shop-triptrus



Peradaban Gunung Karst di Ciampea Kabupaten Bogor Terancam Punah

TripTrus.Com - Baraya Kujang Pajajaran (BKP) menyerukan kepada Pemerintah Kabupaten Bogor untuk turun tangan menyelamatkan warisan alam dan cagar budaya di kawasan Gunung Karst (kapur), Desa Cibadak, Kecamatan Ciampea. Ketua BKP Ahmad Fahir berharap agar Bupati Bogor Nurhayanti, memperhatikan kekayaan alam dan cagar budaya yang tersimpan di kawasan Gunung Karst. Dengan menyelamatkannya dari ancaman kepunahan. “Gunung Karst Ciampea menyimpan banyak file sejarah purba nusantara. Gunung ini di ambang kehancuran akibat penambangan,” katanya.       View this post on Instagram Goa ac #gunungkapurciampea #penggiatalam #caving #bogorpisan #bogorjuara #fhotograper @bang_beler @po2rose #po2rose_adventure #pendakidekil #pendakikusam #pendakimiskin #pendakikucel #petzel #petzelgallery A post shared by m.purqon_patoni (@m_alpharizy_al_purkon) onAug 17, 2018 at 8:17am PDT Apalagi, sehari sebelumnya, bertepatan dengan peringatan Hari Santri Nasional (HSN), BKP melakukan ekpedisi ke puncak Gunung Karst Ciampea. Menerjunkan 15 orang, yang dipimpin Gatut Susanta selaku pembina BKP. Menurut Fahir, Gunung Karst memiliki sekitar 25 gua vertikal dan horizontal. Salah satunya Gua AC yang terletak di puncak gunung. “Gua vertikal ini diberi nama AC, karena selalu mengeluarkan angin. Memiliki kedalaman 60 meter, dengan ukuran dasar seluas dua kali lapangan futsal, dan bisa menampung ratusan orang,” sebutnya. Fahir menjelaskan, di atas gua vertikal terdapat punden berundak warisan peradaban purba. Diduga merupakan peninggalan Kerajaan Tarumanagara pada abad ke-5 Masehi atau kerajaan purba Sunda yang sebelumnya yang pernah eksis di Bogor. [Baca juga : "Puncak Terhits Berburu Sunrise Di Bogor, Kunjungi Bukit Batu Roti"] Ditemukan pula beberapa arca. Diantaranya ada Arca Gajah yang kini disimpan di SDN Ciampea 02 dalam kondisi rusak berat. “Lokasi gua vertikal dan kawasan Gunung Kars hanya berjarak sekitar satu kilometer dari Situs Purbakala Prasasti Tapak Gajah Prabu Purnawarman di Muara Cianten, Cibungbulang,” terang Fahir. Diperkirakan usia cagar budaya Gunung Karst sekitar 1.600 tahun, sezaman dengan Situs Tapak Gajah Ciaruteun, atau bahkan lebih kuno, mengingat peradaban megalitikum Salaka Domas yang berusia 5.000 tahun juga terdapat di wilayah Ciampea. Tepatnya di Cibalay, Gunung Salak, Kecamatan Tenjolaya yang baru dimekarkan dari Ciampea pada 2004 silam. “Gunung Karst memiliki fungsi ekologis. Di bawahnya terdapat urat mata air, yang menjadi sumber ketergantungan air bagi puluhan ribu warga Kecamatan Ciampea dan Cibungbulang,” pungkasnya. (Sumber: Artikel bogor.pojoksatu.id Foto bogordaily.net)
...more

Museum Multatuli Rangkasbitung, Destinasi Wisata Sejarah yang Keren Abis!

