TripTrus.Com - Pernah ngebayangin nonton musisi favorit lo, tapi tempatnya bukan venue biasa? Di festival musik outdoor ini, lo nggak cuma nikmatin musik, tapi juga bisa dapet vibes alam yang keren abis! Dari suasana gunung berkabut, aliran sungai yang jernih, sampe ombak pantai yang berdebur, lo bakal ngerasain sensasi yang beda banget dan pastinya memorable.
View this post on Instagram
A post shared by tohpati (@tohpati)
Festival-festival outdoor ini lagi hits banget di Indonesia, tiap festival punya konsep unik dengan vibes yang beda-beda, bikin lo makin nyatu sama alam. Buat yang suka musik sekaligus pengen healing, list festival ini wajib banget lo masukin ke bucket list. Gimana, udah siap kan buat ngerasain serunya konser sambil nikmatin view alam Indonesia?
1. Jazz Gunung Bromo
Bayangin lo duduk santai di tengah gunung Bromo, ditemenin jazz keren dari musisi lokal dan internasional. Panorama pegunungan Bromo yang cakep abis makin syahdu pas digabung sama musik jazz yang bikin merinding! Event tahunan ini bener-bener kudu lo coba minimal sekali dalam hidup kalau ngaku pecinta jazz sejati.
2. Jazz Pinggir Kali Purbalingga (Festival JazzGirLi)
Di Purbalingga, jazz nggak cuma jadi hiburan, tapi juga punya misi mulia buat ngebangkitin cinta sama alam, khususnya sungai. Lo bisa camping tiga hari dua malam, belajar soal sungai, tanem pohon di pinggir kali, sampe nonton konser jazz dengan alat musik yang sebagian dibikin dari sampah daur ulang. Bener-bener eco-friendly dan asik banget, kan?
3. Beach Jazz Festival Banyuwangi
Buat lo yang pengen ngerasain jazz di pinggir pantai, Beach Jazz Festival di Banyuwangi bisa jadi pilihan. Acara ini juga sekalian buat promosiin keindahan kota Banyuwangi, jadi nggak cuma nonton konser, tapi lo juga bisa explore kota ini. Banyak musisi lokal top kaya Tulus, Raisa, dan White Shoes & the Couples Company yang pernah manggung di sini.
4. Mahakam Jazz Fiesta Samarinda
Jazz di pinggir Sungai Mahakam, Samarinda? Kenapa nggak! Mahakam Jazz Fiesta ini bikin lo bisa nikmatin alunan jazz sambil liat sungai yang cantik. Event ini udah jadi salah satu daya tarik Samarinda, dan tentunya banyak musisi jazz, baik lokal maupun internasional, yang tampil di sini.
[Baca juga : "Jalan Santuy Keliling Museum Di Kota Tua, Gak Butuh Ongkos Tapi Tetap Seru!"]
5. Jazz Atas Awan Dieng
Jazz Atas Awan di Dataran Tinggi Dieng ini punya nuansa magis yang bikin banyak turis lokal dan mancanegara penasaran. Lo bisa nonton konser jazz di ketinggian sambil nikmatin dinginnya udara pegunungan Dieng yang terkenal. Festival ini biasanya jadi bagian dari Dieng Culture Festival yang digelar tiap bulan Juli atau Agustus.
6. Moker Camp Pontianak
Ini dia, buat lo yang doyan camping dan musik indie. Moker Camp di Pontianak punya konsep konser yang mirip camping trip, dimana lo bisa nginep di tenda, makan bareng, nanem mangrove, sampe bikin api unggun sambil ditemenin band indie Pontianak. Lokasinya juga keren, di pantai Pulau Temajo, cocok banget buat yang pengen ngilangin stress.
7. Eco Music Camp
Terakhir, ada Eco Music Camp di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Bogor. Di sini, lo bisa nikmatin berbagai genre musik dari religi sampai jazz sambil camping tiga hari. Selain konser, ada juga workshop, diskusi, dan screening film buat lo yang haus akan ilmu. Kombinasi antara musik dan alam yang bener-bener bikin rileks!
Nah, gimana? Udah kebayang kan serunya? Dari gunung sampai pantai, dari jazz sampai indie, festival outdoor ini bakal kasih lo pengalaman nonton musik yang lebih dari sekadar dengerin lagu. Nggak cuma hiburan, tapi juga refreshing sambil bikin momen yang nggak bakal lo lupain. Jadi, siapa tau kita bisa ketemu di salah satu festival ini, ya kan? (Sumber Foto @eventjawatimur)
...moreTripTrus.Com - Gombong merupakan sebuah kota kecamatan di wilayah Kabupaten Kebumen. Dalam tata ruang dan kota, Gombong masuk dalam kawasan perkotaan karena sebagian besar penghidupan masyarakatnya dari sumber-sumber sekunder (usaha dan jasa). Dalam sejarahnya, memang Gombong dikenal sebagai pusat perdagangan. Berdasarkan catatan keluarga Liem Siauw Lam, sejak tahun 1830an di wilayah Gombong sudah terbentuk komunitas Tionghoa. Selain itu juga ada komunitas saudagar dari para Bangsawan Kalang. Kedua elemen kelompok ini membentuk karakter Gombong yang kental dengan suasana perniagaan.
