TripTrus.Com - Liburan udah lewat sih, tapi tenang, masih banyak weekend yang bisa dipake buat jalan-jalan, kan? Apalagi, Blitar punya banyak spot seru yang sayang banget kalo dilewatin. Buat yang pengen refreshing atau sekedar healing, Blitar bisa jadi pilihan yang pas banget! Nih, gue kasih tau beberapa spot keren yang wajib banget dikunjungin! Blitar kan terkenal sebagai "Bumi Bung Karno", jadi nggak heran kalo banyak destinasi kece di sini yang cocok buat isi feed Instagram kamu!
1. Pantai Serang
Liat laut lepas sambil main di pasir putihnya? Cus, langsung ke Pantai Serang yang ada di Panggungrejo, Blitar. Alamnya juara banget, dan buat yang suka seafood, bisa icip-icip di warung-warung sekitar. Mau yang lebih seru? Naik ATV cuma Rp 50.000/jam!
2. Makam Bung Karno
Lihat postingan ini di Instagram
Sebuah kiriman dibagikan oleh Semua Tentang Blitar (@blitarasyik)
Kalau ke Blitar, jangan lupa ziarah ke makam Bung Karno. Selain makamnya, di sini juga ada museum, perpustakaan, dan Gong Perdamaian loh. Tiket masuknya murah, cuma Rp 3.000 per orang. Jangan lupa foto-foto ya, spotnya Instagrammable banget.
3. Kampung Coklat
Buat yang hobi ngemil cokelat, Kampung Coklat ini surga banget! Lokasinya di Kademangan, Blitar. Dengan tiket Rp 20.000, kamu bisa lihat pohon coklat, belajar proses bikin coklat, dan pastinya icip coklat enak di spot-spot yang cozy banget.
4. Agrowisata Belimbing Karangsari
Suka buah segar? Di sini, kamu bisa langsung metik belimbing dari pohonnya. Selain itu, di Agrowisata Belimbing Karangsari ini ada banyak olahan belimbing hasil UMKM lokal. Jangan lupa bawa pulang belimbingnya, harganya bersahabat banget!
5. Blitar Park
Ini tempatnya buat rekreasi bareng keluarga. Blitar Park punya wahana permainan seru dan spot foto aesthetic abis. Lokasinya di Garum, Blitar. Tiketnya juga nggak mahal, Rp 10.000 doang, tapi kalo mau main semua wahana, siapin Rp 25.000 ya.
6. Waterpark Sumber Udel
Pengen main air? Langsung aja ke Waterpark Sumber Udel. Dengan tiket Rp 10.000, udah bisa berenang seru di kolam anak, kolam dewasa, sampe kolam arus. Lokasinya gampang ditemuin di tengah Kota Blitar.
[Baca juga : "Wisata Sejarah Bukittinggi, 6 Fakta Keren Museum Rumah Bung Hatta"]
7. Kebun Kopi Karanganjar
Pecinta kopi, harus banget mampir ke sini! Lokasinya di lereng Gunung Kelud, jadi udaranya sejuk banget. Kebun kopi ini masih punya nuansa kolonial Belanda, cocok buat yang suka foto-foto vintage. Tiket masuknya Rp 15.000 aja.
8. Taman Pecut
Taman ini cantik banget kalo dikunjungin malam hari. Letaknya di seberang alun-alun Kota Blitar, dan pas malam minggu ada air mancur warna-warni yang bikin suasana makin romantis. Tempat nongkrong malam yang asik deh!
9. Blitar Green Park
Nyari tempat piknik keluarga? Ke Blitar Green Park aja! Taman yang rindang ini punya banyak gazebo dan area main anak. Walau lokasinya agak tersembunyi, tinggal buka Google Maps, pasti ketemu. Cocok buat quality time bareng keluarga.
10. Istana Gebang
Ndalem Gebang, rumah masa kecil Bung Karno ini juga layak dikunjungin. Interiornya masih terawat dan penuh dengan sejarah. Ada patung Bung Karno setinggi 2 meter hasil karya seniman Jakarta di area ini. Pas buat wisata sejarah yang seru dan edukatif!
