TripTrus.Com - Ada berita heboh nih dari Dieng Culture Festival (DCF) tahun 2023, guys. Ternyata acara yang digelar setiap tahun itu harus dibatalkan karena ada proyek penataan di kawasan wisata Dataran Tinggi Dieng. Ketua Pokdarwis Dieng Pandawa dan juga ketua panitia DCF, Alif Fauzi, ngomong bahwa setelah dipertimbangkan beberapa hal, terutama proyek penataan kawasan wisata Dieng yang dilakukan oleh Kementerian PUPR.
"Dengan adanya proyek penataan kawasan wisata Dieng dari Kementerian PUPR ini kita harus mikirin beberapa hal, yang utama adalah kenyamanan buat wisatawan. Kita gak mau ntar ada bahan bangunan atau lubang-lubang yang bisa berbahaya buat wisatawan."
Alif juga cerita, awalnya dia rencananya mau ngadain DCF 2023 dalam skala kecil aja. Tapi, rencana itu dibatalkan karena DCF bakal menarik banyak wisatawan ke Dieng dengan jumlah yang gak bisa diperkirakan. "Kalo wisatawan udah datang ke Dieng, kita gak bisa nolak kan. Tapi lagi ada proyek penataan di sini. Ntar soal keamanan dan keselamatan wisatawan, siapa yang bertanggung jawab? Ini beda banget sama DCF yang digelar pas pandemi COVID-19, kan waktu itu semuanya ketat," jelasnya.
Menurut Alif, sekarang udah ada beberapa anak gimbal yang pengen diruwat pas DCF. Tapi, anak-anak itu harus didaftar dulu sama pemangku adat Dieng. "Nih, anak gimbal yang mau dateng buat diruwat pas DCF banyak. Tapi biar didata dulu sama pemangku adat," ucapnya.
Alif pastiin, DCF bakal kembali digelar tahun depan. Dia berharap proyek penataan di kawasan wisata Dieng udah selesai Agustus 2024. "Tahun depan tetap digelar, semoga penataan kawasan wisata Dieng selesai Agustus nanti," katanya.
[Baca juga : "Seru Abis! Guido Rodriguez, Gelandang Asal Argentina Dan Real Betis, Main Ke Bali Bareng Istri"]
"Kita dan warga Desa Dieng Kulon legawa aja dengan pembatalan DCF 2023 ini. Dan kita dukung program penataan kawasan wisata Dieng," tambahnya.
Alif jelasin, wisata itu gak cuma soal tempat aja, tapi juga soal infrastruktur yang memadai. "Kita legawa tanpa DCF. Malah kita harus mengapresiasi program penataan kawasan wisata ini. Infrastruktur yang memadai ini penting kan. Sekarang masih kurang penerangan jalan, trotoar buat jalan kaki, dan lain-lain," tutupnya. (Sumber Foto @qiamelia)
...moreTripTrus.Com - Nih, brosis! Ada kabar seru nih buat kamu yang kangen naik Gunung Semeru. Cekidot! Jadi, rencananya pendakian ke gunung ikonik ini mau dibuka lagi oleh pengelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Mereka nggak main-main nih, soalnya udah dua tahun lamanya pendakian ke sana tutup gara-gara si virus Covid-19 dan aktivitas gunung yang lagi ribut.
View this post on Instagram
A post shared by πππΆπππΆ ππΎππΆ πππΎπ»πΎπ π«ππππΎ (@clarradina)
Kepala Bagian Tata Usaha di Balai Besar TNBTS, si Septi Eka Wardhani, ceritanya mereka lagi persiapin segala sesuatunya buat nge-buka pendakian lagi. Salah satu persiapan keren yang mereka lakuin adalah nge-train para Pemandu Pendakian Gunung Semeru Terdaftar (PPGST). Nggak sembarang pemandu, harus yang udah terdaftar dan udah siap betul buat jadi guider. Nih, kata Septi Eka Wardhani, para PPGST ini harus dikasih pelatihan dulu biar nanti pas pendakian bener-bener smooth.
Katanya sih, “Para PPGST ini harus siap terlebih dahulu sebelum pendakian Gunung Semeru resmi dibuka nantinya,” kan kece?
Kemaren-kemaren, tepatnya tanggal 2-3 Agustus 2023, Balai Besar TNBTS udah ngadain bimbingan teknis (Bimtek) buat sekitar 200-an orang PPGST. Ini penting banget, bro, biar mereka tau kawasan konservasi, ekosistem Gunung Semeru, cara pertolongan medis, sampe etika yang harus dipegang pas pendakian.
[Baca juga : "Seru Abis! Tiga Event Keren Di Bali Yang Wajib Kamu Kunjungi!"]
“BBTNBTS masih akan mengadakan Bimtek satu kali lagi. Tapi masih belum kami jadwalkan untuk tanggal pastinya kapan,” ujar mereka.
Nah, di sisi lain, Balai Besar TNBTS dan beberapa komunitas lain lagi usaha keras buat ngembaliin jalur pendakian Gunung Semeru jadi lebih baik lagi. Soalnya masih ada beberapa bagian yang rusak, ada yang ringan, ada yang agak berat. Makanya, gak bisa dipastikan kapan persisnya pendakian ke sana bakal dibuka lagi.
Lagi pula, Yadi Yuliandi, si petugas di Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) Semeru, ngasih tau kalo status gunung ini masih level III alias siaga. Jadi, kita mesti tetep waspada, bro, kalo mau petualangan ke sana.
Intinya, buat kamu yang pengen naik Semeru, sabar-sabar ya! Kita doain aja semuanya lancar dan aman pas udah dibuka lagi. (Sumber Foto @zhera_s)
...moreTripTrus.Com - Meskipun Jakarta bukan kota favorit berlibur tetapi Jakarta tidak pernah kehabisan tempat-tempat untuk menghilangkan penat. Selain terkenal dengan kota terbanyak memiliki Mal dan Museum, Jakarta juga banyak memiliki taman-taman yang asik untuk dikunjungi baik bersama teman maupun keluarga.