Dalam segi budaya, Gombong merupakan tempat berbagai unsur budaya bersatupadu. Pertama unsur budaya Banyumasan yang berpadu dengan budaya Yogyakarta, kedua unsur Tionghoa dan ketiga unsur-unsur asli dari Gombong. Semua hal tersebut menjadikan Gombong sebuah daerah yang unik, khas dan memiliki berbagai potensi menarik untuk dijelajahi.
Berikut ini beberapa destinasi yang wajib kamu kunjungi ketika di Gombong:
1. Benteng Van Der Wijck
(Sumber: telusurindonesia.com)
Benteng yang terletak di Desa Sidayu, Kecamatan Gombong merupakan benteng peninggalan kolonial Belanda pada abad 19 yang berbentuk hexagonal. Jika diperhatikan dari bentuk bangunannya, benteng ini lebih difungsikan sebagai pos logistik daripada sebuah benteng pertahanan. Dalam perjalanan waktu, benteng ini sempat menjadi sekolah anak-anak Euroasia, interniran tawanan perang dan markas beberapa kesatuan militer. Masih banyak fakta sejarah tentang Benteng Van Der Wijck yang belum terungkap, termasuk tahun pendiriannya yang masih menimbulkan polemik, namun terlepas dari itu benteng ini merupakan aset pusaka budaya penting yang dimiliki oleh Gombong dan wajib dijaga kelestariannya.
2. Waduk Sempor
(Sumber: tripadvisor.com)
Berlokasi hanya 7km dari sebelah utara Kecamatan Gombong, waduk ini merupakan bendungan serbaguna yang mendukung aktifitas sungai Cincingguling atau yang lebih dikenal sungai Sempor, yang mengalir dari utara di kaki Gunung Serayu Selatan. Air dari Waduk Sempor banyak digunakan untuk irigasi pertanian penduduk dan juga pembangkit listrik tenaga air. Dengan potensi pemandangan yang bagus dan suasana yang tenang, maka Waduk Sempor dijadikan destinasi wisata baik bagi masyarakat lokal ataupun luar daerah. Pada tahun 1967, pernah terjadi tragedi memilukan, di mana Waduk Sempor jebol dan memakan korban hingga 127 jiwa dan nama-nama para korban lantas diabadikan dalam monumen Sempor.
3. Legenda Rokok Klembek Menyan
(Sumber: iqbalkautsar.com)
Gombong sebagai sebuah kota perdagangan pada masanya, memiliki beberapa komoditi unggulan. Salah satunya tembakau yang diolah menjadi rokok siong di berbagai industri pabrik kecil ataupun rumahan. Yang menjadi ciri khas dari rokok siong Gombong adalah campuran klembak dan kemenyan. Hal tersebut membuat rokok siong Gombong memiliki aroma khas yang sangat kuat, bahkan kerapkali dihubung-hubungkan dengan aura mistis. Masa kejayaan rokok klembak menyan berlangsung dari tahun 40 hingga 60an, dan secara perlahan tergusur oleh rokok kretek yang datang dari luar daerah. Pada era kejayaan rokok klembek menyan bermunculan berbagai merk rokok klembek menyan yang terkenal, diantaranya: Togog, Sinden, Bangjo dan Sintren. Pada saat ini kejayaan rokok klembek menyan telah berlalu, yang tersisa hanya rokok bermerk Sintren. Masih diproduksi di pabrik berperalatan kuno dan dikerjakan oleh pekerja yang berusia lansia.
4. Gedung Cung Hwa Tsung Hwi
(Sumber: @kebumenmuda)
Sejak awal abad 19 pendatang Tionghoa diperkirakan sudah ada di Gombong. Ketika pendatang Tionghoa mulai banyak, mereka membentuk perkumpulan yang bernama Cung Hwa Tsung Hwi. Atsa dasar itu dibangunlah gedung perkumpulan yang berlokasi di kawasan pecinan Gombong yaitu di Jalan Sempor Lama. Sempat dijadikan sebuah sekolah Tionghoa pada tahun 40 hingga 60an. Meskipun fisik gedung ini banyak mengalami perubahan, masih banyak kisah menarik yang terkandung di dalamnya. Gedung ini merupakan saksi sejarah dinamika Tionghoa di tanah Gombong. Presiden Soekarno sempat mengeluarkan PP 10 tahun 1950 tentang pengaturan domisili etnis Tionghoa di Indonesia, gedung ini sempat dijadikan tempat penampungan. Saat ini gedung ini berfungsi sebagai sekertariat Yayasan AGH yang memberikan pelayanan kematian bagi masyarakat Tionghoa di Gombong. Di gedung tersebut juga kita bisa belajar aspek budaya Tionghoa dalam kematian dan proses pemakaman. Bahkan kita masih bisa melihat “peti kembang cengkeh” yang berharga mahal.