Jadi, weekend ini, mau kemana nih? Blitar udah siap nunggu kamu dengan segudang tempat seru yang nggak cuma bikin happy, tapi juga nambah pengalaman baru! Ayo, jangan cuma diem di rumah, Blitar panggil-panggil tuh! (Sumber Foto @fitra_sucil)
...moreTripTrus.Com - "Bumi Ageung Cikidang" yang berarti Rumah besar yang berada di daerah bernama Cikidang adalah rumah milik Bupati Cianjur, Raden Adipati Aria Prawiradiredja II. Raden Adipati Aria Prawiradiredja II merupakan Bupati Cianjur yang ke-9 yang menjabat selama periode 1862-1910 (48 tahun). Rumah cantik ini beliau bangun pada tahun 1886 sebagai rumah peristirahatannya.
(Foto: tribunnews.com)
Pada tahun 1910 Bumi Ageung diwariskan kepada putrinya bernama Raden Ayu Tjitjih Wiarsih, di masa kepemilikan beliau, rumah ini berperan penting dalam kemerdekaan, dikarenaKAN Bumi Ageung digunakan sebagai tempat perumusan pembentukan tentara PETA yang dipimpin oleh Gatot Mangkoepradja di tahun 1943-45.
Bumi Ageung direnovasi pertama kali pada tahun 1950 setelah nyaris hancur karena menjadi sasaran bom pasukan Jepang dan Belanda. Pada 9 Agustus 1949 Bumi Ageung juga menjadi saksi bisu peristiwa penyerahan kekuasaan Belanda kepada tentara Republik wilayah kota Cianjur, selain itu sempat dijadikan tempat perlindungan manula, perempuan dan anak-anak keturunan pada saat terjadi kerusuhan etnis di Cianjur sekitar tahun 1962-1963.
(Foto: tribunnews.com)
Beralamat di Jalan Mochamad Ali, Kelurahan Solokpandan, Cianjur, jalan yang konon dibuat Dandeles sebagai Jalan Raya Pos, Bumi Ageung dikelilingi oleh kawasan kota tua Cianjur yang tumbuh berkembang di era kolonial, seperti beberapa bangunan: Stasiun Cianjur, Pecinan, Pendopo (Rumah Dinas Bupati)
Walaupun beberapa bagian dari Bumi Ageung sudah berganti rupa, Bumi Ageung tetap syarat dengan sejarah. Oleh karena itu pada tahun 2010 ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya Nasional bedasarkan SK Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Yang di mana Bumi Ageung sekarang diurus oleh Keluarga generasi ke-5 dan dijadikan sebagai rumah museum di Cianjur. (Sumber: Artikel-Foto Rahmat Fajar dan Amieykha )
...moreSemua pasti setuju bahwa Gunung Papandayan itu cocok buat pendaki yang baru mau memulai pendakian. Selain karena treknya yang relatif tidak terlalu sulit, dengan sumber air melimpah, spot-spot pemandangannya pun bakal bikin siapapun ketagihan. Nah, salah satu spot paling ikonik di Gunung Papandayan, selain Taman Edelweiss Tegal Alun, adalah Hutan Mati. Namanya memang agak seram, tapi alih-alih seram, Hutan Mati Gunung Papandayan akan memberi kesan eksotisme yang tidak ada duanya.
Terletak tepat di atas kawah utama Gunung Papandayan, kayu-kayu cantigi ini mati diterpa letusan vulkanik bertahun-tahun silam. Kini, asap belerang dari kawah pun seringkali diterpa angin ke arah Hutan Mati. Letaknya yang cukup dekat dengan camping ground Pondok Saladah membuat Hutan Mati menjadi spot yang harus dikunjungi baik di kala senja, maupun ketika menunggu sunrise.
Hanya sekitar 10 hingga 15 menit dari tenda di Pondok Saladah Travelmate sudah bisa menikmati Hutan Mati. Travelmate juga akan melewati jalur Hutan Mati ini untuk meneruskan pendakian ke taman edelweiss Tegal Alun. Untuk pendaki pemula, tentu pemandangan ini adalah trigger untuk melakukan pendakian lebih jauh. Sehingga tentu saja orang bisa berkata : “hutan ini memang mati, tapi disinilah petualangan itu mulai hidup… yup, the forest is dead, but the adventure has just lived.”