TripTrus.Com - Museum Multatuli Rangkasbitung di Rangkasbitung, Lebak, Banten tuh museum keren banget buat belajar sejarah, juga tempat wisata sejarah yang gampang dijangkau, deket banget dari ibu kota, dan gratis tiket masuknya. Di museum ini ada 34 artefak asli atau replika yang bisa bikin kita kenal sama sejarah. Buat para wisatawan yang naik Kereta Api atau Commuterline, aksesnya gampang banget, lokasinya deket Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, di Jalan RM. Nata Atmaja, Rangkasbitung, Lebak, Banten. Museum Multatuli itu tempat wisata yang keren banget buat sejarah. Ada beberapa hal menarik di bawah ini! Akses masuknya yang Instagramable, pas mau masuk Museum Multatuli, kita bisa foto-foto dengan pintu masuknya yang bisa diunggah di Instagram buat para wisatawan. Patung tokoh-tokoh roman Max Havelaar Multatuli, Saijah, dan Adinda, pas masuk kawasan museum, kita disambut sama patung Multatuli yang lagi baca buku. Di sampingnya ada rak buku juga. [Baca juga : "Cerita Awal Mula Pulau Pahawang, Dari Nokoda Sampai Jadi Desa Wisata Seru!"] Sementara itu, patung Saijah lagi berdiri tegak. Nah, Adinda lagi duduk di kursi panjang sambil lihat-lihat rak buku. Saijah dan Adinda itu dua tokoh yang ada di bab buku Max Havelaar. Patung-patung karya Dolorosa Sinaga itu dari tembaga. Pesan pendek dari Multatuli, pas masuk ruang museum, ada wajah Multatuli dari kaca sama kalimat "Tugas Manusia Adalah Menjadi Manusia" yang bakal menyambut kita. Sebelum masuk lebih jauh, Sejarah awal Belanda datang ke Indonesia, pas masuk ruang teater, kita bisa nonton video dan diorama kapal layar Eropa yang ceritain gimana Belanda kolonial datang ke Indonesia. Mereka datang lewat perdagangan rempah-rempah kayak cengkeh, pala, kopi, lada, dan kayu manis. Dari ruangan ini, kita bisa tau juga tentang tanam paksa di selatan Banten atau Cultuurstelsel yang lahir dari situ. (Sumber Foto @inderaisme91) 
...more

Stop! Pikiran inilah yang sering menghambat Anda untuk traveling.

TripTrus.Com -Traveling saat ini sudah berubah menjadi life style setiap orang. Hampir semua orang dari setiap lapisan sosial membutuhkan kegiatan bersenang-senang ini untuk memanjakan dirinya. Dengan gaya low budget atau high budget, traveling dilakukan hampir di setiap hari libur nasional dengan beragam tujuan, mulai dari dalam hingga luar negeri. Namun kadang keraguan juga datang menghampiri beberapa orang sehingga rencananya untuk traveling selalu menemui jalan buntu. Mungkin juga karena informasi yang mereka dapatkan dari beragam media akhirnya membuat mereka khawatir untuk pergi dan akhirnya munculah mitos-mitos yang selalu menghambat rencana traveling. Apa saja kira-kira