5. Roemah Martha Tilaar
(Sumber: tribunnews.com)
Inisiatif membangun Roemah Martha Tilaar ini dimulai berawal dari keinginan Ibu Martha Tilaar untuk memberikan kontribusi bagi Kota kelahirannya Gombong. Beralamat di Jalan Sempor Lama no. 28, Roemah Martha Tilaar menempatkan museum sebagai konteks dan aktivitas sebagai konten dan berinformasi tentang perjalanan hidup Ibu Martha Tilaar saat di Gombong. Roemah Martha Tilaar Gombong diperkirakan sudah berdiri sejak tahun 1920-an. Merupakan rumah keluarga Liem yang dikenal sebagai keluarga Tionghoa kaya pada waktu itu. Liem Siaw Lan kepala keluarga Liem merupakan seorang pengusaha dan mempunyai bisnis yang beragam, salah satunya adalah mengelola peternakan yang mensupply daging dan susu ke tangsi Belanda Van Der Wijk. Pada masa revolusi Indonesia rumah keluarga Liem digunakan sebagai dapur umum dan tempat perawatan tentara Indonesia yang terluka akibat pertempuran dengan tentara NICA. (Sumber: Artikel Rumah Martha Tilaar dan Amieykha Foto Amieykha)
...moreTripTrus.Com - Wisata peninggalan sejarah atau wisata heritage semakin banyak diminati. Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta banyak jadi tujuan penggemar wisata heritage. Tapi selain 3 kota tersebut, kota-kota di bawah ini juga menyimpan kisah sejarah yang menarik untuk wisata heritage, baik dari segi bangunan maupun peninggalan lainnya.
1.Lasem
*update blog dulu ala-ala travel blogger* NEW BLOG POST: Kesengsem Lasem, Foto-foto Perjalanan Akhir Pekan di Tiongkok Kecil Jawa Tengah (link blog di bio). . Btw untuk foto-foto, vlog, dan artikel-artikel travel yang lama saya posting ulang di blog TRAVLESIA.COM . Silahkan follow atau sekedar scroll-scroll dan kasih double tap: @travlesia @travlesia @travlesia . Kapkhun khap! 🙏 . 📸 by mas @kermit_89 . #lasem #awesomelasem #kesengsemlasem #explorelasem #lasemkotatua #travelblog #travel #travelblogger #alexjourney #travlesia #indonesia
A post shared by Alex Zulfikar (@alexjourney.id) onMar 2, 2018 at 8:33pm PST
Kota Lasem terletak di Kabupaten Rembang. Wisata heritage Lasem menyuguhkan potret kehidupan pecinan di masa lampau dan percampurannya dengan budaya setempat. Klenteng Gie Yong Bo dan Klenteng Cu An Kiong terbuka bagi wisatawan untuk berkunjung dan mengambil foto. Setelahnya kamu harus mampir ke Omah Lawang Ombo, rumah tua yang pada abad 18 dulu digunakan sebagai gudang opium, lalu ke Masjid Jami’ Lasem yang di sekitarnya terdapat makam waliyullah dan banyak jadi tujuan ziarah.
Lasem punya sejarah yang panjang dalam pengelolaan keragaman budaya dan masyarakat. Bangunan-bangunan lama bergaya India-China bertebaran di penjuru Lasem dan jadi daya tarik tersendiri. Sebagai oleh-oleh, kamu bisa membeli batik Karangturi khas Lasem di rumah batik Bu Sutera yang teknik pembuatannya tradisional dan diwariskan turun-temurun.
[Baca juga : Menjelajah Lima Tempat Wisata Menarik Bernilai Sejarah Di Banten]
2. Cianjur
Tjiandjoer : Preanger Regentschappen. Tidak banyak yang tahu kalau dulunya Cianjur adalah ibukota Karesidenan Priangan. Dikarenakan letusan Gunung Gede, ibukota Karesidenan ini mulai tahun 1864 dipindahkan ke Bandung. Dengan masuknya Galuh (awal abad ke-19), wilayah Karesidenan Priangan bertambah menjadi 6 kabupaten; Cianjur, Bandung, Sumedang, Limbangan, Sukapura, dan Galuh. . . . #myheritagetrip #vakansinesia #photos #pic #pics #socialenvy #shopstemdesigns #picture #pictures #snapshot #art #beautiful #instagood #picoftheday #photooftheday #color #all_shots #exposure #composition #focus #capture #moment #hdr #hdrspotters #hdrstyles_gf #hdri #hdroftheday #hdriphonegraphy #hdr_lovers #awesome_hdr
A post shared by अदित्य (@adityaindi) onMar 24, 2018 at 6:13am PDT
Cianjur terkenal akan wisata heritage situs Gunung Padang yang bersejarah. Situs tersebut berupa kumpulan batuan megalitik yang banyak jadi objek penelitian. Di masa kolonial, Cianjur menjadi ibukota Karesidenan Priangan. Priangan atau Preanger lekat dengan sejarah VOC dan Preanger Stelsel, yang memerintahkan warga untuk menanam hasil bumi, terutama kopi. Setelah VOC bangkrut, Daendels membangun jalan raya Anyer-Panarukan yang melewati Cianjur. Makanya Cianjur kaya akan peninggalan sejarah yang bisa kamu telusuri.