...morePada awalnya Benteng dikenal dengan nama Tolukko, lalu kemudian lebih dikenal dengan nama Benteng Hollandia ini, yang didirikan pada tahun 1540 oleh Francisco Serao, seorang panglima Portugis. Menurut kabar nama Tolukko merupakan nama dari pengusa kesepuluh yang duduk di singgasana Ternate yaitu Kaicil Tolukko, tetapi pada tahun 1692 sultan ini baru memerintah jadi nama benteng ini tidak mungkin diberikan untuk mengikuti nama Sultan tersebut. Benteng tersebut diperbaiki oleh Pieter Both, seorang Belanda pada tahun 1610. Dan digunakan untuk pertahanan terhadap bangsa Spanyol yang sedang menggempur pulau Ternate.Benteng ini dipakai sebagai tempat untuk melarikan diri dari serangan Spanyol supaya mau kembali tinggal di tempat ini. Sebagian besar rakyat melarikan diri ke Benteng Malayo. Menurut laporan ada 15 hingga 20 tentara di dalam benteng ini, lengkap dengan sejumlah persenjataan dan amunisi. Pada tahun 1627 di bawah pemerintahan Gubernur Jacques le Febre, mengatakan bahwa benteng letak tidak jauh di atas bukit di sebelah Utara Benteng Malayo ini, dan dilengkapi dengan dua menara kecil.Pada waktu itu dipimpin oleh seorang Korporal yang didatangkan dari Benteng Malayo dan menjadi sumber pemasokan bahan pangan untuk 22 orang tentara yang bertugas di dalam Benteng Tolukko. Dewan Pemerintahan Belanda mengijinkan Sultan Mandarsyah dari Ternate Pada tahun 1661, bersama pasukannya untuk tinggal di dalam benteng ini. Dengan hadirnya Sultan, maka garnizun Belanda yang ada di dalam Benteng Tolukko dikurangi sampai 160 orang. Pasukan Kaicil Nuku (Sultan Tidore yang ke-19) menyerang benteng Tolukko pada tanggal 16 April 1799, namun mereka berhasil untuk mundur oleh pasukan gabungan Ternate-VOC. Penduduk kota Ternate pada bulan Juni 1797 kini berjumlah 3.307 jiwa, akibat pertempuran dan khususnya pengepungan yang berkepanjangan oleh pasukan Nuku. Kemudian tinggal 2.157 jiwa.Yang lain meninggal karena peperangan dan kelaparan atau melarikan diri ke Halmahera. Pada tahun 1864 di bawah pimpinan Residen P. Van der Crab, karena hampir seluruh bangunan sudah rusak maka benteng ini dikosongkan. Pada tahun 1996, dibangun kembali, namun upaya yang dilakukan malah menghilangkan keaslian bangunan seperti dihilangkannya terowongan bawah tanah yang berhubungan langsung dengan laut.
Sumber: http://www.indonesiakaya.com
...moreTripTrus.Com - Masih berada di kawasan wisata Kota Tua, tidak jauh dari gedung Fatahillah ada sebuah jembatan yang berwarna merah marun. Sangat kontras dilihat dengan kondisi di sekelilingnya. Jembatan ini kini dikenal dengan nama Jembatan Kota Intan. Dahulu jembatan ini berfungsi sebagai penghubung antara benteng Belanda dengan benteng Inggris, tapi kini menjadi salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan. Termasuk Anda!
Jalan-jalan ke Kota Tua memang menyenangkan, ada banyak bangunan bersejarah di sini seperti Jembatan Kota Intan. Diberikan nama demikian karena letaknya dekat dengan salah satu Bastion Kastil Batavia bernama Bastion Diamont (intan). Mungkin tidak banyak yang mengetahui jika sebenarnya nama jembatan ini sempat berganti-ganti.