mitos traveling yang sering dipikirkan oleh traveler, berikut daftarnya. Mitos 1: Traveling Itu Mahal Traveling mewah itu akan sangat bagus untuk orang-orang yang sudah pensiun, menikmati ragam fasilitas mewah, makanan serba mahal, juga berwisata dengan gaya. Beruntungnya Anda tidak harus menunggu untuk pensiun untuk melakukan itu semua. Dengan gaya low budget tentu Anda bisa traveling kemanapun dan kapanpun.   Mitos 2: Dunia Itu Berbahaya Bahkan ketika Anda berada di rumah atau kota tempat tinggal saja juga selalu ada bahaya. Namun hal-hal baik di luar sana ternyata bisa lebih banyak ditemui. Sudahlah, matikan televisi Anda yang sering memberitakan hal-hal buruk yang membuat khawatir. Asalkan dipersiapkan dengan benar dan Anda berhati-hati ketika traveling, semua akan menjadi aman-aman saja.    Mitos 3: Mustahil Mencari Kerja Di Luar Negeri Orang Indonesia memang rata-rata menginginkan Anda hadir ke kantor ketika kerja. Tapi jika Anda bisa bernegosiasi dengan atasan Anda dan bertanggung jawab dengan setiap pekerjaan Anda, harusnya pekerjaan bisa dilakukan di mana saja. Atau jika memang tidak berhasil, cari saja pekerjaan di luar negeri. Cari sebuah forum dan dapatkan kesempatan itu. Lumayan untuk menambah biaya perjalanan Anda.   Mitos 4: Orang-Orang Terlalu Khawatir Mungkin terlalu jauh dan biasanya memikirkan hal yang tidak-tidak. Larangan untuk tidak pergi dari anggota keluarga atau teman Anda ini sebenarnya wajar-wajar saja, tapi dengan memberikan pengertian kepada mereka Anda pasti akan mendapatkan restu. Atasi rasa khawatir mereka dengan memberikan jadwal dan rute perjalanan Anda, nama hotel, dan informasi lainnya agar mereka juga bisa mengontrol.   Mitos 5: Menghambat Karier Memang kadang Anda harus meninggalkan pekerjaan Anda dan segala rutinitas hidup, tapi traveling itu benar-benar memberi manfaat. Bepergian ke tempat baru tentu Anda akan mendapatkan hal-hal baru bahkan membuat Anda jadi lebih kreatif. Untuk hal ini kami berani kasih garansi.   Mitos 6: Hilang Kontak Dengan Teman Pemikiran yang salah besar, karena dengan traveling justru komunikasi Anda dengan teman akan kembali terbangun. Coba saja upload foto-foto perjalanan Anda ke sosial media, selanjutnya mereka pasti akan bertanya sedang di mana dan tentu saja “Jangan lupa oleh-oleh, ya.”   Mitos 7: Harus Mengikuti Buku Petunjuk Pada dasarnya buku petunjuka hanya digunakan untuk panduan. Pergi ke suatu destinasi yang disarankan buku bukanlah suatu kewajiban, jadi jangan terlalu kaku dan sesuaikan saja dengan perjalanan Anda. Jika Anda punya rencana lain yang lebih seru dan bermanfaat, kenapa tidak untuk dilakukan? (Sumber: Artikel maximindonesia.co.id)
...more