Dari tempat-tempat yang telah disebutkan, Jakarta masih memiliki daya pikat lain. Ternyata Jakarta memiliki beberapa Bioskop Mini, hadir sebagai alternatif liburan Bioskop Mini ini menawarkan pemutaran film Indonesia jaman dulu ataupun film-film independent. Enggak ada salahnya kita sebagai warga Jakarta mencoba sensasi menonton film di Bioskop Mini tersebut. Berikut ini merupakan Bioskop-bioskop Mini yang tersebar di kota Jakarta.
1. Kinosaurus di Kemang
Sumber Foto: manual.co.id
Ruang pemutaran mini ini lahir berkat ide dari: Adinda Simanjuntak, Meiske Taurisia dan Edwin. Kinosaurus memiliki berbagai program pemutaran film seperti: film pendek, film panjang, film animasi dan film-film lainnya. Untuk menonton film di Kinosaurus pengunjung cukup memberikan donasi sebasar Rp.50.000,- setiap setiap satu film.
2. Kineforum di Cikini
Sumber Foto: ataplapuk.com
Dengan membayar donasi sebesar Rp. 20.000,- pengunjung bisa menikmati satu kali pemutaran film di Bioskop Mini pertama Jakarta yang menawarkan ragam program film sekaligus sebagai wadah diskusi tentang Film. Lokasi Kineforum bertempat di Komplek Taman Ismail Marzuki (TIM).
3. Subtitle di Dharmawangsa
Sumber Foto: bisnisfun.com
Berlokasi tepat di lantai basement Dharmawangsa Square hanya berukuran 4 x 4 meter, luas tempat pemutar film ini terbilang sangat kecil. Sampai sekarang Subtitle memiliki kurang lebih sekitar 3.500 judul film. Bagi pengunjung yang ingin menonton film di Subtitle pengunjung diwajibkan untuk menjadi anggota dengan biaya Rp. 75.000,- hingga Rp. 150.000,-.
4. Paviliun 28 di Petogogan
Sumber Foto: kompasmuda.com
Sebenarnya Paviliun 28 ini berkonsep Culinary Cinema, karena memang memadukan rumah makan dan bioskop. Tempat kongko yang beralamat di Jl. Petogogan I No. 25, Gandaria Utara menawarkan suasana jawa klasik. Selain bisa ngemil dan nonton film, pengunjung juga bisa mencoba jamu khas Indonesia dengan nama-nama yang unik. Bioskop yang dirancang jadi mini-amphitheater ini mampu menampung 30-40 orang loh.
Nah, 4 Bioskop Mini di atas bisa jadi alternative tempat liburan kalian. Meskipun Jakarta sering membuat penat tapi Jakarta masih memiliki berbagai tempat hiburan untuk warganya. (Sumber: Artikel Amieykha ; Foto fakta.co.id)
...moreTripTrus.Com - Nah, bro, bulan Agustus 2023 nanti, ada tiga acara wisata seru di Kabupaten Serang loh. Tempatnya bakal di Kecamatan Cinangka, Tanara, dan Bandung. Wah, pasti seru banget tuh buat nge-hip dengan temen-temen!
Yang pasti, ketiga acara wisata keren ini diharapkan bisa ngebujuk wisatawan buat mampir ke Kabupaten Serang, nggak cuma mainan online doang, bro. Eits, tapi bukan cuma sekedar lihat-lihat aja nih, bro. Di acara-acara ini bakal ada perlombaan keren yang siap ngocorin adrenalin kamu.
View this post on Instagram
A post shared by @destinasi_disporapar.serangkab
Nah, si Bosnya Disporapar Kabupaten Serang, namanya Anas Dwisatya Prasada, tuh ngomong, bulan Agustus ini bakal ada tiga acara gede yang bakal diadain buat seru-seruan. Salah satunya ada Festival Cikolelet yang berlangsung dari 9 Agustus sampe 17 September. Ini festival keren banget, dijamin nggak bosenin. Bakal ada segudang acara, mulai dari seni budaya, wayang, sampe gurah danau. Gokil kan?
Bosnya juga berharap, festival Cikolelet ini bisa jadi rutin tiap tahun. Biar makin banyak yang dateng, ada aja yang mau ngesponsorin. Trus, pas turis dateng juga ada aja atraksi seru yang bisa dilihat. Mantap abis!
Nggak cuma itu, loh. Ada juga festival seni budaya Tanara yang digelar tanggal 3 Agustus. Kegiatannya bakal seru abis, bro. Lomba silat kaserangan, tari ringkang jawari, sampe lomba kaligrafi bakal bikin kamu nggak beranjak dari tempat. Dan yang terakhir, ada pesta rakyat di Desa Pangawinan Kecamatan Bandung tanggal 7 Agustus. Nah, acara ini beda banget, bro. Ada pentas seni budaya, tari kreasi manuk dadali, pembacaan puisi, cerita rakyat, dan tentu aja ada alat musik angklung. Seru, kan?
[Baca juga : "Agustusan Seru Di Tanah Datar, Lima Event Wisata Keren Buat Kamu Yang Gak Mau Ketinggalan!"]
Bosnya bilang, di desa ini lagi pengen dicari daya tarik wisata alamnya. Soalnya ada ekraf anyaman bambu dan kue tradisional yang keren banget. Nah, biar makin kece, namanya bakal dirubah jadi yang lebih eye-catching. Pokoknya, ini acara pertama, bro, semoga bisa booming!