Di tengah kota berdiri sebuah pendopo yang pernah hancur akibat gempa tahun 1779 dan dibangun lagi jadi bentuk sekarang pada tahun 1780. Pendopo ini dibangun dengan gaya campuran Eropa yang terlihat dari bentuk tiang-tiang dan terasnya. Tak jauh dari pendopo, kamu akan menemukan kantor pos tertua di Cianjur. Kantor pos ini dulu menjadi pusat persuratan dan telegram di seantero Priangan. Selanjutnya jika kamu mampir ke Jalan Shanghai, kamu akan melihat banyak bangunan khas Tionghoa yang bercampur dengan khas lokal seperti di kawasan pertokoan yang atapnya berbentuk pelana, bangunan klenteng, dan wihara.
3. Gombong
Klenteng Kong Hwie Kiong Kebumen dibangun th 1898, dibangun kembali th 1969 dikarenakan Kelenteng Kong Hwie Kiong mengalami kerusakan berat di tahun 48-49. Entah mengapa klenteng ini menggunakan pelindung Dewi Samudra seperti banyak kerabatnya di pantai Utara. Padahal klenteng Kebumen terletak di tengah kota.
A post shared by sigit asmodiwongso rmt (@sigit_rmt) onMar 10, 2018 at 3:46pm PST
Belum banyak yang mengetahui Gombong, sebuah kota kecil di Kabupaten Kebumen, sebagai tujuan wisata heritage . Bangunan tua khas kolonial tersebar di sejumlah sudut kota, seperti Benteng van der Wijck, kompleks rumah sakit militer, gedung Chung Hwa Chung Hwi, pabrik rokok klembak menyan, dan gedung-gedung sekolah ala Hindia Belanda. Beberapa bangunan sudah beralih fungsi, namun bentuk aslinya masih dipertahankan. Salah satunya adalah Roemah Martha Tilaar, sebuah rumah tua yang kini menjadi museum dan rumah budaya.
Tak jauh dari pusat kota, tersebar berbagai tempat ibadah yang letaknya saling berdekatan. Misalnya Gereja Katolik Santo Mikael yang dulunya adalah gedung societeit dan kini menjadi gereja tertua di Gombong, Masjid Kauman, dan Klenteng Hok Tek Bio yang bisa dikunjungi oleh masyarakat umum. Sedikit ke pinggiran kota, terdapat wihara yang juga menyediakan tempat bagi kamu yang ingin wisata spiritual atau bermeditasi. Bangunan-bangunan tersebut menjadi bukti keragaman kota Gombong yang terus dipertahankan sampai sekarang.
Menarik kan mengetahui ternyata kota-kota kecil pun punya cerita sejarah dan peninggalannya masing-masing. Tambahkan ketiga kota di atas dalam wishlist wisata heritage kamu ya! (Sumber: Artikel reservasiku.com, Foto Kermit Rachmadijaya)
...moreTRIPTRUS- Di tengah Teluk Tomini, Sulawesi Tengah, terhampar puluhan pulau indah yang membentuk gugus Kepulauan Togean. Pesona Kepulauan Togean tersebut membuat pemerintah menetapkan kawasan Togean sebagai taman nasional pada tahun 2004. Togean dikenal kaya akan keindahan alam bawah laut dan hamparan datarannya yang menakjubkan.
Jika selama ini traveler dari seluruh dunia terpesona dengan keindahan Raja Ampat (Papua Barat) dan Derawan (Kalimantan Timur), kini mata dunia mulai menatap Togean sebagai destinasi wisata bahari yang mulai jadi favorit para pejalan -- baik dari mancanegara maupun domestik.
Kepulauan Togean berada di bawah daerah administrasi Kabupaten Tojo Una-una dan merupakan bagian dari Taman Laut Kepulau Togean. Dari 66 pulau yang menjadi bagian dari rangkaiannya, Pulau Una-una, Batudaka, Togean, Talatakoh, Waleakodi dan Waleabahi merupakan beberapa pulau besar di Togean.
Sebagian besar pulau di Togean memiliki suasana yang teduh akibat lebatnya pepohonan yang tumbuh. Ini disebabkan oleh aktivitas vulkanis yang dulu membentuk kepulauan ini. Hal ini juga membuat Togean jadi bagian dari coral triangle - yang meliputi wilayah Indonesia, Filipina, Malaysia, Papua Nugini, Jepang, dan Australia -- dengan keanekaragaman berupa empat terumbu karang: karang tepi, karang penghalang, karang tompok, dan karang cincin.