[Baca juga : 6 Tujuan Wisata Kota Tua Jakarta]
Jembatan Kota Intan ini awalnya adalah jembatan biasa yang dibangun pada tahun 1628 yang bernama Jembatan Engelse Brug atau Jembatan Inggris. Jembatan kayu ini memiliki panjang 30 meter dan lebar 4,43 meter. Jembatan tersebut berfungsi sebagai penghubung antara benteng Belanda (VOC) dan Inggris (IEC) yang saat itu berseberangan dan dibatasi oleh Kali Besar. Setahun kemudian tepatnya tahun 1629, jembatan ini sempat mengalami rusak parah akibat serangan Kerajaan Banten dan Mataram yang menyerang Benteng Batavia.
Kondisi yang memprihatinkan itu segera dipulihkan oleh Belanda, mengingat fungsi jembatan yang sangat vital dan berganti nama menjadi jembatan De Hoenderpasar Brig atau Jembatan Pasar Ayam. Disebut demikian karena lokasinya yang berdekatan dengan pasar ayam. Dua puluh lima tahun kemudian atau tepatnya tahun 1655, jembatan ini lagi-lagi mengalami kerusakan dan perbaikan. Tapi kerusakan kali ini bukan karena peperangan melainkan karena bencana banjir dan korosi air asin yang berasal dari laut. Setelah pasca perbaikan, namanya pun kembali berganti menjadi Jembatan Het Middelpunt Brug yang berarti Jembatan Pusat.
Pada 1938 fungsi jembatan diubah menjadi jembatan gantung. Tujuannya agar dapat diangkat untuk lalu lintas perahu dan mencegah kerusakan akibat banjir, namun bentuk dan gayanya tidak pernah diubah. Nama jembatan inipun kembali berubah menjadi Jembatan Phalsbrug Juliana atau Juliana Bernhard, karena waktu itu Ratu Juliana yang menjadi ratu di Belanda. Sebelumnya, jembatan juga diberi nama Jembatan Wilhemina (Wilhemina brug), ibu dari Juliana.
Jembatan Kayu Ini Memiliki Panjang 30 Meter dan Lebar 4,43 Meter. Jembatan Kota Intan adalah sebuah jembatan ‘jungkit’ yang berwarna merah marun warisan Belanda dengan konstruksi besi dan kayu yang terletak di Kawasan Kota Tua Jakarta [Berbagai Sumber] . . . 📸 June 16, 2018 . . . #oldtown #bridge #jembatankotaintan #kotatuajakarta #jakartaoldtown #historical #heritage #underconstruction #visitjakarta #wheninjakarta #enjoyjakarta #holiday #cityexplore #walkingtour #citysightseeing #architecture #publicarea #trip #travel #traveling #adventure #tourism #jakarta #wisatakotatua
A post shared by Fransiska Tan (@fransiskatan) onJun 16, 2018 at 3:43am PDT
Kemudian pasca proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, nama jembatan inipun lagi-lagi diubah menjadi seperti yang kita kenal hingga kini yakni Jembatan Kota Intan. Nama ini disesuaikan dengan nama lokasinya yang berdekatan dengan bastion Kastil Batavia yang diberi nama Bastin Diamont (Intan). Selama perjalanan Jembatan Kota Intan ini Belanda sempat membangun beberapa jembatan serupa di Batavia atau yang sekarang menjadi Jakarta. Namun jembatan-jembatan itu sudah tidak ada lagi, yang tersisa hanyalah Jembatan Kota Intan. Untuk melestarikan keberadaannya, maka pada tahun 1972 Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, menetapkan Jembatan Kota Intan sebagai benda cagar budaya.
Saat ini Jembatan Kota Intan menjadi salah satu objek wisata sejarah yang banyak dikunjungi wisatawan. Tak sedikit pula yang menjadikan Jembatan Kota Intan ini sebagai objek foto untuk prewedding atau pra-menikah. Selain karena nilai historisnya, jembatan ini memiliki keunikan pada bangunannya.
Untuk mengunjungi Jembatan Kota Intan ini, Anda tidak dipungut biaya tiket, hanya saja dimintai biaya untuk kebersihan dan parkir. Jembatan Kota Intan terletak di Ancol, Pademangan, Jakarta Barat. Untuk menjangkaunya dapat menggunakan bus Transjakarta koridor 1 jurusan Blok M – Kota. (Sumber: Artikel jakarta.panduanwisata.id, Foto flickr.com)
...moreTripTrus.Com - Gunung Pancar tak hanya menyajikan suasana alam pedesaan yang adem dan asri. Gunung yang berada di wilayah Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini juga dikenal dengan penghasil kopi robusta.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Bogor, bersama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan berkolaborasi menjadikan kawasan itu sebagai kampung lopi. Disebut demikian karena Babakan Madang sebagai penghasil kopi terbesar di Jawa Barat untuk jenis robusta.