Anas nggak main-main, dia berharap semua acara ini tetep jalan terus dan nggak cuma setahun sekali doang. Kudu ada kerja keras dari Pemda dan masyarakat biar wisata di Kabupaten Serang semakin asyik. Ini juga salah satu cara buat mempromosikan wisata di daerah sini, bro. Lebih banyak acara, lebih banyak orang yang penasaran dan mau datang. Makin banyak yang dateng, makin rame dan makin seru! (Sumber Foto @saefullah_14)
...moreKawasan Kota Tua di utara Jakarta masih cukup sepi ketika TripTrus menjumpai Maryssa Tunjung Sari, fotografer handal dan traveler profesional, di sebuah warung, pada pagi hari, Rabu 7 Oktober 2014. Fotografer yang akrab disapa Sasha ini rupanya sangat bersemangat membagi pengalaman dan pemahamannya soal fotografi kepada teman-teman Trip Operator (TO). Ya, inilah waktunya pelatihan fotografi singkat buat para Trip Operator.
“Untuk berpromosi tentang perjalanan dalam usaha travel tentunya akan lebih baik dan menarik kalau fotonya mendukung, jadi belajar dasar fotografi pastinya akan berguna untuk teman-teman TO,” ujar Chief Editor majalah Linkers milik maskapai penerbangan Citilink ini.
Sasha pun dengan sigap menjelajahi sudut-sudut Kota Tua dan dalam waktu singkat merekam banyak momen indah dalam kamera ponselnya. Foto-foto itulah yang akan dijadikan Sasha sebagai contoh dan modal berbagi ilmunya.
Kami berkumpul di Historia Food & Bar. Ada Pipit dan Kelik dari Long Foot Trip, Adly dari Raja Wisata, Vindhya dari Ibu Penyu, Mumun dari Indohoy.com, Andre dari Trip Gabungan, Oki dan saya, Indi dari TripTrus. Tidak banyak, memang, tetapi justru menggembirakan buat Mumun dan Vindhya. “Asyiik bisa privat, jadi cepet pinter, nih,” kata Mumun, antusias.
Sasha membuka obrolan tentang fotografi dengan pertanyaan, “Kita motret niatnya untuk apa? Untuk bikin brosur, tas, poster, syal, buku notes atau pajang di sosmed?” Niat ini, menurut Sasha, akan mempengaruhi pendekatan kita terhadap obyek foto dan hasilnya juga akan berbeda sesuai niat.
Sebagai traveler, Sasha merasakan kebanyakan wisawatan suka memotret lanskap, mengabadikan pemandangan dengan sudut pandang luas. Padahal, kata Sasha, dalam foto yang kita buat mestinya ada pendekatan personal terhadap obyek yang justru bisa melahirkan cerita melalui gambar dan menarasikan foto. “Cara ini akan memicu rasa penasaran orang yang melihat foto kita dan hingga akan menarik orang untuk berkunjung ke lokasi di mana kita memotret obyek tersebut,” papar Sasha.
Karena itu, lanjut Sasha, kita harus memiliki pemahaman dasar tentang komposisi, sudut pengambilan, bukaan cahaya, ISO dan kecepatan. Ini diperlukan agar foto yang dihasilkan mempunyai aspek dinamis, bercerita dan penataan teknik yang tepat. Memotret pakai kamera apapun bisa menghasilkan foto yang luar biasa asalkan pemotret paham dengan cara bercerita melalui sudut pengambilan dan penguasaan teknik.
Sasha tak banyak berteori. Satu jam berikutnya, peserta pelatihan fotografi diminta memotret sesuai “pendekatan”nya masing-masing tentang apa yang bisa membuat orang tertarik datang ke kawasan Kota Tua Jakarta. Sesudah itu, secara singkat Sasha memberikan penilaiannya tentang hasil jepretan para TO. Tidak lama ia memberi ulasan, karena Sasha harus mengejar pesawat ke Makassar untuk bertugas.
“Ternyata, belajar fotografi itu asyik lho,” kata Kelik. Maka kita bersiap untuk pelatihan berikutnya. Semoga lebih banyak yang tertarik.
...moreTripTrus.Com - Terdapat beberapa teori tentang kapan tepatnya Islam masuk ke Nusantara. Ada yang mengatakan bahwa Islam datang dari Gujarat bersama pedagang India muslim pada abad ke-13 M, ada yang mengatakan Islam datang oleh pedagang Arab dari Timur Tengah pada abad ke-7 M, serta yang terakhir mengatakan bahwa Islam datang dari pedagang asal Persia pada sekitar abad ke-13 M.
Wisata religi Banten banyak diminati oleh pengunjung baik lokal maupun luar daerah. Misalnya kawasan Banten Lama yang merupakan ibu kota Kesultanan Banten, di utara Banten ini peninggalan Islam sangat lekat.
Tidak hanya di Banten Lama, beberapa masjid yang dahulu menjadi pusat penyebaran Islam masih dapat dikunjungi bahkan masih dipergunakan untuk beribadah. Berikut 5 masjid tua bersejarah di Banten yang bisa menjadi pengingat dan bahan pelajaran generasi saat ini.
1. Masjid Jami' Kalipasir
View this post on Instagram
A post shared by Heru Santoso (@sirhumphreyappleby) onJan 5, 2019 at 7:22pm PST
Masjid Kali Pasir adalah masjid tertua di Kota Tangerang peninggalan Kerajaan Pajajaran. Masjid ini berada di sebelah timur bantaran Sungai Cisadane, tepatnya di tengah pemukiman warga Tionghoa kelurahan Sukasari. Bangunannya pun bercorak China. Masjid tertua di Tangerang ini mencerminkan kerukunan umat beragama pada masanya. Hingga kini masjid yang sudah berusia ratusan tahun tersebut masih digunakan sebagai tempat beribadah. Namun, masjid ini tidak lagi digunakan untuk salat Jumat.
Masjid Kali Pasir dibangun bersebelahan dengan Klenteng Boen Tek Bio yang saat itu sudah berdiri tegak. Masjid yang berukuran sekitar 288 meter persegi ini didirikan pada tahun 1700 oleh Tumenggung Pamit Wijaya yang berasal dari Kahuripan Bogor. Selain menjadi tempat ibadah dan syiar agama, Masjid Kali Pasir memiliki nilai sejarah yang tinggi. Masjid ini menjadi tempat akulturasi budaya dan saksi perjuangan anak bangsa melawan penjajah.
