shop-triptrus



Komunitas Heritage On Jeep Menawarkan Cara Berwisata yang Beda

TripTrus.Com - Jeep digunakan untuk offroad ataupun wisata alam lainnya adalah hal yang sudah biasa, namun apabila jeep digunakan untuk berwisata di tengah kota dengan mengunjungi objek wisata di tengah kota adalah sesuatu yang baru khususnya di Kota Palembang. Adalah komunitas Heritage On Jeep, sebuah komunitas jeep yang terdiri dari para pemandu wisata yang menawarkan pengalaman mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di Kota Palembang dengan mengendarai mobil jeep. Mobil jeepnya pun terhitung lawas dibuat mulai dari tahun 1940 an hingga tahun 1980 an. “Selain mengunjungi heritage, jeep kami juga masuk heritage karena jeep lawas, kurang lebih ada di zaman perang dunia ke dua, rata- rata,” ujar Zaim, Kordinator Komunitas Heritage On Jeep dalam acara Bincang Komunitas.       Lihat postingan ini di Instagram Sebuah kiriman dibagikan oleh HERITAGE ON JEEP (@heritageonjeep) Ia mengatakan salah satu visi komunitas ini dibentuk adalah ingin memberikan alternative wisata kepada orang yang berberwisata di Palembang, namun tidak menutup kemungkinan orang Palembang sendiri ikut menggunakannnya karena banyak orang Palembang sendiri yang tidak mengetahui destinasi wisata heritage di Kota Palembang. “Peserta tour kami justru banyak dari orang Palembang. Kami membuka tour setiap hari, kapanpun mau jalan bisa kontak kami,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa sebetulnya banyak objek-objek wisata di Palembang namun tidak semua terekspose dan juga tidak ada fasilitas untuk mendatangi. “Misalnya orang sering lewat di tugu tentara pelajar di talang semut dan di seberangnya ada museum tekstil, tapi orang lewat saja. Orang banyak penasaran dengan spot tersebut, nah kami akan fasilitasi. Memakai jeep untuk mengakomodir ke spot-spot daripada jalan sendiri. Menggunakan jeep bisa kelihatan kanan dan kiri karena mobil kami terbuka bagian sampingnya sehingga dapat mendapatkan pengalaman empiric,” tukasnya. Ia menjelaskan destinasi wisata yang dikunjungi komunitas Heritage On Jeep terutama adalah destinasi yang memungkinkan mobil bisa parkir. “Kita mulai dari jembatan ampera, masuk ke jalan merdeka dan berhenti di kantor walikota. Kemudian ke lorong Borotan, gedung Jacobson Van den berg, geraja Ayam, SMP negeri 1, jalan HangTuah, kolam renang Garuda yang dibuat tahun 1920-an, kisaran talang semut, tidak jauh-jauh, banyak heritage pemukiman eropa disana. Ke kawasan skanak, jalan merdeka. Jalan merdeka, sangat menarik terutama perang 5 hari 5 malam, di sana banyak laskar yang bermarkas di situ. Ke pasar pempek 26 ilir, rumah A.K. Gani, markas pejuang, tugu tentara pelajar. Jeep dulu digunakan untuk berperang. A.K . Gani punya jeep dan sekarang ada di museum A.K. Gani. Jeep digunakan untuk melawan lupa. Jeep sebagai mesin waktu bukan hanya kendaraan,” ujarnya. [Baca juga : "4 Lokasi Wisata Di Sumbar Ini Ternyata Bekas Tambang Yang Ditinggalkan"] Jeep juga memiliki kesan menarik terutama bagi kaum milenial sebagai objek foto yang instagramable. “Banyak yang Tanya boleh foto di jeepnya tidak?, skalian saja kami ajak jalan-jalan,” tukasnya. Ia menambahkan anak muda banyak yang lupa sejarah, menurutnya sejarah penting sebagai indentitas diri bangsa. "Harapannya semakin banyak tour guide, menyadarkan bahwa sejarah itu penting, minimal sejarah kita sendiri tahu, tidak harus ke kota-kota lain,” ujarnya. (Sumber: Artikel sonora.id Foto @heritageonjeep ) 
...more

Agustus Full Vibes: Festival Lokal Gak Main-Main, Bro-Sis Traveler Wajib Cek!