6 Tempat Wisata Jejak-Jejak Kartini

TripTrus.Com - Ada rencana traveling ke Jawa Tengah, terutama ke kawasan Jepara dan Rembang? Pada Hari Kartini yang dirayakan setiap tanggal 21 April, tak ada salahnya mencoba menapak tilas Kartini di tanah kelahirannya. Jepara dan Rembang erat kaitannya dengan Kartini. Ia lahir di Jepara namun kemudian menetap Rembang hingga tutup usia. Berikut obyek wisata yang berkaitan dengan Kartini di Jepara dan Rembang. Cocok sebagai alternatif liburan di akhir pekan. 1. Monumen Ari-ari Kartini Di Desa Pelemkerep, Jepara, terdapat Monumen Ari-ari Kartini. Kartini lahir di desa ini. Walaupun rumah kelairannya sudah tidak ada, di bagian belakang masih tertanam tali pusar Kartini. Hal ini sesuai adat Jawa bahwa saat lahir, ari-ari sang bayi ditanam. Di tempat ari-ari Kartini ditanam, dibangun monumen berbentuk bunga teratai. Bunga teratai adalah bunga favorit Kartini. 2. Pendopo Kabupaten Jepara   sneakpeak photoshoot with jpc last year in #pendopojepara 💕#hijab #photosesion #jepara #ilovejepara #explorejepara A post shared by Mila Alfiani (@milaamiliimiluu) onFeb 24, 2015 at 5:45pm PST Kartini sempat tinggal di pendopo Kabupaten Jepara selama masa remaja. Bisa dibilang inilah tempat Kartini dibesarkan. Sebab, ayah Kartini adalah Bupati Jepara. Beberapa ahli sejarah menyebutkan banyak buah pikiran Kartini muncu di tempat ini.  Lokasinya di Jalan RA Kartini, Panggang, Jepara. 3. Museum Kartini Jepara   Mengenal dan mengenang Raden Ajeng Kartini 📋📄 #habisgelapterbitlahterang #museumkartinijepara #radenajengkartini #dolanjepara A post shared by dewi (@diyah_puspasari) onDec 24, 2017 at 9:23pm PST Ada dua museum Kartini, yaitu di Jepara dan di Rembang. Museum Kartini Jepara yang berlokasi di, menyimpan barang-barang milik Kartini semasa hidupnya. Tak hanya koleksi yang berkaitan dengan Kartini, beragam koleksi lainnya berkaitan dengan sejarah Jepara itu sendiri.  Lokasinya di Alun-alun Nomor 1, Jepara. 4. Pantai Kartini   Jangan takut menengok ke belakang untuk sekedar menyapa masa lalu .. Berikan senyuman terindah dan katakan terimakasih .. . .. ... 📸 @mohargirofaa #pantaikartini #exploreindonesia #mytripmyadventure #tourpantai #indonesiaindah #jelajahindonesia A post shared by Chrisputri Widianti (@chrisputri92) onApr 17, 2018 at 2:37am PDT Pantai Kartini terletak di Jepara dan dekat dengan pendopo, kediaman Kartini saat ayahnya menjabat sebagai Bupati Jepara. Ia kerap melancong dan bermain di pantai ini saat masih anak-anak. [Baca juga : 20 Tahun Terbengkalai, Pabrik Gula Colomadu Kini Jadi Destinasi Wisata Sejarah] 5. Museum Kamar Pengabadian Kartini Rembang   Berkunjung ke Museum R.A. KARTINI di Rembang, Jawa Tengah Museum ini dahulu adalah rumah Bupati Rembang yang juga suami dari R.A. Kartini. Lantai, dinding, atap, perabot, furnitur, sampai kamar mandi masih dalam bentuk asli, hanya dimodifikasi penggunaan ruang sebagai museum. Seperti kebanyakan museum di Indonesia, showcase nya terlihat gloomy, lusuh, berdebu, dan tidak terawat. Harusnya museum, apalagi untuk tokoh lengendaris seperti ini, bisa dibuat lebih menarik. Terima kasih untuk para guru sejarah dan film Kartini yang bisa memberikan sentuhan imajinasi sehingga bisa menikmati bukti sejarah dengan visual yang lebih indah. Sekedar info: harga tiket masuk Rp2000. Murah kan? Terima kasih untuk petugas museum yang mau bekerja saat libur (dan harusnya menurut jadwal, museum tutup hari minggu), karena banyak calon pengunjung yang datang 😃 #museumkartini #museumkartinirembang #museum #museumindonesia #rembang #jawatengah #belajarsejarah A post shared by MayDee Taskah (@m4ydee) onDec 30, 2017 at 9:57pm PST Pada usia 24, Kartini menikah dengan Bupati Rembang. Ia pun pindah ke Rembang. Rumah tempat tinggal Kartini dan suaminya, Djojoadiningrat, kini menjadi Museum Kartini. Lokasinya di Jalan Gatot Subroto. Di salah satu kamar merupakan tempat Kartini kerap menulis surat yang memuat buah pikirannya mengenai perempuan untuk seorang sahabat. Surat-surat inilah yang dikumpulkan dalam buku legendaris "Habis Gelap, Terbitlah Terang". Di kamar itu pula, Kartini melahirkan anak tunggalnya. Selain itu, di dalam museum pengunjung bisa melihat aneka perkakas yang pernah dipakai Kartini sampai lukisan yang dilukisnya. 6. Makam Kartini   🔙 #makamkartini A post shared by Cahya Ula Widyana (@cahyaulawidyana) onFeb 8, 2018 at 8:08am PST Di usia belia, Kartini meninggal dunia, yaitu saat masih berumur 25 tahun. Makam Kartini berada di sebua bukit yang dibangun oleh sang suami, tepatnya di Desa Bulu, Rembang. Bentuknya seperti Joglo dengan nisan marmer. Sangat mudah menemukan makam tersebut karena di bagian depan terdapat patung Kartini. Kartini digambarkan mengenakan busana adat Jawa dan memegang buku. (Sumber: Artikel travel.kompas.com, Foto vakansinesia.com)
...more