2. Masjid Agung Ar Rahman
View this post on Instagram
A post shared by Idha Daffariz (@ida_nurwahida03) onMay 30, 2018 at 2:32am PDT
Kabupaten Pandeglang sebagai kota santri memang sudah selayaknya memiliki masjid yang agung. Masjid Agung Ar-Rahman terletak di Jl. Masjid Agung No. 2 Kel Pandeglang, Kec. Pandeglang, Kab. Pandeglang. Tepatnya berada di sebelah barat Alun-alun Pandeglang Tentu saja menjadi tempat cukup strategis sebagai tempat ibadah. Masjid Agung Ar-Rahman berdiri sejak tahun 1870 atas Tanah wakaf dari Raden Adipati Arya Natadiningrat atau Raden Alya atau Dalem Ciekek.
Masjid Agung Ar-Rahman yang merupakan perpaduan gaya Hindu Jawa, Cina dan Eropa, dengan luas tanah 2.280 m2 dan luas bangunan 2.182 m2. Masjid Agung Pandeglang yang bernama Ar-Rahman ini memang tidak seramai masjid Banten Lama dalam sehari-harinya.
3. Masjid Kuno Kaujon
View this post on Instagram
A post shared by indrasusenoSE (@indrasusenose) onOct 23, 2019 at 11:11pm PDT
Masjid Kuno Kaujon terletak di Kaujon RT. 01 RW. 01 Kel. Serang, Kec. Serang, Kab. Serang. Menurut sesepuh yang ada di sekitar masjid ini, Masjid Kuno Kaujon jauh lebih tua dari usia jembatan Kaujon yang dibangun pada tahun 1875. Meski tidak seorang pun mengetahui kapan pendiriannya, masjid ini tergolong kuno karena masuk ke dalam daftar cagar budaya Provinsi Banten.
Masjid Kuno Kaujon berdiri di atas pondasi masif yang tingginya 60 cm. Adapun luasnya adalah 703 m². Ruang utama yang berbentuk empat persegi dengan ukuran 10 m x 10 m, ditopang oleh empat buah tiang kayu /soko guru di bagian bawahnya terdapat empat buah umpak batu berbentuk labu. Mihrab terdapat pada dinding sebelah barat berupa ruang yang menjorok ke dalam.
[Baca juga : "5 Masjid Tertua Dan Bersejarah Di Banten - Part 1"]
4. Masjid Salafiah Caringin
View this post on Instagram
A post shared by ketan bintul (@ketan_bintul) onMar 17, 2018 at 8:26pm PDT
Masjid Salafiah Caringin terletak di Jl. Perintis Kemerdekaan No. 31, Desa Caringin, Kec. Labuan, Kab. Pandeglang. Masjid Salafiah Caringin menjadi peninggalan muslim Banten pada masa pemerintahan kolonial Belanda di bawah Gubernur Jenderal Herman Hillem Daendels. Pada 1883 Desa Caringin ditinggalkan oleh penduduknya karena terjadi gempa bumi akibat Gunung Krakatau meletus. Keadaannya menjadi hancur dan gersang.
Setelah setahun ditinggalkan akhirnya mereka kembali ke Caringin pada 1884. Sekembalinya mereka ke Caringin, tak lama kemudian ada seorang ulama yang bernama Syekh Asnawi bersama dengan penduduk secara gotong royong membangun masjid pada tahun 1884. Masjid ini diberi nama Masjid Caringin sampai sekarang. Syekh Asnawi adalah putra KH. Mas Abdurrahman (penghulu Caringin) dan ibunya Ratu Syafiah (keturunan Sultan Banten) yang lahir pada 1852.
5. Masjid Agung Carita (Al Khusaeni)
View this post on Instagram
A post shared by Labuan Banten (@infolabuan) onMay 6, 2019 at 6:45pm PDT
Di daerah wisata Pantai Carita lebih tepatnya di Kampung Pagedongan, Desa Sukajadi, Kec. Carita, Kab. Pandeglang, berdiri masjid tua peninggalan masa penjajahan. Masjid ini diberi nama Masjid Al-Khusaeni Carita. Menurut sejarah, pembangunan Masjid Al-Khusaeni Carita dipimpin oleh salah seorang murid Syekh Nawawi Al-Bantani, Al-Khusaeni. Ia mulai membangun masjid ini tahun 1889 selesai tahun 1895 masehi.
Masjid Al Khusaeni ini memiliki arah hadap ke timur dengan empat serambi di setiap sisi mata angin. Pada bagian serambi ini, berdirilah tiang-tiang penyangga atap yang bentuknya berupa kolom seperti pada bangunan kolonial. i sisi barat masjid terdapat makam KHM Husein atau pendiri masjid beserta dengan keturunannya (4 makam) yang sudah diberikan atap dan berlantai keramik. (Sumber: Artikel gpswisataindonesia.info, wikipedia.org, situsbudaya.id Foto medcom.id)
...moreTripTrus.Com - Pada tahun 1816 dibentuk Districh Cilegon atau Kewedanaan Cilegon oleh pemerintah Hindia Belanda dibawah Keresidenan Banten di Serang. Rakyat Cilegon ingin membebaskan diri dari penindasan penjajahan Belanda. Puncak perlawanan rakyat Cilegon kepada Kolonial Belanda yang dipimpin oleh KH. Wasyid yang dikenal dengan pemberontakan Geger Cilegon 1888 tepatnya pada tanggal 9 Juli 1888, mengilhami rakyat Cilegon yang ingin membebaskan diri dari penindasan penjajah dan melepaskan diri dari kelaparan akibat Tanam Paksa pada masa itu.