TripTrus.Com - Bro-sis traveler, lo udah nyadar belum sih kalo Agustus 2025 tuh bakalan jadi bulan paling rame vibes lokalnya? Sumpah, dari ujung barat sampe timur Nusantara, festival-festival kece udah ngantri buat manjain mata, perut, sama jiwa lo yang butuh healing tapi tetep pengen rooted sama budaya kita. Musik, budaya, makanan, plus pemandangan alamnya, semua dibungkus dalam satu paket yang Instagrammable dan pastinya worth banget buat dijadiin konten. Daripada lo cuma jadi silent viewer IG story temen, mending lo yang ambil peran utama. Coba deh start dari Festival Wowine 2025, ini tuh surganya pecinta tradisi NTT, bro-sis! Musik, tarian, dan kearifan lokalnya tuh bakal ngebikin lo makin cinta sama Indonesia. Nuansa adat yang masih kental dan keramahan warga lokal bikin lo serasa balik ke rumah nenek di kampung, hangat dan penuh kenangan. Abis itu, ada Tomohon International Flower Festival 2025 yang warnanya secantik vibe lo pas lagi liburan. Bayangin deh, lo jalan di tengah parade bunga warna-warni yang super niat dekorasinya. Cocok banget buat lo yang demen estetik dan punya jiwa flower child. Tomohon bener-bener bisa bikin feed lo naik level, plus udaranya adem pula! Lanjut ke Wolobobo Ngada Festival 2025, tempat di mana lo bisa menikmati seni budaya Ngada yang otentik. View-nya luar biasa sih, spot ini wajib lo masukin ke itinerary. Dari puncak bukit sampe suasana adatnya, semuanya terasa magis. Buat lo yang haus pengalaman baru, di sinilah tempat lo explore sisi eksotis Nusa Tenggara Timur.       View this post on Instagram A post shared by soulful ngada (@soulful.ngada) Kalo lo mau pengalaman budaya yang kuat, Festival Budaya Lembah Baliem 2025 bisa jadi jawaban. Bro-sis traveler, lo bakal liat langsung perang-perangan adat yang epic, lengkap dengan kostum dan tarian Papua yang gokil banget. Ini bukan festival biasa, ini sejarah hidup yang lo saksikan langsung. Beneran, priceless vibes! Gak mau jauh-jauh? Tenang, Tapin Art Fest 2025 di Kalimantan juga siap manjain lo dengan art performance kece, kuliner lokal, dan vibes kreatif anak daerah yang keren abis. Lo bisa nongkrong santai sambil nyicipin jajanan tradisional, terus lanjut nonton pameran dan pertunjukan seni yang anti mainstream. Nah, buat lo yang suka fashion, Jember Fashion Carnaval 2025 wajib lo gas! Parade busana megah dan unik yang gak kalah sama Met Gala. Outfit-nya tuh totalitas banget, bro-sis, dan semua elemen lokal dikemas jadi satu fashion show jalanan yang epic. Bisa jadi inspirasi OOTD lo juga lho! Terus, ada juga nih Festival Golo Koe di Labuan Bajo, tempat lo bisa menikmati keindahan Maria Assumpta dan budaya lokal Flores dalam satu festival yang sakral tapi tetap meriah. Spot ini pas banget buat lo yang nyari ketenangan spiritual tapi juga pengen explore Labuan Bajo beyond Komodo. Festival Rote Malole 2025 juga gak kalah keren, bro-sis! Di sini lo bakal dimanjain sama pantai indah, budaya lokal yang kuat, dan vibe chill yang jarang lo temuin di tempat lain. Buat lo yang pengen escape dari hiruk-pikuk kota, Rote tuh tempat healing yang sesungguhnya. [Baca juga : "Explore Banten Lama: Surga Sejarah & Religi Buat Lo Yang Mau Healing Plus Belajar!"] Kalo lo demen yang berbau air, jangan skip Festival Perahu Bidar Tradisional 2025! Balap perahu khas Palembang ini seru banget, bro! Musik, teriakan semangat tim, dan air yang ciprat-ciprat bikin adrenaline lo naik. Dan yes, cocok banget buat konten cinematic slowmo lo! Abis itu ada Gili Festival 2025 di Lombok yang vibes-nya santai tapi tetep hidup. Lo bisa explore underwater life, nikmatin live music di pantai, dan makan seafood segar sampe puas. Kombinasi laut, musik, dan sunset tuh beneran ngebikin lo lupa deadline. Buat lo yang cinta tradisi, Pacu Jalur Tradisional 2025 di Riau tuh harus masuk bucket list! Lomba perahu panjang dengan iringan musik khas ini gak cuma seru, tapi juga penuh nilai sejarah. Lo bisa belajar banyak sambil menikmati suasana meriah ala kampung halaman. Ada juga nih Festival Budaya Sa Ijaan: Magic From The Sea 2025 yang ngasih lo experience budaya pesisir Kalimantan Selatan. Musik laut, tari-tarian magis, sampe ritual tradisional bikin festival ini beda dari yang lain. Bro-sis, ini tuh literally magic vibes dari laut! Buat pecinta beat dan ritme, Aceh Perkusi 2025 bakal bikin jantung lo berdebar seneng. Di sini lo bisa nikmatin pertunjukan alat musik pukul tradisional Aceh yang megah. Bener-bener jadi experience sound lokal yang powerful dan susah dilupain! Lo tim sweet tooth? Wajib hadir ke Jakarta Dessert Week 2025! Dessert kekinian dari banyak toko hits ngumpul semua di sini. Lo bisa nyobain kreasi manis dari yang lokal sampe fusion yang unik banget. Cocok buat update IG Story sambil jajan lucu! Dan terakhir nih, jangan lupa mampir ke West Java Festival 2025! Jawa Barat tuh selalu punya cara unik buat nunjukin budayanya, mulai dari musik, kuliner, sampe pertunjukan seni lokal yang bikin lo makin cinta sama tanah Sunda. Nah bro-sis traveler, tunggu apalagi? Jangan sampe momen sekali setahun ini lo lewatin cuma karena nunda-nunda. Cus lah atur jadwal, kumpulin circle, dan siapin mental buat eksplor semua vibes lokal kece ini. Hidup cuma sekali, jangan cuma scrolling—sekarang giliran lo yang update konten epic dari tiap penjuru Nusantara bareng TripTrus! (Sumber Foto @bagusrizkif)
...more

4 Tips Pertama Kali Ajak Anak Balita Anda Traveling

TripTrus.Com - Sebagai seorang penggila traveling, travel blogger Nila Tanzil ingin menularkan hobinya kepada sang buah hati. Tidak heran jika Nila sudah memboyong putri pertamanya Sienna Tanzil Petersen berpergian jauh sejak masih berusia tiga bulan.    Enjoying the view of Mount Cook after a heavy hike 600m uphill... someone did it sleeping... #babycarrier #ergobaby A post shared by reizenmetspuitluiers (@reizenmetspuitluiers) onJan 3, 2018 at 12:42am PST Bahkan beberapa bulan lalu, pendiri Taman Bacaan Pelangi itu mengajak Sienna yang 1 Desember mendatang genap berusia setahun berkeliling sejumlah negara di Eropa. Sering bolak-balik Jakarta - Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, untuk memantau taman bacaannya, Nila pun pergi bersama putrinya.  "Besok aku ke Labuan Bajo lagi. Ini perjalanan keenam Sienna ke sana," ujar Nila saat ditemui Wolipop di sela Nutrifood Leadership Award beberapa waktu lalu. "Menurut wanita yang sudah berkunjung ke 32 negara itu, mengenalkan traveling sedini mungkin kepada anak adalah bagian dari proses pembentukan karakternya." "Anak bisa belajar beradaptasi dengan cepat ketika dewasa kelak. Semakin sering traveling, anak akan mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar," kata wanita yang bercita-cita diving di lautan Galaspagos, Amerika Selatan, itu.  Nila sendiri juga sudah terbiasa traveling bersama kedua orangtuanya sejak kecil. Ayah dan ibunya berprofesi sebagai fotografer sehingga kerap berpergian jauh untuk berburu objek-objek unik dan cantik.  Meski usia Sienna belum segenap setahun, Nila merasa tidak kewalahan mengurus putrinya selama berpelesir, terutama ketika pertama kalinya Sienna berpergian jauh. Padahal, ia melancong tanpa pengasuh. Bagaimana bisa?  Menurut wanita berkulit eksotis ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orangtua yang ingin mengajak anak balitanya berpergian jauh untuk kali pertama dengan atau tanpa pengasuh.  1. Santai, Jangan Cemas Berlebihan Wajar bila orangtua merasa cemas mengingat ini perjalanan jauh pertama bagi buah hati mereka. Entah itu cemas soal kesehatan, persediaan makanan dan minuman, atau pakaian mereka. "Santai saja, jangan terlalu cemas. Soalnya anak peka dan bisa merasakannya. Kalau orangtua panik, anak pasti akan ikut rewel," ujar wanita yang lebih senang berwisata sendiri alias solo traveling itu. 2. Light Traveling,  Bawalah barang seperlunya. Jangan terlalu membebani beban Anda dengan barang yang terlalu berlebihan. Utamakan perlengkapan seperti pakaian, selimut, sepatu, obat-obatan, baby carrier seperti kereta bayi (stroller) dan rompi penggendong, serta mainan untuk menghibur buah hati.  "Pakaian juga secukupnya karena masih bisa dicuci. Kalau makan dan minuman juga bisa dibeli selama perjalanan," kata Nila yang juga berbagi tips traveling aman dan nyaman bersama anak di akun Instagram @Siennalittleeplorer.3. Wajib Bawa Selimut  Bagi Nila, benda yang satu ini sangat multifungsi sehingga wajib dibawa. Selain menghangatkan tubuh dari hawa dingin, selimut juga berfungsi sebagai alas tidur di kala tempat tidur kurang memadai. Kaus kaki dan topi juga masuk dalam daftar wajibnya.4. Gunakan Baby Carrier yang Tepat Saat menelusuri jalan pedesaan yang berbatu tentunya Anda akan kesulitan menggunakan stroller atau kereta bayi. Maka kenali medan sebelum berpergian untuk menggunakan baby carrier yang tepat. Stroller cocok untuk jalanan berpermukaan rata. Jika medannya kasar, rompi penggendong bayi bisa jadi pilihan. Pastikan Anda juga membewa gendongan yang diselempangkan untuk bayi. (Sumber: Artikel detik.com, Foto freepik.com)
...more