"Produksi kopi robusta sebanyak 2.844.528 kilogram per tahun," kata Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Bogor, Irma Villayanti di Cibinong, Senin, 6 Agustus 2018.
View this post on Instagram
Diveraifikasi perkeebunan kopi dengan sayur. Ada enaknya Ada ga enaknya Enaknya, kita bisa memiliki dua penghasilan. Tanah padat termanfaatkan maksimal. Habis jual kopi lalu panen sayur. Asyik kan, duitnya banyak Xixixixi Salah satu ga enaknya adalah ketika salah satu tanaman sayur atau kopi terkena hama. Dan menular ke pohon lain, lalu terjadilah transfer penyakit. Jadi kami harus telaten menyemprot dengan fungisida. Kami sedang riset fungisida alami menggunakan bahan yang ada di kebun. Bahannya sangat mudah ditemui misalnya gadung, mimba, mahkota dewa, lengkuas, jahe, kunyit, dan serai. Ah, bertani itu penuh tantangan, kesabaran dan mengasyikkan. Bangga saat hasilnya memuaskan, sabar ketika belum sesuai harapan. Semua itu tak lain agar kita pandai bersyukur dan selalu ikhtiar. Sudah sore ya, siap-siap pulang kerja ya bosku? Pulangnya ngopi dulu☕☕☕ #pirocoffee #kopisukabumi #kopijabar #javapreanger #scai #kopigayo #kopimalaysia #kopibogor #kopijakarta #kopibekasi #kopidepok #kopibali #kopitoraja #kopipapua #kopijogja #kopisurabaya #kopibandung #kopicianjur #kopijatim #kopipuntang #manualbrew #coffeeroaster #sukabumi #sukabumi_ #sukabumifoodies #sukabumikuliner #sukabumiupdate #sukabumitoday #geoparkciletuh #arabika
A post shared by Piro Coffee Halimun Sukabumi (@kopigununghalimunsukabumi) onOct 5, 2018 at 3:06am PDT
Luas area tanaman kopi saat ini, berdasarkan catatan Irma, mencapai 6.059 hektare terdiri dari 408 hektare kopi jenis arabika dan 5.651 hektare robusta. Data rata-rata produksi 750 sampai 800 kilogram per hektare. Hasil ini belum mengarah ke produktivitas maksimal. "Hasil yang sesungguhnya seharusnya bisa mencapai 1.500 sdampai 2.000 kilogram perhektare."
Tak kurang dari 40 kelompok tani kopi di Gunung Pancar berhimpun. Mereka mendapat binaan, berupa pelatihan peningkatan produksi dan promosi. "Menurut data, pecapain tersebut setelah ada 40 kelompok tani yang menjadi binaan," kata Irman.
Untuk meningkatkan produktivitas, menurut Irma, perlu adanya sistematika dan sinergisitas dengan Dinas Pariwisata. "Ini sistematika membuka peluang usaha agar tercapainya kemandirian dan penyegaran di bidang pariwisata guna menjadikan kampung wisata kopi," ujar Irman sembari menambahkan bahwa sektor pariwisata, hasil perkebunan dan hasil bumi harus bersinergi menjadi obyek wisata alam.
Di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, petani kopi robusta memasuki akhir panen. Berdasarkan pantauan di Desa Tepusen, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung, harga biji kopi robusta di tingkat petani pada awal panen Rp 24 ribu per kilogram, saat ini turun menjadi Rp 23 ribu per kilogram.
[Baca juga : "Festival Kopi Temanggung Sediakan 1000 Gelas Kopi Gratis"]
Menurut petani kopi di Dusun Nolopo, Desa Tepusen, Mujiono, mengatakan meskipun harga biji kopi turun, namun harga kopi gelondong masih bertahan Rp 5.500 per kilogram untuk petik campur, yakni merah dan hijau, sedangkan petik merah bisa mencapai Rp6.000 sampai 6.300 per kilogram. "Penurunan harga kemungkinan karena produksi kopi tahun ini melimpah dibanding tahun lalu," kata pria 60 tahun ini.
