tambahan dan menambah kenikmatan bakmi. Bakmi yang dipesan bisa berupa bakmi goreng, bakmi rebus, atau versi nyemek, yaitu bakmi goreng dengan kuah. Jangan lupa tambahkan sambal pedas biar lebih nendang.8. Serabi

Serabi Purwokerto juga berbeda dengan Surabi Bandung atau Serabi Solo. Meski serabi Purwokerto terbuat dari bahan yang sama dengan dua saudaranya. Tapi yang membedakan adalah adonan manis yang berada di tengah serabi. Jadi, bayangkan serabi dengan pinggiran putih serta bagian tengah berwarna coklat yang manis dan gurih. Lalu bayangkan memakannya perlahan-lahan dari pinggirannya yang berwarna putih belum melahap bagian tengahnya yang berwarna coklat. Hmmm....Sudah selesai mengelap air liurnya, TripTroops? Kalau gitu segera daftar Festival Petualang Nusantara #3 di sini (http://triptr.us/uW) lalu mampir di Purwokerto sebelum atau sesudah FPN untuk mencicipi semua makanan ini!

...more

Mistisnya Permainan Bambu Gila

Kepulauan Maluku

TRIPTRUS - Tanaman bambu yang serba bisa dikenal di hampir seluruh negara Asia dan Amerika Selatan sebagai tanaman yang batangnya punya banyak kegunaan. Mulai dari menjadi bahan baku pembuatan rumah, rakit, tangga, dan lain-lainnya.  Tapi di Maluku, bambu juga digunakan sebagai permainan mistis yang seru. Permainan "Bambu Gila", atau Buluh Gila atau Bara Suwen adalah permainan yang membuat para pemainnya menyentuh dunia supranatural.Untuk memainkan bambu gila, diperlukan sebatang bambu berdiameter 8 cm atau lebih dengan panjang kurang lebih 2,5 meter dengan jumlah ruas yang ganjil. Para pemain yang memegang bambu biasanya berjumlah tujuh orang ditambah satu orang pawang yang membacakan mantra sambil menghembuskan asap kemenyan ke bambu. Kemenyan dibakar di dalam sebuah wadah tempurung kelapa yang dipegang oleh sang pawang. Sambil mengucapkan mantra dalam bahasa tanah (salah satu bahasa tradisional Maluku), asap kemenyan perlahan-lahan dihembuskan. Kemenyan dan mantra digunakan untuk memanggil roh leluhur yang akan memberikan kekuatan mistis pada bambu. Bambu yang dipeluk oleh para pemain bambu pada awalnya memang terasa tidak terlalu berat, tapi lama-kelamaan bambu mulai bergerak seakan ingin lepas dari pelukan para pemainnya. Permainan pun dimulai ketika pawang yang berkomat-kamit membaca mantra meneriakkan, "Gila, gila, gila!" Bambu mulai meronta seakan memiliki jiwa sendiri. Ketujuh pemain yang memegang bambu harus berusaha sekuat tenaga untuk menahan bambu. Bambu "hidup" itu bergerak mengikuti asap kemenyan dari tempurung yang dipegang pawang. Ke mana asap bergerak, bambu akan mengikuti asap tersebut dan para pemain harus berjuang untuk menahan bambu agar tidak lepas dari dekapan mereka. Ditambah pula alunan irama musik yang mengiringi seolah menambah gilanya bambu yang dipegang para pemain. Bambu gila akan diakhiri apabila ada pemain yang jatuh pingsan saat memegang bambu atau tempurung yang dipegang pawang dijatuhkan terbalik di tanah. Tetapi gerakan mistis bambu baru akan benar-benar hilang setelah pawang memberi makan berupa api dari kertas yang dibakar sambil membacakan mantra.Tidak sembarang bambu yang bisa digunakan untuk bambu gila. Bambu harus merupakan bambu lokal daerah tersebut. Selain itu, bambu harus terlebih dahulu dipilih serta dipotong dengan menggunakan ritual tertentu. Pawang bambu gila juga harus meminta izin para roh yang menghuni hutan bambu. Selanjutnya, bambu dibersihkan dan dicuci dengan ramuan minyak khusus dan dihias dengan kain pada tiap ujungnya.Permainan tarian bambu gila diperkirakan sudah dimulai sebelum masa masuknya agama Islam dan Kristen di Kepulauan Maluku. Kini, tarian bambu gila dilakukan pada saat perayaan-perayaan tertentu saja. Tertarik melakukannya?