13 Bangunan Bersejarah di Pandeglang

TripTrus.Com - Pandeglang berada di bawah keresidenan Banten, sebagai ibukota dari wilayah Banten Tengah. Meskipun begitu, Pandeglang bukan merupakan sebuah kabupaten, tapi memiliki posisi sebagai daerah administratif yang menentukan dalam perpolitikan pemerintah Kolonial Hindia Belanda pada saat itu (Dahlan dan Lasmiyati, 2007). Penetapan Pandeglang sebagai sebuah kabupaten terdapat dalam Staatblad Nomor 73 Tahun 1874, tentang pembagian daerah, dalam Ordonansi tanggal 1 April 1874. Dengan demikian, berdasarkan surat keputusan tersebut, Pandeglang merupakan kota yang didirikan oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Hal tersebut diperkuat dengan bukti tinggalan bangunan kolonial yang ada di Kota Pandeglang, yang mengindikasikan bahwa kota ini memiliki tata kota kolonial bentukan pemerintah Hindia Belanda pada masa lalu. 1. Gedung Lembaga Pemasyarakatan Pandeglang Bangunan LP atau Penjara terletak di Jalan Letnan Bolang, Kelurahan Pandeglang, Kecamatan Pandeglang, dengan jarak tempuh dari Ibu Kota Provinsi Banten berkisar 23 km. Bangunan penjara Pandeglang berdiri di atas lahan seluas kurang lebih 2.000 m2, luas bangunan 40 x 40 m2, dibangun sekitar tahun 1918, seiring berlakunya sistem kepenjaraan di Indonesia. Sebelum tahun 1917 di Indonesia belum mengenal adanya pidana kurungan. Sistem ini diambil oleh pemerintah kolonial Belanda dari negara induknya, yakni Belanda. Hal ini sebenarnya merupakan cara pandang kaum liberalis sebagai perwujudan Revolusi Perancis yang sebelumnya memberlakukan hukuman pidana mati, potong tangan, dipukul, ditusuk dengan besi panas dan pidana buangan. Keaslian bangunan masih tampak pada bangunan di dalam komplek. Hanya saja pada pintu gerbang yang terdapat di bagian depan telah terjadi perubahaan, mungkin penggantian ini dikarenakan pertimbangan keamanan karena komponen pintu tersebut sudah mulai lapuk. 2. Eks Gedung Sipir Belanda Di antara bangunan bangunan kuno di sekitar Alun-Alun Menes, bekas gedung Sipir Belanda ini tampak unik dibandingkan bangunan yang sezaman. Bangunan ini termasuk bagian dari bangunan-bangunan kolonial yang masih tersisa yang diperkirakan dibangun sekitar tahun 1848. Sisa-sisa dari keseluruhan bangunan masih dapat dilihat di bagian belakang yang masih luas ke belakang. Kepurbakalaan ini berbentuk bujur sangkar dengan luas 20 m x 12 m. Pada bagian muka terdapat dua jendela dan satu buah pintu masuk. Kedua jendela mempunyai bentuk dan ukuran yang sama, yakni berbentuk persegi panjang dengan bentuk lubang angin seperti setengah lingkaran, yang terletak tepat di atas jendela dan di atas pintu masuk. Jendela diberi jeruji vertikal dan lubang angin berbentuk huruf “V” dan berbentuk setengah lingkaran. Terdapat dua tiang semu (pilaster) pada sudut bangunan dan dua pilaster yang mengapit bagian pintu. Pilaster ini memiliki hiasan berupa pelipit-pelipit. Pilaster bentuknya mirip pilar sebenarnya, hanya keletakannya yang menyatu dan menjadi bagian dari dinding. Atap bangunan ditutup genting. Terdapat semacam canopy yang menaungi pintu. Bangunan ini berada di Jalan Alun-Alun Barat Menes, Kelurahan Purwaraja, Kecamatan Menes dengan jarak tempuh sekitar 51 km dari Ibu Kota Provinsi, atau kurang lebih 28 km apabila ditempuh dari Kota Pandeglang. 3. Eks Gedung Kewedanaan Labuan Bangunan Gedung Kewedanaan Labuan terletak di Jalan Pegadean, Kelurahan Labuan, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang. Fungsinya sekarang adalah sebagai gedung serbaguna. Jarak tempuh untuk mencapai ke lokasi sekitar 64 km dari pusat Ibu Kota Provinsi Banten dan hanya ditempuh 41 km dari Ibu Kota Kabupaten Pandeglang. Bangunan ini berdiri di atas lahan ± 1000 m2. Luas bangunan 20 m x 22 m.  Berbentuk bujur sangkar, yang merupakan salah satu ciri arsitektur masa kolonial, sehingga bila terlihat tampak muka, simetris yang kokoh. Denah simetris ini memberikan kemudahan untuk melakukan penambahan pada samping bangunan. Bentuk bangunan ini berbentuk sederhana bergaya joglo dan memiliki sudut lancip di tengahnya. Penutup atap terbuat dari genteng. Pada bagian badan terdapat jendela dan pintu berukuran besar. Pada setiap dua jendela kaca terdapat daun jendela yang terbuat dari susunan kayu horisontal (jalosie window) sebanyak 4 buah pada masing-masing sisi bangunan. Tiga perempat daun pintu berbentuk jalosie window, sementara seperempat bagian bawah dihias motif panel persegi empat. 4. Gedung Pendopo Kecamatan Menes Bangunan yang terletak di Jalan Alun-alun Timur Menes, Kelurahan Purwaraja, Kecamatan menes, Kabupaten Pandeglang ini sekarang berfungsi sebagai gedung serba guna. Peruntukkan awal bangunan ini adalah untuk persiapan gedung dinas Bupati Caringin. Bangunan ini merupakan salah satu bangunan tua yang masih tersisa dari beberapa bangunan kolonial yang diperkirakan dibangun sekitar tahun 1848. Untuk menuju ke lokasi dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi atau kendaraan umum, dengan jarak dari Ibu Kota Provinsi Banten sekitar 51 km atau hanya sekitar 28 km dari Ibu Kota Kabupaten pandeglang. Arsitektur bangunan bekas Kewedanaan Menes ini merupakan gabungan antara arsitektur lokal berupa bangunan pendopo dan arsitektur kolonial yang diwakili oleh tembok-tembok berukuran tebal dan tinggi. Bangunan