Pada masa 1924, di Kewedanaan Cilegon telah ada perguruan pendidikan yang berbasis Islam yaitu perguruan Al-Khairiyah dan madrasah Al-Jauharotunnaqiyah Cibeber. Dari perguruan pendidikan tersebut melahirkan tokoh-tokoh pendidikan yang berbasis Islam di Cilegon. Pada masa kemerdekaan, dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia rakyat Cilegon telah menunjukan semangat juangnya. Jiwa patriotisme rakyat Cilegon dan Banten pada umumnya dizaman revolusi fisik mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 telah ditunjukan dan terkenal dengan Tentara Banten.
1. Rumah Dinas Walikota Cilegon
View this post on Instagram
Rumdin walikota Cilegon.. Indah bukan. @pemkotcilegon @ilovecilegon @cilegoneksiss @halocilegon
A post shared by ADI HARYADI (@adyvanhoutten93) onOct 25, 2018 at 10:38pm PDT
Rumah dinas Walikota Cilegon terletak di Jl. Jenderal Ahmad Yani, Jombang Wetan, Kec. Cilegon, Kota Cilegon, Banten 42416, merupakan bekas gedung kawedanan, sebagai kantor Asisten Residen Gubbels, hingga kini bangunan berarsitektur Eropa ini masih terpelihara dengan baik.
Bangunan ini menjadi saksi atas tragedi berdarah “Geger Cilegon” yang terjadi pada tahun 1888, dipimpin oleh KH. Wasyid.
Rumah bergaya Eropa bercorak oud Holland atau Belanda Kuno ini menggunakan serambi yang disangga oleh tiang-tiang bergaya doria, sebuah gaya dengan bantalan di bagian atasnya berbentuk segi empat dan badan tiangnya dihiasi motif gerigi bertaut. Model bangunan rumah ini oleh V.I van de Wall disebut sebagai gaya echt Indisch atau gaya Hindia Belanda yang sebenarnya. Daun pintu dan jendela pada bangunan ini memiliki corak tersendiri berjenis jalousie window atau jendela yang disusun dari tumpukan kayu yang tertata rapi horizontal.
Denah bangunan ini berbentuk empat persegi panjang, menghadap kearah timur. Didepan bangunan utama terdapat bangunan berbentuk joglo (semacam tempat pertemuan) dengan empat tiang utama ditengah dan sepuluh tiang kecil yang menopang atap bersusun dua.
Bangunan utama terdapat 5 terap anak tangga dibagian muka.Bagian serambi bangunan ini ditopang oleh 6 buah pilar berbentuk persegi empat berwarna putih,dua buah pilar dikiri dan kanan berbentuk pilaster (tiang semu). Dinding serambi berdaun jendela terbuat dari kayu berjenis jalosie window. Atap bangunan berbentuk limasan dengan konstruksi kayu. Gentingnya terbuat dari tembikar berwarna coklat, yang kini sudah diganti dengan genting berglasir.
Pintu masuk bagian depan berukuran besar (tinggi 3 meter) berjumlah 4 buah, keempatnya merupakan pintu rangkap, artinya memiliki dua lapis daun pintu. Daun pintu rangkap pertama terbuat dari bahan kayu dengan hiasan potongan kayu susun kebawah (jalosie) dan seperempat bagian berbentuk panil biasa, daun pintu rangkap kedua terbagi kedalam 4 bagian, 3 panil teratas diberi kaca, sebuah panil yang terletak dibawah berbentuk panil kayu biasa.
Pada bagian belakang bangunan ini terdapat halaman yang luas dan bangunan tambahan berbentuk barak. Bangunan yang disebelah kanan diperuntukkan untuk kantor, dan yang disebelah kiri diperuntukkan untuk garasi.
Dibagian selatan terdapat bangunan yang digunakan sebagai kantor. Bentuk bangunan ini bujur sangkar, atap bangunan bergaya joglo.
2. Stasiun Cilegon
View this post on Instagram
Menunggu kereta terakhir.... #keretaapirangkasmerak #stasiuncilegon #poejalankaki #kotacilegon
A post shared by Poe Saputra (@saputrapoe) onAug 3, 2018 at 4:56am PDT
Stasiun Cilegon (CLG) adalah stasiun kereta api kelas II yang terletak di Jombang Wetan, Jombang, Cilegon. Stasiun yang terletak pada ketinggian +14 meter ini termasuk dalam Daerah Operasi I Jakarta.
Stasiun ini mulai dibuka pada tanggal 1 Desember 1899, dengan petak jalan Stasiun Serang-Stasiun Anyer Kidul sepanjang 27 km. Bangunannya terdiri dari dua buah ruangan: ruangan pertama adalah ruangan kontrol perjalanan kereta api dan ruang kepala stasiun, sedangkan ruang kedua merupakan loket dan administrasi. Bangunan stasiun ini merupakan salah satu dari lima bangunan cagar budaya yang ada di Kota Cilegon.
3. Stasiun Krenceng
View this post on Instagram
Stasiun Kereta Api Kerenceng #shootonVIVOv9 #fotography #stasiunkrenceng #banten
A post shared by @ dinioktvni__ onJul 8, 2018 at 8:38am PDT
Stasiun Krenceng (KEN) merupakan stasiun kereta api kelas III/kecil yang terletak di Kebonsari, Citangkil, Cilegon. Stasiun yang terletak pada ketinggian +16,15 meter ini termasuk dalam Daerah Operasi I Jakarta. Stasiun ini memiliki tiga jalur dengan jalur 1 sebagai sepur lurus.
Stasiun kereta api Krenceng didirikan pada masa pemerintahan Kolonial Belanda, sekitar tahun 1896 oleh Staatspoorwegen (Perusahaan Kereta Api Negara). Stasiun kereta ini menjadi penghubung dan jalur yang cukup vital menuju Batavia, melalui Serang, Rangkasbitung, dan Serpong.