Pasir putih yang mengkilat di pinggir pantainya menggoda para pejalan untuk berjemur dan bermain tanpa merasa bosan. Lalu bagi yang ingin menikmati keindahan alam bawah lautnya, beningnya air Togean dengan karang yang berwarna-warni membuat siapapun tak sabar ingin segera melompat masuk ke dalamnya.
Jika selama ini orang hanya mengenal Danau Kakaban yang memiliki keunikan berupa ubur-ubur yang tidak menyengat, ternyata di Togean juga ada. Tepatnya di Pulau Togean, pulau terbesar kedua di kepulauan ini. Di Danau Mariona ini, kamu bisa berenang di antara ribuan ubur-ubur tanpa harus takut tersengat. Dan sama seperti Danau Kakaban, Mariona juga memiliki air yang asin. Danau ini tidak seperti Kakaban yang mudah ditemukan, untuk mencapainya ada baiknya menggunakan pemandu lokal.
...moreTripTrus.Com - Museum Multatuli Rangkasbitung di Rangkasbitung, Lebak, Banten tuh museum keren banget buat belajar sejarah, juga tempat wisata sejarah yang gampang dijangkau, deket banget dari ibu kota, dan gratis tiket masuknya.
Di museum ini ada 34 artefak asli atau replika yang bisa bikin kita kenal sama sejarah. Buat para wisatawan yang naik Kereta Api atau Commuterline, aksesnya gampang banget, lokasinya deket Stasiun Kereta Api Rangkasbitung, di Jalan RM. Nata Atmaja, Rangkasbitung, Lebak, Banten.
Museum Multatuli itu tempat wisata yang keren banget buat sejarah. Ada beberapa hal menarik di bawah ini! Akses masuknya yang Instagramable, pas mau masuk Museum Multatuli, kita bisa foto-foto dengan pintu masuknya yang bisa diunggah di Instagram buat para wisatawan.
Patung tokoh-tokoh roman Max Havelaar Multatuli, Saijah, dan Adinda, pas masuk kawasan museum, kita disambut sama patung Multatuli yang lagi baca buku. Di sampingnya ada rak buku juga.
[Baca juga : "Cerita Awal Mula Pulau Pahawang, Dari Nokoda Sampai Jadi Desa Wisata Seru!"]
Sementara itu, patung Saijah lagi berdiri tegak. Nah, Adinda lagi duduk di kursi panjang sambil lihat-lihat rak buku. Saijah dan Adinda itu dua tokoh yang ada di bab buku Max Havelaar. Patung-patung karya Dolorosa Sinaga itu dari tembaga. Pesan pendek dari Multatuli, pas masuk ruang museum, ada wajah Multatuli dari kaca sama kalimat "Tugas Manusia Adalah Menjadi Manusia" yang bakal menyambut kita. Sebelum masuk lebih jauh,
Sejarah awal Belanda datang ke Indonesia, pas masuk ruang teater, kita bisa nonton video dan diorama kapal layar Eropa yang ceritain gimana Belanda kolonial datang ke Indonesia. Mereka datang lewat perdagangan rempah-rempah kayak cengkeh, pala, kopi, lada, dan kayu manis. Dari ruangan ini, kita bisa tau juga tentang tanam paksa di selatan Banten atau Cultuurstelsel yang lahir dari situ. (Sumber Foto @inderaisme91)
...moreTripTrus.Com - Bara api mulai membakar tungku kayu ketika Anas Salim sibuk meracik ragam rempah sebagai bumbu utama bubur India. Rambutnya yang mulai memutih tak menyurutkan semangat pria berusia 76 tahun ini menyiapkan bubur India sebagai sajian utama berbuka puasa di Masjid Jami Pekojan, Kampung Petolongan, Semarang.
"Ini resep masakan turun-temurun sejak dari kakek saya yang asalnya dari Negara Bagian Gujarat, India," kata Anas. Anas merupakan pewaris bubur India ketiga setelah mendapat resep dari sang kakek, bernama Harus Rofii dan Salim Harun yang tak lain ayahandanya.
Keluarga besar Anas secara teguh menggunakan bumbu kaya rempah sebagai penguat rasa bubur India. "Kakek saya seorang mubalig yang kerap mensyiarkan agama Islam dari perbatasan India-Pakistan. Kemudian lambat laun memilih berdagang dengan komunitas orang Koja dan masuk Indonesia sejak 1800 silam atau sekitar 120 tahun lalu," tuturnya.
Perjalanan komunitas Koja pun berlanjut sampai ke tepi Pantai Semaran dan tiba di salah satu sudut kawasan Mataram yang kini dikenal dengan Kampung Petolongan.