ini memiliki ukuran luas 20 m x 22 m. Arsitektur lokal terlihat pada bentuk atapnya yang memanjang, yang biasa disebut dengan istilah limasan. Bentuk atap seperti ini banyak ditemukan pada bangunan-bangunan berarsitektur jawa. Terdapat dua bangunan tambahan pada bagian depan, yakni bangunan serambi, dan yang kedua menyerupai bantuk seperti koridor dan menyatu dengan bangunan utama. bangunan ini didirikan pada pondasi yang kokoh dan masif, terdapat tiga terap tangga untuk naik ke bangunan ini. Sisi-sisi atap diberi lisplang yang berfungsi sebagai penutup tiris berbentuk mata tombak. Beberapa tiang ukuran kecil menopang atap bangunan. Bangunan ini berfungsi sebagai gedung dinas Camat kecamatan Menes. Mempunyai kesamaan bentuk dan arsitektur yang terdapat pada gedung Pendopo Kecamatan Pandeglang, gedung pendopo Kawedanaan Menes dan gedung Pendopo Kecamatan Saketi. Luas kawasan Kecamatan Menes ini ± 500 m2. Di depan bangunan utama terdapat sebuah bangunan berbentuk joglo bertiang dua belas buah tiang kecil. Bangunan ini tidak berdinding penuh, dinding terdapat pada tiap sudut bangunan yang masing-masing menempel pada tiga tiang. Sementara bangunan utama mempunyai empat persegi dan pada puncaknya terdapat limas. Bangunan ini mempunyai dinding pada setiap sisinya. Sebagian dinding bagian bawahnya diberi lapisan batu andesit. Sampai  saat ini tanggal pendirian bangunan belum diketahui, karena belum ada sumber-sumber yang memadai. Tetapi diperkirakan sekitar tahun 1848, se zaman dengan bangunan pemerintahan kolonial yang ada di wilayah Menes. 5. Eks Gedung Pendopo Kewedanaan Menes Bangunan yang terletak di Jalan Alun-alun Timur Menes, Kelurahan Purwaraja, Kecamatan menes, Kabupaten Pandeglang ini sekarang berfungsi sebagai gedung serba guna. Peruntukkan awal bangunan ini adalah untuk persiapan gedung dinas Bupati Caringin. Bangunan ini merupakan salah satu bangunan tua yang masih tersisa dari beberapa bangunan kolonial yang diperkirakan dibangun sekitar tahun 1848. Untuk menuju ke lokasi dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi atau kendaraan umum, dengan jarak dari Ibu Kota Provinsi Banten sekitar 51 km atau hanya sekitar 28 km dari Ibu Kota Kabupaten pandeglang. Arsitektur bangunan bekas Kewedanaan Menes ini merupakan gabungan antara arsitektur lokal berupa bangunan pendopo dan arsitektur kolonial yang diwakili oleh tembok-tembok berukuran tebal dan tinggi. Bangunan ini memiliki ukuran luas 20 m x 22 m. Arsitektur lokal terlihat pada bentuk atapnya yang memanjang, yang biasa disebut dengan istilah limasan. Bentuk atap seperti ini banyak ditemukan pada bangunan-bangunan berarsitektur jawa. Terdapat dua bangunan tambahan pada bagian depan, yakni bangunan serambi, dan yang kedua menyerupai bantuk seperti koridor dan menyatu dengan bangunan utama. bangunan ini didirikan pada pondasi yang kokoh dan masif, terdapat tiga terap tangga untuk naik ke bangunan ini. Sisi-sisi atap diberi lisplang yang berfungsi sebagai penutup tiris berbentuk mata tombak. Beberapa tiang ukuran kecil menopang atap bangunan. 6. Gedung Kodim 0601 Pandeglang Gedung Kodim 0601 Pandeglang terletak di jl. alun-alun No. 2 Pandeglang. Adapun ciri-ciri arsitektural kolonial yang dapat ditemui pada bangunan ini yang sudah menjadi ciri umum bangunan masa kolonial antara lain: model atap yang rendah, dengan satu buah pintu masuk depan dan komposisi vertikal, dibangun pada tahun 1918. Bangunan ini mempunyai denah bujur sangkar dengan 4 terap anak tangga dan pondasi yang masif. Atap bangunan ini berbentuk atap limasan, namun iirisan gambar atapnya memiliki sudut lancip pada bagian atas dan luas atap hanya sedikit luas jika dibandingkan dengan luas dinding. Terdapat semacam atap tambahan yang menaungi bagian teras dan beberapa jendela, diduga bagian ini berfungsi sebagai pelindung dari tempias hujan. Pada bagian depan bangunan terdapat 4 buah pilar yan bergaya tuscan. di keempat sudut bangunan luar terdapat 4 pilar penopang. Secara umum dapat dikatakan bahwa bangunan ini bergaya arsitektur neo-klasik. 7. Eks Gedung Pendopo Kecamatan Saketi Gedung ini beralamat di Jalan Raya Labuan, Kelurahan Purwasari, Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang. Jarak tempuh dari Ibu Kota Provinsi sekitar 42 km, sementara jarak tempuh dari Ibu Kota Kabupaten Pandeglang ± 19 km. Keadaan bangunan ini sudah tidak terawat dan sebagian sudah mulai mengalami kerusakan. Luas bangunan sekitar 12 m x 18 m persegi. Bentuk atap bangunan ini menyerupai bentuk atap gedung bekas pendopo Kecamatan Pandeglang, yaitu atap limasan. Bangunan ini dulu berfungsi sebagai kantor Kecamatan yang kini menghuni gedung baru. Sebagai bangunan yang memiliki gaya yang khas pada masanya, bangunan ini menjadi penting artinya bagi ilmu pengetahuan. Tampaknya bentuk atap limasan pernah menjadi model arsitektur atap rumah pada sekitar tahun 1847-an, hal ini mungkin disesuaikan dengan keadaan iklim di Indonesia. 