Dahulu stasiun ini merupakan persimpangan menuju Anyer kidul lalu jalur ini ditutup pada tahun 1981 dan hanya digunakan hanya untuk kereta api babarandek (batu bara rangkaian pendek) tujuan Nambo dari Cigading.
Hanya ada satu kereta api yang melayani penumpang di stasiun ini, yaitu KA Lokal Merak.
[Baca juga : "3 Wisata Sejarah Di Tangerang Selatan"]
4. Rumah Maulana Hasanudin
Rumah Maulana Hasanudin terletak di Jalan Umar nomor 175-A, Lingkungan Temu Putih, Kelurahan Ciwaduk, Kecamatan Cilegon. Tipe rumah mewah pada zamannya itu bergaya oud indische stujl atau bergaya klasik Indis atau Hindia lama ini menggunakan serambi depan tinggi dan luas, sebelum 1974 masih digunakan sebagai tempat tinggal oleh Tuan Hanibal. Tetapi setahun berikutnya kosong tak berpenghuni sampai 1994. Kini rumah itu digunakan sebagai tempat pusat pendidikan anak sholeh Yayasan Maulana Hasanudin.
Kawasan perkampungan ini berada di Jalan Kyai Haji Undulusi, Kampung Pekuncen, Kelurahan Ciwedus, Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon, Provinsi Banten. Kawasan ini merupakan permukiman kuno, hal ini terlihat dari beberapa bangunan rumah tradisional yang terdapat di sepanjang Jalan Kyai Haji Undulusi.
Salah satu rumah kuna yang ada di kawasan ini adalah rumah tinggal Ibu Tuasmah. Rumah tinggal ini tepat berada di depan Masjid Agung Kampung Pekuncen, dimana di bagian selatan berbatasan dengan Jalan Kyai Haji Undulusi, di utara berbatasan dengan rumah penduduk, bagian barat dan timur juga berbatasan dengan rumah penduduk. Menurut keterangan Ibu Tuasmah (70 tahun), rumah ini merupakan peninggalan dari orang tuanya yang berprofesi sebagai petani dan pedagang.
Rumah yang berukuran 12,60 m x 15,70 m tersebut, dibagi menjadi dua bagian dimana bagian barat ditempati oleh Ibu Tuasmah beserta keluarganya sedangkan bagian timur ditempati oleh Ibu Maadiah (adik ibu Tuasmah) beserta keluarganya. Bangunan ini disekat menggunakan pasangan bata berplester di bagian tengah, yang berfungsi sebagai pemisah antara rumah Ibu Tuasmah dan Ibu Maadiah. Ketebalan dinding penyekat bangunan tidak setebal dinding asli yang mempunyai ketebalan 26 cm. Dinding bangunan asli terbuat dari bata mentah dengan plesteran dari tanah dan kapur. Untuk mempermudah, selanjutnya bangunan ini akan disebut dengan rumah tinggal Ibu Tuasmah.
Bangunan ini berdenah segi empat dengan atap berbentuk pelana dan penutup atap berupa genteng tanah liat. Semula, penutup atap bangunan ini berupa “welit” yaitu daun pohon kelapa yang dikeringkan. Bangunan lebih tinggi 60 cm dibandingkan permukaan tanah di sekitarnya. Bangunan mempunyai selasar (teritisan) di bagian depan (selatan) selebar 90 cm yang atapnya berbeda dengan atap bangunan inti, sehingga atap bagian depan terlihat bersusun dua. Atap teritisan tersebut ditopang oleh empat tiang kayu serta beberapa konsul kayu yang menempel di dinding bangunan. Selasar atau teras depan ini berfungsi sebagai ruang transisi antara lingkungan luar dengan rumah tinggal. Bagian ini bersifat profan atau terbuka. (Sumber: Artikel gpswisataindonesia.info Foto id.railfansid.wikia.com)
...moreTripTrus.Com - Selain sebagai kota Mini Metropolitan, Kota Tangerang tenyata merupakan kota yang sarat akan sejarah dan budaya. Dalam sejarah Kota Tangerang sendiri terdapat beberapa bangunan tua paling bersejarah yang sangat terkenal dan banyak sekali di kunjungi oleh para wisatawan lokal, nasional maupun internasional.
Hal ini terbukti dari banyaknya blog atau situs yang menulis tentang sejarah kota Tangerang dan keanekaragaman budayanya serta tempat-tempat yang banyak mengandung sejarah yang berada di Kota Tangerang.
Menurut catatan Sejarah kota tangerang, kata kota tangerang berasal dari kata “Tangeran” yang dalam bahasa sunda berarti di sebut sebagai “tetengger atau tanda”. Namun karena adanya perberdaan dialek dari para tentara kompeni yang berasal dari Makassar pada waktu itu, maka kata ‘Tangeran” berubah menjadi kalimat “Tangerang”.
Panjangnya sejarah kota tangerang merupakan sebuah perjalanan dan perjuangan yang dilakukan oleh warga Kota Tangerang dalam mencapai kemerdekaan pada masa penjajahan menyebabkan Kota Tangerang menjadi sebuah tempat yang banyak sekali meninggalkan bangunan-bangunan tua yang menyimpan sejarah Kota Tangerang.
Berikut 3 Bangunan Sejarah Kota Tangerang yang paling Keren dan banyak dikunjungi yang sampai saat ini masih di pertahankan dan terawat secara apik dan rapih bahkan ada yang sudah mengalami perbaikan total namun tanpa menghilangkan view naturalnya.