Setiap hari, Masjid Pekojan Semarang memasak tak kurang dari 200 hingga 300 mangkok Bubur India bagi para jemaah yang berbuka puasa. Bubur itu dibagikan secara gratis pada pukul 17.00 WIB atau menjelang berbuka puasa. Selain dibagikan gratis, pengurus Masjid Pekojan juga mempersilakan warga membawa pulang bubur ke rumah masing-masing. Bubur tersebut biasanya dijadikan makanan untuk berbuka puasa dan kerap dirindukan oleh orang yang sudah tak tinggal lagi di Semarang. Tradisi kuliner tersebut diketahui sudah menjadi peninggalan lintas generasi selama 80 tahun. Seperti namanya, bubur India merupakan kuliner asli India, tepatnya makanan di wilayah Koja yang merupakan perbatasan Pakistan dan India. Namun, dengan adanya perdagangan pada zaman dahulu, warga India yang datang ke Semarang akhirnya memutuskan tinggal dan menetap. Hal itu menginspirasikan lahirnya kampung Pekojan yakni kampung Muslim di tengah kota Semarang. Sejak awal ada di Semarang, bubur India sudah menjadi makanan khusus berbuka puasa. Meski menunya sederhana, akan tetapi bubur India ini memiliki rasa yang asli dan terjaga dengan perpaduan bubur berisi daging cincang, labu, telur serta kuah santan yang khas. @prast.wd @jatengpos #buburindia #kuliner #kulinersemarang #kulinerramadan #bukapuasa #masjidpekojan #pekojan #ngabuburit #exploresemarang #ramadan2016
A post shared by JATENG NEWS (@jatengnews) onJun 12, 2016 at 4:18am PDT
"Di sinilah, awal mula orang-orang Koja berdagang sarung, tasbih sampai beragam rempah yang dibawa langsung dari tanah kelahirannya. Lalu karena punya resep bubur India yang sangat khas itu, maka dikenalkan kepada penduduk pribumi lokal," tambahnya.
Dari semula hanya ada 10-15 orang, kini jumlah orang Koja yang mendiami kampung tersebut mencapai ratusan jiwa. Rumah-rumahnya bercorak khas campuran Pakistan-Melayu dengan dinding berwarna hijau muda.
[Baca juga : Wisata Seru Yang Bisa Kamu Kunjungi Saat Ramadhan]
Bubur India juga semakin melekat di hati masyarakat setempat. "Sekarang tiap Ramadan disediakan 200 sampai 300 porsi bubur India. Sebagai variasinya juga ada campuran kuah gulai, sambal goreng, ungkep dan teri," tuturnya. Bubur India dibuat selama tiga jam. Sejak bakda Zuhur sampai selepas salat Ashar, Anas mengaku dibantu tiga warga keturunan Koja lainnya untuk mengolah bubur India.
Kemudian tepat pukul 15.30 WIB sajian khas warga Koja ini pun siap dihidangkan dalam mangkuk-mangkuk kecil bersama segelas susu atau teh ditambah beberapa bungkus kurma. "Dulunya ada tambahan zam-zam. Tapi karena pasokannya disetop sama Pemerintah Arab Saudi maka diganti susu," ujarnya.
Dia menyebutkan hidangan bubur India kala buka puasa punya arti mendalam bagi warga sekitar. Sesuai hadist Rasulullah SAW, katanya, barang siapa yang memberikan makanan buka puasa maka ganjarannya di akhirat bertambah banyak. "Dan barang siapa yang senang dengan datangnya Ramadan maka diharamkan jasadnya di neraka. Makanya, di sini selalu dibagikan bubur gratis selama 30 hari Ramadan," ujar Anas. (Sumber: Artikel bisnis.com, Foto tribun.jateng.com)
...moreTripTrus.Com - Meningkatnya gairah berpergian dan liburandi kalangan generasi milenial enimbulkan perilaku yang menonjol diantara mereka, yakni gigih berburu berbagai tiket promo dan diskon.
Survei terbaru dari Agoda, platform reservasi akomodasi online, mengungkapkan berbagai hal yang rela dilakukan milenial Indonesia demi mendapatkan harga terbaik untuk liburan mereka. Ada juga cara-cara mudah yang dapat dilakukan agar bisa mendapatkan harga terbaik tanpa membuang waktu terlalu lama.
"Survei online ini dilakukan awal November 2017 kepada lebih dari 500 responden Indonesia berusia 25-34 tahun. Berikut ini hasil survei terkait perilaku dalam berburu harga murah untuk berlibur."
Berburu tiket Promo Garuda..#travelling#photooftheday 24092017#BNI#garudatravelfair ✈✈✈
A post shared by Faras Hidayati (@faras_hidayati) onSep 23, 2017 at 6:02pm PDT
Pertama, mencari promo. Terdapat 76% responden yang mencari kode voucer promo di Internet, 64% mengikuti berita promo lewat media sosial, 38% memperbaharui halaman Internet terus-menerus sambil menunggu turunnya harga, 30% membuka halaman Internet secara anonim agar tidak terdekteksi dari alamat IP.
edua, mencari diskon paling maksimal melalui berbagai sumber. Terdapat 73% membuka lebih dari 5 jendela halaman di Internet untuk membandingkan semua harga. Kemudian, 44% mendaftarkan diri di beberapa program loyalitas meskipun dirinya tidak loyal terhadap brand apapun.