8. Eks Rumah Dinas Komisaris Polisi Rumah ini terletak di jalan Alun-alun Barat Menes, Kelurahan Purwareja, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang. Jarak tempuh dari pusat Ibu Kota Provinsi sekitar 51 km atau 28 km dari Ibu Kota kabupaten Pandeglang. Semula berfungsi sebagai rumah Dinas Komisaris Polisi pada masa pemerintahan kolonial. Diperkirakan bangunan ini didirikan pada tahun 1848-an. Bangunan ini merupakan living monument dengan kondisi pemeliharaan cukup baik, sejak dibangun hingga sekarang belum mengalami perubahan maupun pemugaran yang sifatnya mendasar. Luas tanah yang ditempati oleh bangunan ini seluas ± 400 m2. Sementara luas bangunan 14 m x 12 m. Sekarang bangunan ini masih dipergunakan untuk rumah tinggal Kepala POLSEK Kecamatan Menes.  Bentuk denah bangunan ini bujur sangkar, dengan bentuk atap limasan. Pada bagian belakang terdapat beberapa bangunan tambahan yang tampaknya merupakan bangunan pelengkap. Jarak tempuh dari pusat Ibu Kota Provinsi sekitar 51 km atau 28 km dari Ibu Kota kabupaten Pandeglang. 9. Eks Gedung Pendopo Kecamatan Pandeglang Bangunan yang langka dan unik ini merupakan bangunan pendopo Kecamatan Pandeglang. Terletak di Jalan Letnan Bolang, Kelurahan Pandeglang, Kecamatan Pandeglang, Kabupaten Pandeglang. Dari pusat Ibu Kota Provinsi Banten untuk ke lokasi ini harus menempuh jarak sekitar 23 km, sedangkan jarak tempuh dari Ibu Kota Kabupaten Pandeglang 0,5 km. Bangunan ini tampak menonjol dibandingkan dengan bangunan lain yang ada disekitarnya. Keunikan yang menonjol tampak dari bentuk atap bangunan yang berbentuk limasan dan mempunyai ukuran cukup besar. Bentuk atap seperti ini dipengaruhi oleh arsitektur venakular Jawa. Di bagian depan terdapat bangunan tambahan yang disangga oleh dua tiang polos. Bangunan yang berdiri di atas tanah seluas 500 meter persegi dengan luas bangunan ± 12 m x 18 m ini dibangun sekitar tahun 1848 dengan peruntukkan awal sebagai gedung dinas camat, sekarang dimanfaatkan sebagai kantor Dinas PU Pandeglang Bidang Kebersihan. Keadaan bangunan relatif cukup baik dan terpelihara karena masih terus dipergunakan. [Baca juga : "3 Bangunan Bersejarah Di Tangerang Yang Harus Dikunjungi"] 10. Eks Gedung Pendopo Kewedanaan Pandeglang Letak gedung ini di jalan KH. Abdul Halim, Kelurahan Pandeglang, Kecamatan Pandeglang tepat di pusat Kota Pandeglang, yang berjarak sekitar 23 km dari Pusat Ibu Kota Provinsi Banten. Semula gedung ini digunakan sebagai gedung dinas wedana. Berdiri di atas lahan seluas ± 1500 m2 dengan luas bangunan ± 20 m x 10 m.  Ditopang oleh pondasimasif setinggi 40 cm yang terbuat dari batu bata. Atap bangunan berbentuk limasan, terdapat bagian mirip entablatur di bagian atas. Pada bagian muka terdapat selasar yang diberi atap tambahan. Daun jendela dandaun pintu gedung ini berukuran besar dengan engsel dorong. Bangunan ini diperkirakan berdiri sekitar tahun 1848. Kini gedung yang telah direhabilitasi pada tahun 2004 berada dalam lingkungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang beralih pusat sebagai Bale Budaya. 11. Masjid Jami Al Khusaeni Carita       View this post on Instagram Bulit in 1889M #masjidalkhusaericarita A post shared by Budi Hartono (@bharton88) onMay 11, 2018 at 5:24pm PDT Ruang utama masjid ini dibatasi dinding pada keempat sisinya. Pintu terdapat pada sisi timur, utara dan selatan yang menghubungkan ruang utama dengan ruang serambi di sisi timur. Pada dinding sisi barat terdapat mihrab yang di sisi kanannya terdapat mimbar. Masjid Carita memiliki bentuk atap bertingkat atau tumpang yang berjumlah empat tingkatan. Atap tingkat keekmpat memiliki pagar langkan pada keempat sisinya. Puncak atap Masjid Carita ditutupi oleh sebuah mustoko. Seluruh kerangka atap ditutup oleh genting dan pada bagian lisplangnya terdapat deretan hiasan motif tumpal. Masjid Carita memiliki serambi pada keempat sisinya, yaitu serambi timur, utara dan selatan (serambi terbuka), sisi barat dan utara (serambi terbuka). 12. Masjid Salafiah Caringin       View this post on Instagram Selamat Menunaikan Ibadah Puasa. Photo : Masjid Agung Syekh Asnawi Sejarah : https://disbudpar.bantenprov.go.id/read/historic-mosque/626/MASJID-AGUNG-CARINGIN #pandeglang #explorepandeglang #explorebanten #banten A post shared by Labuan & Sekitar (@infolabuan) onJun 6, 2016 at 11:41pm PDT Didirikan sekitar tahun 1884 oleh penduduk Caringin secara bergotong royong yang dipimpin oleh Ulama Syekh Asnawi. Tidak jauh dari Masjid Caringin terdapat makam KH. Muhammad Asnawi (Syekh Asnawi bin Abdul Rohman) yang wafat pada tahun 1356 H (1937 M) yang terletak di tepi pantai, Desa Caringin , Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang. Dari Ibukota Privinsi Banten berjarak sekitar 66 km atau 43 km dari kota Pandeglang. 13. Menara Air Kota Pandeglang Menara Air ini terletak di Jl. Ciwasiat, Kelurahan Pandeglang Kecamatan Pandeglang tidak jahu dari bangunan Mesjid Agung Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, jarak tempuh untuk mencapai ke lokasi ini sekitar 25 km dari pusat Ibu Kota Provinsi Banten, Serang. Bangunan ini berbentuk slindrik yang berfungsi sebagai menara air (water tower) tinggi bangunan ini sekitar 25 meter dengan diameter 4 meter. Bangunan ini dibagi dua bagian, bagian bawah terbuat dari batu kali yang disusun sedemikian rupa terdapat pintu masuk yang terbuat dari besi dengan dua daun pintu yang dibingkai dengan lengkung sempurna. Bagian atas berbentuk slindrik terbuat dari bahan semen. Bagaian atas digunakan untuk penampung air. Bangunan ini dibangun pada tahun 1884. (Sumber: Artikel humaspdg.wordpress.com Foto kabar-banten.com)
...more