1. Bendungan Pasar Baru
View this post on Instagram
Bendungan Pasar Baru atau biasa di sebut bendungan Pintu Air Sepuluh. Bendungan ini dibangun pada tahun 1927 dan mulai berfungsi pada tahun 1932 di masa penjajahan Belanda. Tujuannya, bendungan ini menjadi pusat pengaturan dijit air di Tangerang. Kenapa di namakan Bendungan Pintu Air Sepuluh karena di bendungan ini terdapat 10 Pintu Air yang berfungsi menahan air dari hulu ke hilir dan mencegah terjadinya banjir. Dan saat ini Bendungan Pasar Baru sudah menjadi Cagar Budaya yang ada di Kota Tangerang, saya menyarankan Kepada Pemerintah @tangerangkota Agar Pintu Air Sepuluh ini dapat menjadi tempat wisata edukasi bagi anak2 sekolah maupun orang dewasa dengan mendirikan Museum tentang sejarah berdirinya Bendungan ini dan juga Area tempat wisata di sekitar Bendungan Pasar Baru untuk menarik wisata kota Tangerang dan mengenalkan kepada masyarakat luas @abouttng ....#Tangerangayo #TangerangBisa #KitaTangerang #WisataKotaTangerang #TangerangLive #ExploreTangerang #AboutTng #BendunganPasarBaru #BandunganPintuAir10 #bendungan #JelajahKotaTangerang #HowesKuy #GowesTangerang #WeekendGowes #janganlupabahagia #EdukasiWisata #LetsPlayLetsPray
A post shared by Faisal Al Bashir (@stiev12) onDec 15, 2018 at 7:31pm PST
Bendungan yang memanjang melintasi aliran sungai cisadane Kota Tangerang ini terletak di Jl. K.S. Tubun, Kelurahan Koang Jaya Kecamatan Karawaci Kota Tangerang, Provinsi Banten.
Bendungan Pasar Baru Kota Tangerang atau yang lebih popler dengan sebutan Pintu Air 10 ini dibangun pada tahun 1927 dan selasai serta di resmikan pada tahun 1930, artinya proses pembangunan bendungan ini memakan waktu sekitar 3 tahun.
Bendungan Pasar Baru Kota Tangerang ini awalnya difungsikan sebagai pusat pengairan persawahan seluas 40.663 hektar di wilayah tersebut. Pada awalnya bendungan Pasar Baru Kota Tangerang ini bernama bendungan Sangego yang kemudian berubah menjadi Bendungan Pintu Air Sepuluh.
Kekokohan dan kegagahan Bendungan ini membuat eksotisme tersendiri bagi para pelintas dan pengguna jalan di wilayah tersebut. Apalagi saat ini Pemerintah Kota Tangerang sudah menata dan mempercantik tampilan di sekitar Bendungan ,tentu saja hal ini membuat para pengguna jalan K.S. Tubun menjadi sedikit terobati saat jalananan macet membuat kendaraan mereka tersendat.
Selain sebagi peninggalan sejarah, bendungan Pasar Baru atau Pintu Air Sepuluh Kota Tangerang kini sudah menjadi destinasi wisata yang mampu menyedot minat masyarakat kota Tangerang khususnya masyarakat yang berada di sekitar kawasan tersebut.
2. Stasiun Kereta Api Tangerang
View this post on Instagram
Stasiun Tangerang Selain melalui jalur Jalan Raya Pos dan Sungai Cisadane, inilah sarana transportasi utama yang menghubungkan Tangerang dan daerah sekitarnya. Diresmikan pada 2 Januari 1889, berdirinya Stasiun Tangerang bertepatan dengan dibukanya jalur kereta api Duri-Tangerang. Dibukanya jalur kereta api Duri-Tangerang tidak terlepas dari peran Tangerang sebagai daerah penghasil barang kerajinan, selain juga transit hasil perkebunan dari daerah Serpong. Karenanya, Staatspoorwagen (Badan Perkeretaapian Belanda) membuka jalur Duri-Tangerang sepanjang 19 kilometer dan melewati delapan stasiun. Bangunan stasiun sudah mengalami banyak perubahan. Terlebih, pada tahun 2000, sempat terjadi kebakaran yang menghanguskan bangunan stasiun di sisi timur. Bangunan asli yang di masa lalu didominasi oleh kayu pun sekarang berubah menjadi tembok dari semen dan batu bata. Beberapa bagian asli yang masih tetap dipertahankan hingga saat ini di antaranya jendela dan pintu besar yang sangat berat. Selain itu, di sisi barat stasiun (berada di luar area stasiun), terdapat sebuah sumur berdiameter sekitar 5 meter. Sumur yang oleh warga sekitar disebut Sumur Gede ini dulunya difungsikan sebagai sumber air untuk mengoperasikan mesin uap kereta api. Sumber: indonesiakaya[dot]com ----- Photo: @gratiamikha Location: Jalan Ki Asnawi, Tangerang ----- TheJourney: Tangerang January of 2017 #thejourney #travelblogger #stasiuntangerang #abottng #tangerang #benteng #bentengtangerang #banten #indotravellers #visitbanten #pesonaindonesia #indonesiadestination #beautifulplace
A post shared by Gratia Mikha Wikita (@gratiamikha) onFeb 14, 2017 at 10:24pm PST
Stasiun Kereta Api ini terletak di Desa Pasar Anyar, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, Provinsi Banten. Berbatasan dengan pertokoan dan parkiran di sebelah utara, Pertokoan dan pemukiman di sebelah Timur dan Barat dan pemukiman di sebelah Selatan.
Stasiun ini merupakan lintasan akhir, karena tidak ada lintasan selanjutnya. Dibangun bersamaan dengan lintasan jalur kereta api Duri-Tangerang pada tanggala 2 Januari 1889. Stasiun yang bentuknya memanjang dari timur ke barat ini sudah mengalami banyak perubahan, baik dari segi bangunan maupun fasilitasnya.
Sekitar tahun 2000-an, stasiun ini tampak tertutup oleh kerumunan para pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya persis di depan wajah stasiun ini sehingga pintu utama dari stasiun kereta api ini nyaris banyak yang tidak mengetahui lokasinya.