Lalu ada 45% mendaftar ke beberapa mailing list agar tidak melewatkan promo terbaru serta 26% mendaftar ke beberapa kartu kredit sekaligus untuk memperoleh diskon maksimal.
Ketiga, berkumpul untuk mencari promo terbaik. Terdapat 30% membuat chat group dengan teman-teman dan saling membagikan informasi promo ‘rahasia’. Kemudian, 57% merencanakan jadwal berlibur di awal dengan teman-teman sehingga mereka dapat mencari promo di tanggal yang tepat.
Melihat perilaku ini, Agoda menghadirkan fitur terkait promo untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Gede Gunawan, Country Director di agoda International Indonesia, mengatakan pihaknya ingin selalu membantu traveller muda dalam merencanakan perjalanan mereka dengan memberikan promo terbaik melalui platform agoda. (Sumber: Artikel travel.tempo.co Foto freepik.com)
...moreMasih ingat heboh penamaan KRI Usman Harun? Tak dinyana si pemberani Harun Thohir yang menuai kontroversi karena namanya dipakai sebagai nama kapal perang itu adalah orang Bawean. Ya, pulau yang berada di Laut Jawa dan termasuk dalam wilayah Kabupaten Gresik JawaTimur itu memang dikenal luas di Singapura dan Malaysia sebagai tanah asal para pelaut yang bekerja di kapal2 mereka. Orang Bawean dan kawasan pemukiman mereka di kedua negara jiran itu mendapat julukan sebagi Orang Boyan dan Kampung Boyan.
LEGENDA AKSARA JAWA
Dari dusun penangkaran rusa perjalanan dilanjutkan dengan mengendarai sepeda motor ke arah barat pulau, kira-kira berjarak 7 km, terdapat sebuah Pantai Kubur Panjang (Jherat Lanjheng) yang sarat dengan legenda kelahiran aksara jawa. Makam yang panjangnya sekitar 11 meter itu dipercayai sebagai makam pembantu setia Aji Saka, tokoh utama Babad Tanah Jawa, Doro dan pedang pusakanya. Pemandangan yang luar biasa saat sang surya perlahan turun terpampang megah di kawasan ini. Bias jingga, langit biru dan hamparan karang karena laut surut mempesona indah. Tetapi tak bisa berlama-lama di pantai ini, selain karena sepi tidak ada hunian dan warung makanan, faktor jalan rusak dan gelap juga memicu rasa khawatir untuk berlama-lama di kawasan tersebut.
Kuburan Panjang (Jherat Lanjeng)
Segenap lelah bisa dibasuh dengan mandi air panas di Dusun Kebun Daya, Desa Sawah Mulia, yang berjarak sekitar 3 km dari pelabuhan. Tempat mandi umum ini berukuran sekitar 2,5 X 3 meter dan dipakai bergantian oleh kaum pria dan perempuan. Semakin malam semakin banyak warga Bawean yang mandi, kendati hanya diterangi sebuah lampu dan sekelilingnya sawah, namun tidak menyurutkan niat merendam badan dalam suhu sekitar 34 derajat Celsius ini. Orang Bawean mempunyai 2 tempat pemandian air panas yang sumbernya belum diketahui, karena airnya tidak mengeluarkan bau menyengat seperti bau sulfur.
SUNSET, SUNSET DAN SUNSET
Hari berikutnya, Pantai Selayar, Danau Kastoba, Pantai Labuan dan bukit tempat lapangan udara sedang dibangun adalah tujuan kami. Dari pantai Selayar bisa ke Pulau Selayar dengan berjalan kaki atau naik motor jika air laut surut. Pulau tak berpenghuni itu nampak asri dan nyaman untuk dipakai sebagai tempat piknik sambil menikmati bekal dan kelapa muda yang dipetik langsung dari pohon ditepi pantai. Air jernih semata kaki dan pasir putih mengundang minat berjalan kaki hingga ke batas laut biru sambil memotret kemolekan alam sekitar pantai Selayar.
Pulau dan Pantai Selayar
Sedangkan kecantikan alami Danau Kastoba bisa dinikmati sambil makan siang karena hanya sekitar 45 menit jaraknya dari Pantai Selayar. Lelah mendaki bukit setinggi sekitar 500 meter segera terbayar begitu melihat teduh dan tenangnya Danau Kastoba. Penduduk Bawean biasanya suka berpiknik rombongan dan membakar ikan di tepi danau. Kekuatiran kami adalah sisa api yang ditinggalkan bisa memicu kebakaran hutan di Cagar Alam Bawean ini. Terlebih pada musim kemarau yang membuat tumbuhan kering dan meranggas. Saat kami berkunjung ke Danau Kastoba, sekelompok orang meninggalkan api sisa bakar ikan dan harus dipadamkan hingga benar2 tidak ada asap. Seharusnya sebagai kawasan Cagar Alam yang dilindungi pemerintah, danau dan kawasan sekitarnya dijaga ketat dari kemungkinan pengrusakan alam baik yang disengaja maupun tidak.