Asyiknya Jalan-jalan Wisata Budaya, Cek Destinasi Keren Ini, Bro!

TripTrus.Com - Nah, buat yang lagi ngeplan liburan, gue punya nih rekomendasi tempat-tempat keren buat wisata budaya. Sebelum mulai rencanain trip, cek dulu info tentang destinasi yang kamu mau kunjungi, biar nggak nyasar.       View this post on Instagram A post shared by R O Y G Y L A N G (@roy_gylang) Berikut ini beberapa tempat asyik yang bisa kamu masukin ke dalam list perjalananmu: 1. Museum Ullen Sentalu, Yogyakarta Yogyakarta memang udah terkenal banget sebagai destinasi wisata. Kalo kamu suka yang berbau budaya, cobain deh mampir ke Museum Ullen Sentalu. Di sini kamu bakal diajak jalan-jalan sejarah Kerajaan Mataram yang akhirnya jadi awal mula Keraton Solo dan Yogyakarta di Jawa Tengah. 2. Istana Tirta Gangga, Bali Bali emang hits banget buat liburan, apalagi pantainya dan kulinerannya. Tapi kalo kamu pengen cari destinasi budaya, coba deh mampir ke Istana Tirta Gangga. Ini istana peninggalan Kerajaan Karangasem. Selain sejarahnya yang menarik, pemandangan dan taman airnya juga bikin hati adem. 3. Desa Adat Ratenggaro, Sumba Buat penggemar budaya, ngunjungi desa adat itu wajib banget. Salah satunya tuh Desa Adat Ratenggaro di Sumba. Di sini kamu bisa dapetin pengalaman budaya zaman megalitikum dengan 304 kuburan batu megalitikum. Selain itu, kamu juga bisa nyoba baju adat dan liat rumah adat setinggi 15 meter. [Baca juga : "5 Tempat Keren Buat Nongkrong Yang Punya Budaya Unik Di Indo!"] 4. Desa Penglipuran, Bali Bali juga punya desa adat yang udah terkenal banget sebagai destinasi budaya, namanya Desa Penglipuran. Di sini, budaya tradisional Bali masih kuat banget dalam kehidupan sehari-hari. Nyaksikan mereka menjalankan tradisi di era modern tuh pasti seru banget, baik buat turis lokal maupun internasional. 5. Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Buat yang tinggal di Jakarta dan mau merasakan wisata budaya tapi waktu terbatas, tenang aja. Taman Mini Indonesia Indah bisa jadi pilihan menarik. Di sini ada anjungan dari seluruh Indonesia yang representatif. Selain itu, ada kereta gantung dan atraksi seru lainnya yang bisa kamu nikmatin. Jadi, gak ada alasan buat bosen atau gak tahu mau ngapain lagi, kan? Yuk, atur rencana jalan-jalan ke tempat-tempat keren ini sekarang juga! (Sumber Foto @dhevyfransisca) 
...more

Pandemi Bikin Tren Wisata Berubah, Ini Destinasi yang Digemari Oleh Wisatawan

TripTrus.Com - Pandemi Covid-19 mengubah banyak hal dalam kehidupan. Termasuk pilihan destinasi wisata banyak orang ketika berlibur. Wisatawan kini lebih suka berlibur dan mencari tempat terbuka dan destinasi yang menawarkan pemandangan alam terbuka. Andhini Putri, VP Marketing Transport & Financial Services Traveloka mengatakan wisatawan domestik lebih memilih destinasi wisata yang memiliki aktivitas di luar ruangan. Dikutip dari ANTARA, minat masyarakat untuk berwisata pun semakin tinggi. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh kerinduan akan bepergian.       Lihat postingan ini di Instagram Sebuah kiriman dibagikan oleh Nehemia Evan Gavrilla (@youka_and_picko_dog)   "Kita kan ada banyak banget ya di Indonesia yang menawarkan keindahan alam. Jadi memang secara minat lebih tinggi dan trennya selain destinasi yang menawarkan banyak kegiatan outdoor, orang juga banyak yang roadtrip," kata Andhini dalam peluncuran program "#PromoTengahTahun Traveloka" pada Rabu. Selama satu tahun belakangan, ada perubahan tren kenaikan wisatawan untuk melakukan roadtrip. Ini karena dengan roadtrip wisatawan bisa berhenti ke sejumlah destinasi dalam satu kali jalan. "Dari sisi akomodasi ada tren staycation, jadi berlibur dalam kota tuh jadi sesuatu yang kita lihat di 2021. Kalau kita bandingin di 2019, tren ini naiknya dua kali lipat," ujar Andhini. Sementara itu, Amalia Yaksa, Vice President Marketing & Distribution Channel, PT Citilink Indonesia mengatakan rute penerbangan menuju Bali dan Yogyakarta masih menjadi primadona untuk orang berlibur, khususnya selama pandemi COVID-19. "Terus sekarang yang lagi naik daun itu Labuan Bajo, orang pengin lihat pulau, pengin ngerasain pantai di tempat lain," ujar Amalia.  Seperti diketahui, Citilink, maskapai bertarif rendah (low-cost carrier) yang juga merupakan anak perusahaan maskapai BUMN Garuda Indonesia menggandeng Traveloka dengan memberikan promosi tengah tahun di lima kota Indonesia guna memulihkan geliat industri pariwisata Tanah Air yang terdisrupsi pandemi COVID-19. [Baca juga : "Libur Lebaran 2021, Tempat Wisata Boleh Beroperasi Dengan Prokes"] Program tersebut dapat ditemukan melalui produk Tiket Pesawat yang ada di aplikasi Traveloka. #PromoTengahTahun menawarkan harga khusus untuk "regular zone section" dengan potongan harga 20 persen untuk periode booking dari tanggal 16-27 Juni 2021. Promo ini berlaku untuk rute keberangkatan dari Jakarta, Medan, Yogyakarta, Surabaya atau Makassar ke seluruh destinasi domestik. (Sumber: Artikel suara.com Foto @sukawisata ) 
...more