 

Photos courtesy of: Indonesia Travel, Wikipedia

...more

Tujuh Pilar Pulau Jawa

Pulau Jawa

Mau mendaki salah satu dari tujuh pilar Pulau Jawa? Ikut tripnya di: http://triptr.us/Bt

TRIPTRUS - Sebagai negara yang masuk ke dalam jajaran Ring of Fire (cincin api), yaitu barisan gunung berapi di sekitar Samudera Pasifik, Indonesia juga terkenal dengan banyak gunung berapi. Pulau Jawa sendiri memiliki puluhan gunung berapi, baik yang aktif maupun tidak aktif. TripTrus akan mengajak kamu untuk melihat tujuh puncak tertinggi di Pulau Jawa yang terkenal dengan julukan Seven Summits of Java (Tujuh Puncak Pulau Jawa).1. Gunung Semeru

Gunung yang terletak di antara Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, ini merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan puncak Mahamerunya yang mencapai 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl). Untuk mendaki Semeru butuh persiapan dan keahlian serta daya tahan tubuh yang cukup, mengingat butuh empat hari untuk naik dan turun di Semeru. Ada dua jalur pendakian yang sering digunakan oleh para pendaki, yaitu lewat Kota Malang dan lewat Kota Lumajang. Pada ketinggian 2.400 mdpl di gunung yang merupakan bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ini, para pendaki dapat beristirahat di Danau Ranu Kumbolo yang merupakan tempat untuk mengisi persediaan air. Selain itu ada tiga danau (ranu) lainnya di Semeru, yaitu Ranu Pani, Ranu Regulo dan Ranu Darungan. Pendaki juga disarankan untuk tidak menuju kawah Jonggring Saloko dan mendaki dari sisi selatan. Ini diakibatkan oleh gas beracun (wedhus gembel) dari Janggring Saloko dan aliran lahar. Salah seorang tokoh aktivis pemuda Indonesia, Soe Hok Gie, meninggal di Gunung Semeru akibat menghisap asap beracun pada tahun 1969.

2. Gunung Slamet

Tertinggi kedua setelah Gunung Semeru adalah Gunung Slamet yang berada di berada pada perbatasan Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga dan Pemalang, Provinsi Jawa Tengah. Gunung yang puncak tertingginya berada pada 3.428 mdpl ini merupakan gunung berapi aktif pada keempat kawahnya. Pada pertengahan tahun 2010 hingga tahun 2011 Gunung Slamet sempat ditutup untuk kegiatan pendakian akibat aktivitas pada keempat kawahnya.Salah satu jalur favorit pendakian Gunung Slamet adalah lewat Kawasan Wisata Baturaden. Meski terkenal akan keindahannya, jalur Pada tanggal 8-10 November 2013 ini, kawasan wisata di kaki Gunung Slamet itu akan diramaikan oleh para petualang yang berkumpul untuk menghadiri Festival Petualang Nusantara 2013. 3. Gunung Sumbing

Sama seperti dua gunung sebelumnya, Gunung Sumbing dengan ketinggian 3.371 mdpl terletak di tiga kabupaten Provinsi Jawa Tengah; Kabupaten Magelang, Temanggung, dan Wonosobo, merupakan gunung berapi yang masih aktif. Tepat di sebelah Gunung Sumbing adalah saudara kembarnya, yaitu Gunung Sindoro dengan ketinggian 3.150 mdpl. Lereng Sumbing-Sindoro banyak digunakan sebagai kawasan perkebunan dan dikembangkan menjadi kawasan agrowisata, terutama berupa perkebunan buah kelengkeng, tembakau, vanilla, dan kopi.Di kaki Gunung Sumbing juga terdapat desa wisata Tegalrejo, prasasti Gondosulu, dan pohon Walitis - pohon terbesar di lereng Sumbing-Sindoro. Pohon Walitis ini memiliki tinggi yang mencapai 30 meter dan diameter 7.5 meter. Selain itu, kawasan hutan Rasamala di lereng Sindoro-Sumbing yang terkenal tidak mempan oleh api. Wow.4. Gunung Arjuna

