Tugu Equator Lipat Kain
Tugu Equator (Tugu Khatulistiwa) merupakan tugu yang berada di Lipatkain yang terletak 79 km ke arah selatan Kota Pekanbaru. Secara geografis, Lipatkain terletak pada garis lintang 0 derajat. Lipatkain merupakan salah satu ibu kota kecamatan di Kabupaten Kampar Provinsi Riau, tepatnya Kecamatan Kampar Kiri.
Pada zaman dahulu Lipatkain hanya terdiri dari satu desa dengan nama wilayah Koto. Sekitar tahun 1980-an mulailah perkembangan dan pelebaran wilayah ke arah utara dengan nama "congke" atau dalam lebih dikenal dengan nama Cengkeh. Pada tahun 1978 pernah terjadi sebuah musibah kebanjiran di daerah hulu sungai Subayang. Peristiwa tersebut menyebabkan peradaban baru di daerah cengkeh makin meluas, diakibatkan banyak pengungsi yang datang dari masyarakat perkampungan hulu sungai. Pemerintah pada saat itu memberi bantuan berupa rumah tinggal untuk menampung korban banjir. Tepatnya di wilayah Suka Menanti dan Kayu Mas. Musibah ini dikenal dengan nama Musibah Kebanjiran Besar Tahun 78 yang disingkat MUSKARBET 78.
Pada masa kolonial Belanda, di Lipatkain dibangun tugu khatulistiwa. Tugu yang di bangun pada masa kolonial Belanda tersebut sangat sederhana karena terbatasnya arsitek dan bahan material yang susah didapatkan.
Pada zaman dahulu Lipatkain hanya terdiri dari satu desa dengan nama wilayah Koto. Sekitar tahun 1980-an mulailah perkembangan dan pelebaran wilayah ke arah utara dengan nama "congke" atau dalam lebih dikenal dengan nama Cengkeh. Pada tahun 1978 pernah terjadi sebuah musibah kebanjiran di daerah hulu sungai Subayang. Peristiwa tersebut menyebabkan peradaban baru di daerah cengkeh makin meluas, diakibatkan banyak pengungsi yang datang dari masyarakat perkampungan hulu sungai. Pemerintah pada saat itu memberi bantuan berupa rumah tinggal untuk menampung korban banjir. Tepatnya di wilayah Suka Menanti dan Kayu Mas. Musibah ini dikenal dengan nama Musibah Kebanjiran Besar Tahun 78 yang disingkat MUSKARBET 78.
Pada masa kolonial Belanda, di Lipatkain dibangun tugu khatulistiwa. Tugu yang di bangun pada masa kolonial Belanda tersebut sangat sederhana karena terbatasnya arsitek dan bahan material yang susah didapatkan.