Ada Sederet Potensi Wisata di Seberang Waduk Jatiluhur

Wilayah Kecamatan Sukasari yang berada di seberang Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, selama 50 tahun lalu nyaris tak pernah dilirik investor untuk menanamkan modal di bidang apa pun.Sebab, lokasinya tak bisa dijangkau kendaraan roda empat akibat tak tersedianya jaringan jalan yang memadai. Salah satu moda transportasi yang ada hanya lewat jalur Waduk Jatiluhur dengan ojek perahu. Itu pun ongkosnya sangat mahal.Tapi, sejak 2015, ketika Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi membuka jalan kabupaten dengan betonisasi, Sukasari ternyata menyimpan potensi pariwisata yang memukau. Dan investor pun satu per satu mulai berdatangan dan menyatakan siap menanamkan modalnya, terutama di bidang pariwisata.Pemantauan Tempo, Jumat, 2 September 2016, menunjukkan sejumlah potensi wisata yang bisa dijadikan destinasi wisata oleh para investor dan Pemerintah Kabupaten Purwakarta, yakni Tanggul Kutamanah, tebing Gunung Buleud, Gunung Manik, Pantai Paranggombong, serta panorama eksotik kawasan Gunung Pasirmuncang.Tanggul Kutamanah, yang berfungsi membendung bagian barat daya Waduk Jatiluhur, memiliki ciri khas panorama indah yang menjorok ke perairan lepas waduk, sangat pas jika dijadikan obyek wisata rumah peristirahatan terapung lengkap dengan kuliner cobek ikan betutu, ikat khas waduk Jatiluhur yang konon punya daya tahan seksual.Lalu tebing Gunung Buleud serta Manik yang menjulang ke langit dan masih perawan bisa dieksplorasi buat destinasi petualangan panjat tebing serta pendakian. Pantai Paranggombong cocok buat wisata pantai dengan ojek perahu menuju perairan lepas waduk dan kuliner seafood. Adapun kawasan gunung Pasirmuncang bisa disulap menjadi kawasan wisata alam dan petualangan.Menurut Bupati Dedi, saat ini sudah ada satu investor yang siap membangun kawasan wisata rumah terapung dengan mengadaptasi destinasi wisata Sampireun di Garut. "Izinnya sudah saya teken dan akan mulai melakukan pekerjaan medio awal 2017," katanya.Dedi berujar, Kecamatan Sukasari, yang terdiri atas Desa Kutamanah, Kertamanah, Sukasari, Tajur Sidang, Parung Banteng, dan Ciririp, memang disiapkan untuk pengembangan pariwisata, perikanan, dan peternakan. "Tapi semuanya harus berkonsepkan alam dan budaya lokal," ucapnya.Bupati yang konsen terhadap persoalan budaya, terutama budaya Sunda, itu menuturkan, dua tiga tahun mendatang, daerah sendang Waduk Jatiluhur yang sebelumnya terisolasi selama 50 tahunan pasca-pembangunan Waduk Djuanda itu akan menjelma menjadi sebuah kawasan pariwisata yang menggiurkan dan menjanjikan serta dipastikan bisa mengalahkan kawasan wisata seperti Pasawahan-Wanayasa-Bojong.Sebab, setelah dibangunnya jalan lingkar barat sejauh 63 kilometer dengan lebar 8 meter, lokasinya akan menjadi sangat strategis. Sebab, jalur jalannya akan terkoneksi dengan jalur Karawang, Jonggol, dan Cianjur. Jadi para pelancong yang datang dari Jabodetabek, Cianjur, dan Bandung akan dengan mudah menjangkaunya.Camat Sukasari Fauzi mengatakan, sejak ada jalan lingkar barat, di sejumlah titik lokasi sudah bermunculan vila, tempat wisata kuliner, dan pemancingan. "Berderet, mulai Desa Kutamanah hingga Ciririp. "Kami bersyukur, selain menghidupkan denyut pergaulan sosial, hal itu mulai mendongkrak perekonomian warga," ujarnya. (Sumber: Artikel traveli.tempo.co Foto piknikasik.com)
...more

