Rumah tradisonal suku Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramoë keuë (serambi depan), seuramoë teungoh (serambi tengah) dan seuramoë likôt (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh dapu (rumah dapur).
Sebuah rumah panggung berwarna dominan hitam dengan aksen warna kuning, hijau, merah dan putih berdiri cantik di Jalan Sultan Mahmud Syah, Banda Aceh. Rumah adat Aceh itu adalah sebuah museum.
Museum Rumoh Aceh memang sangat unik karena bangunan museum berupa rumah panggung yang sebagian besar terbuat dari bahan dasar kayu. Bangunan museum ini telah dibuat pada masa Kolonial Belanda di tahun 1914. Uniknya lagi, bangunan museum tidak dibuat di Aceh, melainkan di Semarang saat pameran Kolonial. Seluruh bangunan ini kemudian diboyong ke Aceh dan dijadikan sebagai museum pada 1915, menjadikannya sebagai salah satu museum dengan sejarah panjang di Nusantara.
Ruang pameran museum terdapat di lantai dua Rumoh Aceh karena lantai pertama hanya digunakan seperti teras saja untuk memajang benda-benda seperti meriam dan kereta kencana. Pada beberapa sudut ruangan terdapat lukisan-lukisan pahlawan yang berasal dari Aceh, di antaranya Sultan Iskandar Muda, Cut Nyak Dhien, Tengku Chik Di Tiro, Teuku Nyak Arif dan Teuku Umar. Beberapa alat musik sejenis drum berjejer rapi di dinding museum yang tinggi dengan didampingi tanduk rusa, tombak, kepala rusa dan berbagai lukisan.