Bumi Ageung Cikidang, Rumah Museum Yang Bersejarah di Cianjur

TripTrus.Com - "Bumi Ageung Cikidang" yang berarti Rumah besar yang berada di daerah bernama Cikidang adalah rumah milik Bupati Cianjur, Raden Adipati Aria Prawiradiredja II.  Raden Adipati Aria Prawiradiredja II  merupakan Bupati Cianjur yang ke-9 yang menjabat selama periode 1862-1910 (48 tahun). Rumah cantik ini beliau bangun pada tahun 1886 sebagai rumah peristirahatannya. (Foto: tribunnews.com) Pada tahun 1910 Bumi Ageung diwariskan kepada putrinya bernama Raden Ayu Tjitjih Wiarsih, di masa kepemilikan beliau, rumah ini berperan penting dalam kemerdekaan, dikarenaKAN Bumi Ageung digunakan sebagai tempat perumusan pembentukan tentara PETA yang dipimpin oleh Gatot Mangkoepradja di tahun 1943-45. Bumi Ageung direnovasi pertama kali pada tahun 1950 setelah nyaris hancur karena menjadi sasaran bom pasukan Jepang dan Belanda. Pada 9 Agustus 1949 Bumi Ageung juga menjadi saksi bisu peristiwa penyerahan kekuasaan Belanda kepada tentara Republik wilayah kota Cianjur, selain itu sempat dijadikan tempat perlindungan manula, perempuan dan anak-anak keturunan pada saat terjadi kerusuhan etnis di Cianjur sekitar tahun 1962-1963.   (Foto: tribunnews.com) Beralamat di Jalan Mochamad Ali, Kelurahan Solokpandan, Cianjur, jalan yang konon dibuat Dandeles sebagai Jalan Raya Pos, Bumi Ageung dikelilingi oleh kawasan kota tua Cianjur yang tumbuh berkembang di era kolonial, seperti beberapa bangunan: Stasiun Cianjur, Pecinan, Pendopo (Rumah Dinas Bupati) Walaupun beberapa bagian dari Bumi Ageung sudah berganti rupa, Bumi Ageung tetap syarat dengan sejarah. Oleh karena itu pada tahun 2010 ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya Nasional bedasarkan SK Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Yang di mana Bumi Ageung sekarang diurus oleh Keluarga generasi ke-5 dan dijadikan sebagai rumah museum di Cianjur.   (Sumber: Artikel-Foto Rahmat Fajar dan Amieykha )
...more

Menikmati Gemericik Air Terjun Selogiri

Letaknya yang berada di kawasan perkebunan menjadikan hawa sejuk begitu terasa di kawasan air terjun ini. Gemericik air terjun yang perlahan-lahan terdengar seperti memberikan nuansa ketenangan dan kedamaian tersendiri bagi siapa saja yang mengunjunginya. Inilah Air Terjun Selogiri, air terjun yang terletak di Perkebunan PTPN XII Selogiri, Banyuwangi.Berkunjung ke air terjun yang berada di Banyuwangi ini menjadi tantangan tersendiri. Jalanan yang berbatu menjadi medan yang menantang bagi pengunjung untuk sampai ke destinasi wisata ini. Sebaiknya untuk bisa sampai ke Air Terjun Selogiri pengunjung mengendarai mobil dengan penggerak empat roda alias 4WD. Kalaupun ditempuh dengan kendaraan niaga, disarankan untuk jalan perlahan-lahan dan hati-hati dengan medan yang ada. Pohon jati begitu mendominasi kawasan perkebunan ini. Pepohonan yang rindang berpadu dengan hijaunya dedaunan dan sesekali terdengar kicauan burung menjadi teman setia yang menemani pengunjung selama berada di kawasan ini. Suasana sejuk begitu terasa mendominasi area sekitar air terjun yang dipenuhi bebatuan ini.Pengunjung juga bisa merasakan segarnya air terjun dengan menceburkan kaki di kolam yang berada di bawah air terjun. Mendengarkan gemericik air terjun sambil bermain air menjadi terasa mengasyikan di sini. Selain itu, mengabadikan indahnya air terjun dengan kamera juga menjadi aktivitas yang menyenangkan ketika berada di air terjun ini. Sumber: http://www.indonesiakaya.com
...more