Inilah Kisah Warga Pekojan Semarang Melestarikan Bubur India

TripTrus.Com - Bara api mulai membakar tungku kayu ketika Anas Salim sibuk meracik ragam rempah sebagai bumbu utama bubur India. Rambutnya yang mulai memutih tak menyurutkan semangat pria berusia 76 tahun ini menyiapkan bubur India sebagai sajian utama berbuka puasa di Masjid Jami Pekojan, Kampung Petolongan, Semarang. "Ini resep masakan turun-temurun sejak dari kakek saya yang asalnya dari Negara Bagian Gujarat, India," kata Anas. Anas merupakan pewaris bubur India ketiga setelah mendapat resep dari sang kakek, bernama Harus Rofii dan Salim Harun yang tak lain ayahandanya. Keluarga besar Anas secara teguh menggunakan bumbu kaya rempah sebagai penguat rasa bubur India. "Kakek saya seorang mubalig yang kerap mensyiarkan agama Islam dari perbatasan India-Pakistan. Kemudian lambat laun memilih berdagang dengan komunitas orang Koja dan masuk Indonesia sejak 1800 silam atau sekitar 120 tahun lalu," tuturnya. Perjalanan komunitas Koja pun berlanjut sampai ke tepi Pantai Semaran dan tiba di salah satu sudut kawasan Mataram yang kini dikenal dengan Kampung Petolongan.   Setiap hari, Masjid Pekojan Semarang memasak tak kurang dari 200 hingga 300 mangkok Bubur India bagi para jemaah yang berbuka puasa. Bubur itu dibagikan secara gratis pada pukul 17.00 WIB atau menjelang berbuka puasa. Selain dibagikan gratis, pengurus Masjid Pekojan juga mempersilakan warga membawa pulang bubur ke rumah masing-masing. Bubur tersebut biasanya dijadikan makanan untuk berbuka puasa dan kerap dirindukan oleh orang yang sudah tak tinggal lagi di Semarang. Tradisi kuliner tersebut diketahui sudah menjadi peninggalan lintas generasi selama 80 tahun. Seperti namanya, bubur India merupakan kuliner asli India, tepatnya makanan di wilayah Koja yang merupakan perbatasan Pakistan dan India. Namun, dengan adanya perdagangan pada zaman dahulu, warga India yang datang ke Semarang akhirnya memutuskan tinggal dan menetap. Hal itu menginspirasikan lahirnya kampung Pekojan yakni kampung Muslim di tengah kota Semarang. Sejak awal ada di Semarang, bubur India sudah menjadi makanan khusus berbuka puasa. Meski menunya sederhana, akan tetapi bubur India ini memiliki rasa yang asli dan terjaga dengan perpaduan bubur berisi daging cincang, labu, telur serta kuah santan yang khas. @prast.wd @jatengpos #buburindia #kuliner #kulinersemarang #kulinerramadan #bukapuasa #masjidpekojan #pekojan #ngabuburit #exploresemarang #ramadan2016 A post shared by JATENG NEWS (@jatengnews) onJun 12, 2016 at 4:18am PDT "Di sinilah, awal mula orang-orang Koja berdagang sarung, tasbih sampai beragam rempah yang dibawa langsung dari tanah kelahirannya. Lalu karena punya resep bubur India yang sangat khas itu, maka dikenalkan kepada penduduk pribumi lokal," tambahnya. Dari semula hanya ada 10-15 orang, kini jumlah orang Koja yang mendiami kampung tersebut mencapai ratusan jiwa. Rumah-rumahnya bercorak khas campuran Pakistan-Melayu dengan dinding berwarna hijau muda. [Baca juga : Wisata Seru Yang Bisa Kamu Kunjungi Saat Ramadhan] Bubur India juga semakin melekat di hati masyarakat setempat. "Sekarang tiap Ramadan disediakan 200 sampai 300 porsi bubur India. Sebagai variasinya juga ada campuran kuah gulai, sambal goreng, ungkep dan teri," tuturnya. Bubur India dibuat selama tiga jam. Sejak bakda Zuhur sampai selepas salat Ashar, Anas mengaku dibantu tiga warga keturunan Koja lainnya untuk mengolah bubur India. Kemudian tepat pukul 15.30 WIB sajian khas warga Koja ini pun siap dihidangkan dalam mangkuk-mangkuk kecil bersama segelas susu atau teh ditambah beberapa bungkus kurma. "Dulunya ada tambahan zam-zam. Tapi karena pasokannya disetop sama Pemerintah Arab Saudi maka diganti susu," ujarnya. Dia menyebutkan hidangan bubur India kala buka puasa punya arti mendalam bagi warga sekitar. Sesuai hadist Rasulullah SAW, katanya, barang siapa yang memberikan makanan buka puasa maka ganjarannya di akhirat bertambah banyak. "Dan barang siapa yang senang dengan datangnya Ramadan maka diharamkan jasadnya di neraka. Makanya, di sini selalu dibagikan bubur gratis selama 30 hari Ramadan," ujar Anas. (Sumber: Artikel bisnis.com, Foto tribun.jateng.com)
...more

Gaskeun Napak Tilas dari Rengasdengklok sampe Tugu Proklamasi, Jejak Heroik Menuju 17 Agustus!

TripTrus.Com - Bro sis traveler, lo tau gak sih kalau sebelum Proklamasi 17 Agustus 1945 dibacain, ada drama sejarah yang seru banget kayak film action tapi versi nyata? Nah, gue ajak lo buat ikutin jejaknya langsung dari Karawang sampe Jakarta. Kita bakal mulai dari Rumah Rengasdengklok, lanjut ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi, dan finish di Tugu Proklamasi—persis kayak alur sejarah aslinya. Perjalanannya gak cuma bikin lo lebih ngerti perjuangan, tapi juga ngasih vibes heroik yang gak bakal lo dapet di tempat lain. Yuk, siapin mental, ini trip sejarah yang bikin lo makin respect sama para pejuang! 1. Rumah Rengasdengklok       View this post on Instagram A post shared by @my_ate Oke, kita mulai dari sini bro sis! Tahun 1945, para pemuda kayak Wikana dan kawan-kawan punya misi penting—“menculik” Bung Karno dan Bung Hatta ke rumah milik Djiaw Kie Siong di Rengasdengklok. Tujuannya? Biar mereka cepet ngumumin kemerdekaan tanpa pengaruh Jepang. Rumahnya sederhana banget, tapi lo bakal ngerasain aura tegang dan deg-degan kayak lagi nonton adegan klimaks film sejarah. Spot ini cocok banget buat lo yang mau foto sambil ngebayangin momen heroik sebelum bangsa ini resmi merdeka. 2. Museum Perumusan Naskah Proklamasi Abis dari Rengasdengklok, kita lanjut ke Jakarta ke bekas rumah Laksamana Maeda. Nah bro sis, di sinilah para tokoh kayak Bung Karno, Bung Hatta, dan Achmad Soebardjo ngerumuskan teks proklamasi tengah malam. Bayangin aja, mereka kerja dikejar waktu sambil mikirin kata demi kata yang bakal mengubah nasib satu bangsa. Interiornya masih mempertahankan nuansa aslinya, jadi lo bener-bener bisa kebawa suasananya. Spot ini gak cuma bersejarah, tapi juga fotogenik banget buat lo yang suka ambience vintage. [Baca juga : "Agustus Full Vibes: Festival Lokal Gak Main-Main, Bro-Sis Traveler Wajib Cek!"] 3. Tugu Proklamasi Nah, ini dia titik klimaksnya bro sis! Di lapangan Pegangsaan Timur 56, Bung Karno ngebacain teks proklamasi di depan rakyat. Sekarang lokasinya udah jadi Tugu Proklamasi yang megah, lengkap dengan patung Soekarno–Hatta, Tugu Petir, dan Tugu Wanita. Berdiri di sini tuh bikin lo merinding, ngerasain momen bersejarah itu kayak bener-bener lagi terjadi. Foto di sini sambil kasih caption nasionalis? Auto keren dan penuh makna, cuy! Nah bro sis traveler, itu tadi perjalanan sejarah dari Rengasdengklok sampe Tugu Proklamasi—napak tilas perjuangan yang jaraknya emang cuma puluhan kilometer, tapi nilai sejarahnya gak ternilai. Dari suasana tegang di rumah kecil, obrolan serius tengah malam di rumah Maeda, sampe teriakan kemerdekaan di Pegangsaan Timur—semuanya ngebentuk satu cerita yang bikin lo sadar kalau kemerdekaan itu hasil perjuangan dan keberanian nyata. Jadi, kalau mau liburan yang bikin bangga sekaligus nambah wawasan, cobain deh trip sejarah ini. Gaskeun, bro sis! (Sumber Foto @digitamagabumon)
...more

ButikTrip.id
remen-vintagephotography
×

...