Sama seperti Gunung Sumbing yang memiliki saudara kembar, Gunung Arjuna yang terletak di Kabupaten Malang, Jawa Timur ini bersebelahan dengan Gunung Weilerang. Tapi kita akan bahas saudara kembar Gunung Arjuna ini nanti.Gunung Arjuna memiliki ketinggian 3.339 mdpl dan dikelola oleh Taman Hutan Raya Raden Soeryo. Gunung Arjuna biasa didaki lewat bebera jalur pendakian; yaitu Lawang dari arah Timur, Tretes dari Utara, Batu dari arah Barat, arah Selatan di Karangploso, dan dari Desa Sumberawan di Kecamatan Singosari. Sejak zaman kejayaan Kerajaan Majapahit, Gunung Arjuna sudah dijadikan tempat pemujaan. Maka tidak heran apabila di sepanjang jalur pendakian hingga menuju puncaknya, ditemukan banyak arca dan candi peninggalan Majapahit. Situs-situs candi itu dapat dijumpai apabila pendaki menggunakan jalur pendakian Purwosari di Kabupaten Pasuruan. Gunung Arjuna juga terkenal dengan angin kencang yang bertiup di puncaknya. Puncak Gunung Arjuna dikenal dengan nama Puncak Ogal-Agil atau Puncak Ringgit. 5. Gunung Raung

Di posisi kelima gunung tertinggi di Pulau Jawa adalah Gunung Raung dengan ketinggian 3.332 mdpl. Gunung Raung punya keunikan yang berbeda dengan kebanyakan gunung di Pulau Jawa. Keunikan Raung terletak pada puncaknya yang berbentuk kaldera dengan lebar 2 kilometer dan dalamnya 500 meter. Kaldera ini selalu berasap dan menyemburkan api. Jalur pendakian favorit ke Gunung Raung adalah dari arah Kota Bondowoso. Nama Raung diambil dari angin yang selalu bertiup di puncak gunung ini. Angin kencang itu bertiup dengan kencang seperti meraung-raung di telinga pendengarnya. Angin kencang itu bahkan dapat menghempaskan orang-orang ke dasar jurang yang terjal di kawah puncak Gunung Raung. Dari puncak Gunung Raung, dapat terlihat pemandangan Kota Bondowoso dan Situbondo pada saat malam hari. Jalur lain untuk mencapai Gunung Raung adalah lewat jalur Kalibaru. Untuk mencapai dasar kawah Gunung Raung, tidak terdapat jalur yang jelas. Untuk itu diperlukan tali-temali untuk mencapai dasar kawah gunung ini.6. Gunung Lawu

Tepat di perbatasan Jawa Tengah (Kabupaten Wonogiri) dan Jawa Timur (Kabupaten Magetan), berdiri tegar Gunung Lawu. Gunung ini memiliki tiga puncak, Puncak Hargo Dalem, Hargo Dumling dan Puncak Hargo Dumilah. Di antara ketiga puncak tersebut, Puncak Hargo Dumilah merupakan puncak tertinggi dengan ketinggian 3,265 mdpl. Jalur menuju puncak Gunung Lawu sebagian besar telah tertata dengan baik, membuat gunung ini menjadi salah satu gunung favorit oleh para pendaki pemula karena relatif tidak sulit mencapai puncak tertingginya. Untuk mencapai puncak Gunung Lawu, ada tiga jalur yang dapat digunakan. Jalur Selatan melalui Cemoro Sewu, jalur Barat melalui Cemoro Kandang, dan jalur Srambang yang jarang dilalui orang yang tidak mengenal baik jalur ini.7. Gunung Welirang

Gunung terakhir yang tingginya 3.156 mdpl ini, meski tingginya tidak sama, letaknya yang berdekatan dengan Gunung Arjuna membuat Gunung Welirang mendapatkan julukan sebagai saudara kembar Gunung Arjuna. Dalam bahasa Jawa, "Welirang" berarti belerang. Ini dapat dilihat pada puncak Welirang yang diselimuti asap putih dari kawahnya yang menyemburkan belerang. Hampir mirip dengan Gunung Arjuna, Gunung Welirang dapat didaki dari arah Utara (Tretes), arah Timur (Lawang), dan arah Barat (Batu-Selecta). Di puncak Welirang terdapat tumbuhan endemik yang oleh penduduk setempat diberi nama manis rejo atau cantigi (Vaccinium varingiaefolium). Pohon manisrejo hanya tumbuh di ketinggian 2700 mdpl ke atas. Manisrejo dapat dibuat untuk minuman seperti teh dan buahnya juga dapat dimakan.

Jadi, TripTroops sudah pernah ke gunung yang mana saja? Share dong di-comment di bawah.

...more
ButikTrip.com
remen-vintagephotography
×

...