Liburan Dengan Wisata Sejarah Prasasti Ciaruteun

TripTrus.Com - Berlibur ke Wisata Sejarah Prasasti Ciaruteun. Jika anda ke Bogor, bisa mampir ke situs sejarah prasasti ciaruteun. Di sana anda akan melihat batu dengan berat delapan ton kokoh bernaung di sebuah cungkup. Terdapat “pandatala” (tapak kaki) yang tercetak jelas di bagian atasnya dan sederet prasasti dengan huruf Palawa- berbahasa Sansekerta. Tapak kaki tersebut, konon adalah tapak kaki milik Maharaja Purnawarman yang kala itu memimpin kerajaan Tarumanegara.   #karyawisata #badar496 #PrasastiCiaruteun A post shared by Mulyantik (@mulyantik) onApr 30, 2014 at 5:56am PDT Letak batu awalnya di pinggir sungai, berjarak 100 meter di lokasi saat ini. Dan, di 1981 batu tersebut dipindah di bawah cungkup hingga sekarang ini. Nah, sebab lokasi awal batu yang berada di tepi kali Ciaruteun inilah, maka batu itu lebih dikenal dengan sebutan Prasasti Ciaruteun. Pada prasasti tersebut tertulis, “vikkrantasyavanipateh shrimatah purnavarmmanah tarumanagararendrasya vishnoriva padadvayam”. Yang artinya : “Pada kedua telapak kaki yang mirip dengan telapak kaki milik Wisnu ini, adalah kepunyaan raja gagah berani yang paling masyur yakni Purnawarman penguasa dari Tarumanagara”. Tiga situs lain yang letaknya tak jauh dari prasasti Ciaruteun adalah prasasti Situs Congklak, Kebun Kopi dan juga Prasasti Batutulis. [Baca juga : 11 Makanan Khas Betawi Terpopuler] Letak prasasti batu tulis adalah sekitar 300 meter dari letak situs Batu Congklak menuju ke arah Utara. Prasasti ini ukurannya paling besar jika dibandingkan dengan tiga prasasti lain. Bahkan pada bagian bawahnya sampai dengan saat ini masih terendam air dari aliran sungai. Dengan ukuran yang relatif besar dan berat inilah yang menjadikannya masih berada di tempat awalnya hingga saat ini. Pada bagian atas batu tersebut, ada sederet tulisan berbahasa Sangsekerta. Tapi sayangnya,  tak ada literatur yang bisa menjelaskan secara gamblang maknanya. Pada prasasati Ciaruteun, seluruhnya adalah objek wisata yang tinggi kandungan sejarahnya. Selain memang menarik dikunjungi dan dijadikan bahan pembelajaran anak. Tapi memang, untuk bisa mencapainya para pengunjung musti berjalan kaki agak jauh mencapai 1,5 kilometer dari arah jalan raya. Jika terasa tak kuat, anda bisa juga menggunakan fasilitas motor untuk mengojek. Di lokasi wisata, sedikit kekurangannya adalah tak adanya areal parkir berukuran luas untuk anda yang naik kendaraan roda empat. Makanya, praktis seluruh kendaraan yang datang dan diparkir akan membahayakan kendaraan yang lewat. (Sumber: Artikel sewakost.com, Foto vakansinesia.com)
...more