Namun Sekitar tahun 2014 hingga sekarang, pemerintah Kota Tangerang mengadakan pembenahan dan penataan Kota di sekitar trotoar jalan tempat pedagang kaki lima berada, mereka dipindahkan lokasinya dan ditata sedemikian rupa. Alhasil, bangunan stasiun pun kini sudah terlihat jauh lebih apik, bersih dan rapi dan bahkan jika saat ini anda berkunjung ke Kota tangerang, Wajah Stasiun kereta api ini sudah jauh lebih bagus dan sangat nyaman untuk digunakan.
Disebelah utara terdapat papan pemberitahuan yang dikeluarkan oleh Pusat Pelestarian Benda dan Bangunan PT. KAI yang menerangkan bahwa Stasiun Kereta Api Tangerang merupakan Tempat Cagar Budaya yang dilindungi Oleh Negara.
3. Masjid Jami Kalipasir
View this post on Instagram
Masjid Kali Pasir adalah masjid tertua di Kota Tangerang peninggalan Kerajaan Pajajaran.Masjid ini berada di sebelah timur bantaran Sungai Cisadane, tepatnya di tengah pemukiman warga Tionghoa kelurahan Sukasari.Bangunannya pun bercorak China.Masjid tertua di Tangerang ini mencerminkan kerukunan umat beragama pada masanya.Hingga kini masjid yang sudah berusia ratusan tahun tersebut masih digunakan sebagai tempat beribadah. Namun, masjid ini tidak lagi digunakan untuk salat Jumat. Caption copas dari Wikipedia @uploadkompakan #uploadkompakan #ukmasjid_palembang #genkabuabu23 #kompakerstangerang
A post shared by yenysurya (@yenysurya) onJun 20, 2018 at 4:27pm PDT
Masjid Jami' Kalipasir terletak di Kampung Kalipasir, Kelurahan Sukasari, Kota Tangerang Provinsi Banten.
Masjid Jami’ Kalipasir dibangun pada tahun 1700 oleh Tumenggung Pamitrawidjaja yang berasal dari Kahuripan dan kepengurusan masjid dilakukan secara turun-temurun. Pada tahun 1712, Masjid Jami' Kalipasir dikelola oleh Raden Bagus Uning Wiradilaga yang kemudian diteruskan oleh puteranya yang bernama Tumenggung Aria Ramdon pada tahun 1740 hingga tahun 1780.
Sepeninggalnya Tumenggung Aria Ramdon pada tahun 1780, kepengurusan Masjid Jami Kalipasir di turunkan kepada puteranya yaitu Aria Tumenggung Sutadilaga yang meninggal pada tahun 1823.
[Baca juga : "10 Tempat Dan Situs Bangunan Bersejarah Di Depok"]
Sekitar tahun 1830 kepengrusan Masjid Jami’ Kalipasir dilanjutkan oleh Raden Aria Idar Dilaga yaitu putera dari Aria Tumenggung Sutadilaga hingga tahun 1865 yang kemudian diteruskan kembali oleh putri dari Raden Aria Sutadilaga yang bernama Nyi Raden Djamrut bersama suaminya Raden Abdullah hingga tahun 1904 yang kemudian diteruskan oleh puteranya yang bernama Raden Jasin Judanegara sampai tahun 1961.
Di sebelah Barat Masjid Jami’ Kalipasir terdapat dua buah makam yang masing – masing berukuran 6x2M dan 4x2M. Pada makam yang berukuran 6x2M terbagi dalam dua bagian yaitu bagian satu berukuran 2x2M terletak di sebelah sisi timur dan berisi tiga pasang Nisan sedangkan bagian kedua berukuran 4x2M yang terletak di sebelah sisi barat dan berisi enam pasang Nisan. (Sumber: Artikel papahkepo.com Foto kabar-banten.com)
...moreTripTrus.Com - Kawasan obyek wisata Danau Tambing yang sebelumnya ditutup karena dampak dari gempa bumi yang melanda wilayah Napu, Kabupaten Poso beberapa waktu lalu, kini kembali dibuka lagi untuk wisatawan lokal maupun mancanegara. "Sudah berlangsung dua pekan ini, obyek wisata itu dibuka untuk para pengunjung," kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), Sudayatna di Palu, Selasa. Ia mengatakan hampir sebulan objek wisata trersebut terpaksa ditutup sementara karena demi kepentingan kenyamanan dan keselamatan wisatawan. Dampak dari gempa buli tektonik 6,2 SR yang menguncang wilayah Kecamatan Lore Utara, beberapa sarana dan fasilitas yang ada dalam kawasan wisata Danau Tambing rusak sehingga harus diperbaiki kembali. Untuk kepentingan tersebut, makanya, hampir sebulan objek wisata yang terletak di kawasan TNLL di Desa Sedoa, Kecamatan Lore Utara ditutup. Namun demikian, dua pekan lalu sudah dibuka kembali dan banyak wisatawan yang mengunjungi salah satu destinasi unggulan pemerintah dan masyarakat di Provinsi Sulteng itu. Dalam kondisi normal, setiap hari libur jumlah pengunjung sekitar 500 orang. Dan yang paling banyak pengunjungnya adalah kalangan pelajar dan mahasiswa serta para pencinta alam. Danau Tambing dapat ditempuh dengan kendaraan sepeda motor atau mobil dengan waktu sekitar2,5 jam. Sudayatna mengatakan bahwa di dalam kawasan TNLL terdapat sejumlah objek wisata menarik dan unik seperti penangkaran tarsius dan air panas di Desa Kadidian dan Kamarora, Kecamatan Nokilalaki. Berikutnya, penangkaran burung maleo, salah satu satwa endemik yang dilindungi terletak di Desa Saluki, Kecamatan Gumbasa, patung megalit di Lembah Besoa dan Bada, Kabupaten Poso. Semua obyek wisata tersebut sangat menarik dikunjungi para wisatawan, termasuk mancanegara sangat menyukainya. (Sumber: Artikel antaranews.com Foto republika.co.id)
...more