Pemandangan Danau Kastoba
Lewat tengah hari adalah waktu yang tepat untuk beranjak ke lokasi wisata berikutnya, yakni pantai Labuan. Pantai ini tempat berlabuh kapal2 besar agar terlindung dari terjangan ombak dan gelombang laut tinggi. Menikmati secangkir kopi, makan baso ikan di warung sederhana tepi pantai merupakan keasyikan tersendiri. Di kejauhan tampak bukit kecoklatan yang disiapkan untuk lapangan terbang perintis.
Sore hari di Pantai Labuan
Hanya 15 menit bermotor untuk mencapai kawasan bandara Pulau Bawean yang telah dibangun sejak 2-3 tahun lalu. Bandara ini masih jauh dari rapi. Pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana untuk sebuah lapangan udara yang siap didarati pesawat perintis sekalipun masih jauh dari sempurna. Jika diprosentase bisa dibilang baru sekitar 45 % saja. Landasan pacu masih belum diaspal dan yang sudah diaspal pun sudah mulai rusak lapisannya. Infrastruktur jalan masih sangat minim, baik di dalam kawasan bandara maupun dari atau ke pusat kota kecamatan Sangkapura atau dari dan ke arah kota pelabuhan. Padahal lapangan udara ini bisa menjadi tumpuan harapan untuk membuka Pulau Bawean sebagai destinasi kunjungan wisata utama di Jawa Timur.
Klik rangkaian artikel tentang Pulau Bawean di bawah ini.
Pulau Bawean: Antara Legenda dan Keindahan Alam - 1
Pulau Bawean: Antara Legenda dan Keindahan Alam - 2
Pulau Bawean: Antara Legenda dan Keindahan Alam - 3
...moreTari Kipas Pakarena merupakan ekspresi kesenian masyarakat Gowa yang sering dipentaskan untuk mempromosi pariwisata Sulawesi Selatan. Dalam bahasa setempat, “pakarena” berasal dari kata “karena” yang memiliki arti “main”. Tarian ini sudah menjadi tradisi di kalangan masyarakat Gowa yang merupakan bekas Kerajaan Gowa.Tidak ada yang tahu persis sejarah tarian ini. Namun menurut mitos, tarian Pakarena berawal dari kisah perpisahan antara penghuni boting langi (negeri khayangan) dengan penghuni lino (Bumi) pada zaman dahulu. Konon sebelum berpisah, penghuni boting langi sempat mengajarkan bagaimana cara menjalani hidup, bercocok tanam, beternak, dan berburu kepada penghuni lino, melalui gerakan-gerakan badan dan kaki. Selanjutnya, gerakan-gerakan itu pula yang dipakai penghuni limo sebagai ritual untuk mengungkapkan rasa syukur kepada penghuni boting langi.Ekspresi kelembutan akan banyak terlihat dalam gerakan tarian ini, mencerminkan karakter perempuan Gowa yang sopan, setia, patuh dan hormat terhadap laki-laki pada umumnya, khususnya terhadap suami. Tarian ini sebenarnya terbagi dalam 12 bagian, meski agak susah dibedakan oleh orang awam karena pola gerakan pada satu bagian cenderung mirip dengan bagian lainnya. Tapi setiap pola mempunyai maknanya sendiri. Seperti gerakan duduk yang menjadi tanda awal dan akhir pementasan tarian Pakarena. Gerakan berputar searah jarum jam melambangkan siklus hidup manusia. Sementara gerakan naik turun mencerminkan roda kehidupan yang kadang berada di bawah dan kadang di atas.Tarian Kipas Pakarena memiliki aturan yang cukup unik, di mana penarinya tidak diperkenankan membuka matanya terlalu lebar, sementara gerakan kakinya tidak boleh diangkat terlalu tinggi. Tarian ini biasanya berlangsung selama sekitar dua jam, jadi penarinya dituntut untuk memiliki kondisi fisik yang prima.Sementara itu, tabuhan Gandrang Pakarena yang disambut dengan bunyi tuip-tuip atau seruling akan mengiringi gerakan penari. Gemuruh hentakan Gandrang Pakarena yang berfungi sebagai pengatur irama dianggap sebagai cermin dari watak kaum lelaki Sulawesi Selatan yang keras. Sebagai pengatur irama musik pengiring, pemain Gandrang harus paham dengan gerakan tarian Pakarena. Kelompok pemusik yang mengiringi tarian ini biasanya berjumlah tujuh orang, dan dikenal dengan istilah Gondrong Rinci. Tidak hanya penari saja yang bergerak, penabuh gandrang juga ikut menggerakkan bagian tubuhnya, terutama kepala. Ada dua jenis pukulan yang dikenal dalam menabuh gandrang, yaitu menggunakan stik atau bambawa yang terbuat dari tanduk kerbau, dan menggunakan tangan.
Sumber: http://www.indonesiakaya.com
...more