Melintasi Hadangan Pulau Sangiang

Ayo ikuti trip ke Pulang Sangiang di: http://triptr.us/Br TRIPTRUS - Provinsi Banten memiliki satu destinasi wisata yang kini mulai dilirik. Destinasi itu bernama Pulau Sangiang yang berada dalam wilayah Kabupaten Serang. Terletak di antara Pulau sumatera dan Pulau Jawa, Pulau Sangiang dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 45 menit dari Anyer dengan menggunakan kapal atau perahu bermotor. Pulau yang dijadikan Taman Wisata Alam oleh Pemerintah Indonesia ini awalnya ditetapkan sebagai cagar alam yang memiliki luas 700, 35 hektar (Ha). Kemudian pada tahun 1991, wilayah perairan di sekitarnya ditetapkan jadi Taman Wisata Alam Laut seluas 720 Ha, sehingga total Taman Wisata Alam Pulau Sangiang menjadi 1420,35 Ha. Lalu pada tahun 1993, Taman wisata Alam Pulau Sangiang ditetapkan menjadi seluas 528, 15 Ha. Pada waktu masa penjajahan Belanda, Pulau Sangiang memiliki nama Dwars-in-den-weg, atau kurang lebih berarti menghalangi jalan. Nama ini diambil karena lokasi Pulau Sangiang tepat berada di tengah penyempitan Selat Sunda yang membatasi Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Lalu menurut cerita penduduk setempat, pada masa penyebaran agama Islam oleh Wali Songo, Pulau Sangiang merupakan tempat pertemuan para wali untuk mengadakan rapat dan mengambil keputusan menjalankan penyebaran agama. Di masa penjajahan Jepang, Pulau Sangiang merupakan titik penyimpanan berbagai kekayaan bumi yang diambil Jepang di Indonesia sebelum dibawa ke negaranya. Sebagian besar Pulau Sangiang tidak dihuni oleh manusia untuk menjaga kelestarian alamnya. Tetapi di Pulau Sangiang terdapat sebuah pemukiman yang hanya berjumlah sekitar 50 kepala keluarga yang bernama Legon Waru. Para penduduk perkampungan ini berkomunikasi menggunakan 3 bahasa, yaitu Bahasa Sunda, Jawa, dan Lampung. Daya tarik Pulau Sangiang terdapat pada kelestarian alamnya baik kawasan daratan pulau yang masih dijaga keindahannya, maupun kawasan wisata laut penuh dengan biota laut seperti karang dan ratusan spesies ikan yang dapat dilihat di air yang jernih. Untuk penggemar wisata laut, Pulau Sangiang menyediakan fasilitas snorkeling maupun diving di beberapa kawasan seperti perairan Batu Raden, Pantai Perawan dan Legon Waru. Sementara, untuk penggemar trekking dan wisata budaya, Pulau Sangiang memiliki banyak gua dan benteng-benteng peninggalan masa penjajahan Jepang serta gua kelelawar yang di bawahnya merupakan tempat berkeliarannya ikan hiu yang siap memakan kelelawar yang jatuh dari atas gua. Keindahan alam Pulau Sangiang membuat banyak pengunjung yang pernah datang menobatkannya sebagai salah satu dari Seven Wonders of Banten (Tujuh Keajaiban Banten).   Photos courtesy of: commons.wikimedia.org, gunungtukung.blogspot.com, savingfunvacation.blogspot.com, panoramio.com
...more

5 Tempat Wisata Sejarah Di Karawang Yang Wajib Dikunjungi

TripTrus.Com - Selain dikenal dengan destinasi wisata alamnya, Kabupaten Karawang ternyata memiliki banyak tempat wisata sejarah yang penting untuk dikunjungi. Ketika hari kerja maupun menjelang libur akhir pekan bersama keluarga, tidak ada salahnya berkunjung ke beberapa tempat wisata bersejarah yang sudah dirangkum Redaksi portaljabar.net dari berbagai sumber berikut ini: 1. Monumen Rawagede       View this post on Instagram Monumen Rawagede . Sudah beberapa kali mendengar cerita tentang Monumen Rawagede, and finally I visited it, one of historical tourism destination in Karawang. Pak Sukarman yang merupakan sejarawan Karawang sekaligus guide disini, senantiasa menceritakan secara detail kisah dibalik Monumen Rawagede ini. Selalu senang belajar sejarah dengan beliau. . Kalau kamu berkunjung kesini dan belum puas dengan penjelasan guidenya, kamu bisa membeli CD dan buku terkait Peristiwa Rawagede karangan pak Sukarman.😊 - Diabadikan oleh @novrianh #MokaKarawang #VisitKarawang #HayuKaKarawang #Karawang #ExtraordinaryKarawang A post shared by Nunung Nurhayati Suwanda (@nunungns) onOct 25, 2018 at 7:01pm PDT Tempat wisata sejarah ini berada di Jl. Monumen Rawagede, Desa Mekarjaya, Kecamatan Rawamerta. Monumen Rawa Gede ini ditujukan untuk mengenang korban sipil yang dibunuh tentara Belanda. Pada dasarnya monumen ini adalah sebuah taman makam pahlawan dan korban kejahatan perang melawan kekejaman penjajah Belanda. Kita dapat mengunjungi objek wisata ini dengan mudah karena letaknya yang berada di tepi jalan. 2. Monumen Kebulatan Tekad       View this post on Instagram 🇮🇩🇲🇨 A post shared by BUNENG♡ (@shanty_nuravianti) onMar 19, 2019 at 8:57am PDT Monumen Kebulatan Tekad berada di Jl. Raya Rengasdengklok, Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok. Monumen ini hanya menempati area seluas 1500 meter persegi. Namun begitu, suasana asli klasik tempo dulu masih dipertahankan. Monumen perjuangan ini didirikan untuk mengenang sejarah awal proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Untuk mengunjungi monumen ini kita dapat menggunakan bantuan GPS pada kendaraan pribadi atau ponsel. Antau kita bisa dengan memanfaatkan kendaraan umum yang tersedia. 3. Situs Candi Jiwa       View this post on Instagram Mencari ketenangan jiwa di candi jiwa wkwk A post shared by fakhri akmalluddin (@fakhriakmaludin) onJun 29, 2016 at 5:39am PDT Lokasi tempat wisata sejarah ini berada di Desa Segaran, Kecamatan Batujaya, Karawang. Selain dapat melihat situs Candi Jiwa di Karawang ini, kita juga akan disuguhi pemandangan sawah yang terhampar. Ini karena situs Candi Jiwa ini terletak di tengah sawah. 4. Rumah Rengasdengklok       View this post on Instagram CNY di rumah Popo-Kungkung 💕 * * #family #familypic #familyphoto #chinesenewyear #imlek #gongxifacai #EugenioJaden #EmerickJenssen #doubleJ #Jbrother #JadenJenssen #EJF #rengasdengklok #rumahsejarah #rumahsejarahrengasdengklok #babadjiauw #djiauwkiesiong A post shared by Grace Julian Sari (@grajuls) onFeb 18, 2018 at 5:03am PST Rumah Sejarah Djiauw Kie Siong adalah rumah yang persinggahan Soekarno dan Hatta. Ketika itu keduanya dibawa ke Rengasdengklok oleh pemuda dari Perkumpulan Menteng 31 seperti Wikana, Aidit, dan Soekarni. Peristiwa tersebut terjadi pada 16 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB agar Soekarno dan Hatta dapat mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. [Baca juga : "10 Candi Termegah Di Indonesia, Yuk Dikunjungi!"] 5. Bendungan Walahar       View this post on Instagram Lah walahar. A post shared by MUHAMMAD RIFQI MUNAWWAR | MRM (@sakiwjr) onApr 16, 2017 at 1:53am PDT Bendungan Walahar terletak di Desa Walahar Kecamatan Ciampel. Tempat ini digunakan sejak tanggal 30 November 1925. Dibangun pada masa penjajahan Belanda, dimana dalam pembangunannya mengandalkan tenaga pribumi. Maka tidak heran jika arsitekturnya mengingatkan kita pada bentuk bangunan sisa penjajahan Belanda lainnya yang masih bisa kita temui di berbagai pelosok tanah air. Bendungan yang membagi air Sungai Citarum ini difungsikan untuk mengatur debit dan sirkulasi air dalam mengairi areal pesawahan di Karawang seluas ±87.507 ha. (Sumber: Artikel portaljabar.net Foto id.wikipedia.org)
...more

ButikTrip.id
remen-vintagephotography

Upcoming Trips

Open Trip Dieng Plateau
04 - 06 Jul 2025
Baduy Dalam
05 - 06 Jul 2025
Open Trip Baduy
05 - 06 Jul 2025
Trekking Gunung Papandayan
11 - 12 Jul 2025
Baduy Dalam
12 - 13 Jul 2025
Open Trip Baduy
12 - 13 Jul 2025
×

...