Petani warga Desa Ngemplak, Kecamatan Kandangan, Eko Susilo, menjelaskan produksi kopi tahun ini memang lebih baik dari tahun lalu karena pada saat berbunga disertai hujan yang cukup. "Kami menyayangkan harga biji kopi turun di akhir masa panen ini," kata Eko yang memprediksi pada akhir Agustus ini kemungkinan panen kopi selesai. (Sumber: Artikel tempo.co Foto pixabay.com)
...moreTripTrus.Com - Bro-sis traveler! Tahun 2025 ini tuh vibes-nya gak main-main, bro-sis! Dari ujung barat sampe timur, banyak festival kece yang siap lo sambangin buat healing, cari konten estetik, nambah insight budaya, sampe explore hal baru yang pastinya gak zonk! Lo bisa nikmatin parade, musik, kuliner, seni, sampe bazar handmade—all in one package! Jadi, dari sekarang mending lo tandain kalender, siapin outfit kece, dan gas bareng bestie buat eksplor festival hits ini. Cek deh, list paling kece tahun ini yang udah gue acak-acak tapi tetep gokil buat lo!
1. Tong Tong Night Market – Malang, 24–27 Juli 2025
Lo suka vibes pasar malam yang nostalgic tapi pengen versi glow up? Tong Tong Night Market di Malang ini jawabannya, bro-sis! Empat malam penuh lampion lucu, live music indie, booth jajanan lokal kekinian, sampe street food yang packaging-nya Instagramable banget. Bayangin aja lo nyicipin dessert viral sambil chill bareng DJ set low-key—suasana taman jadi magical dan cozy parah!
Mulai dari penganan tradisional yang dibikin aesthetic, sampe spot foto temaram buat konten story lo yang dreamy abis. Terus, tiap malam ada live performance, musisi muda nongol satu-satu bawa vibe yang slow tapi nagih. Dan nih ya, sesi akhir acara ada workshop DIY & mini talk soal upcycle barang bekas—lo bakal pulang gak cuma kenyang, tapi juga makin sustainable mindset-nya. Gas gak tuh?
2. Solo Keroncong Festival – Solo, 25–26 Juli 2025
Nah buat lo yang mau ngerasain kombinasi musik tradisional tapi tetap nempel di lidah Gen Z, Solo Keroncong Festival ini destinasi lo, sis bro! Diadain dua hari di area Gladag sampe Puro Mangkunegaran yang epic abis, event ini bukan sekadar konser, tapi juga cultural healing spot.
Paduan antara keroncong klasik + hip hop fusion bikin telinga lo happy dan hati lo adem. Ada juga workshop bareng musisi muda, diskusi musik santai, sampe spot bazar makanan tradisional yang dikemas dengan vibe cafe kekinian. Jangan skip juga experience “Becik Ketitik” yang dalam tapi catchy banget—kayak quote kehidupan yang lo bawa pulang. Lo bakal makin cinta budaya tapi tetap relevan sama zaman.
3. Asia Africa Festival – Bandung, 25–27 Juli 2025
View this post on Instagram
A post shared by bdg.humas (@humas_bandung)
Siap-siap, Bandung bakal geger sama event satu ini, bro-sis traveler! Asia Africa Festival balik lagi dan kali ini vibes-nya makin rame, makin niat! Bayangin lo nyusurin jalan Braga sampe Cikapundung Barat, sambil jajan kuliner lokal, hunting barang UMKM kekinian, dan cari angle buat feed IG lo yang on point.
Acara full tiga hari ini ada parade budaya, fashion show, sampe penampilan komunitas lokal dan internasional yang bikin lo merasa kayak lagi di festival luar negeri—padahal lokal pride, bro! Jangan lupa mampir ke Asia Africa Corner, tempat nongki sambil cicip makanan khas, fashion bazar, sampe barang limited edition yang punya story. Tips gue: dateng hari kedua atau ketiga biar dapet vibes paling maksimal dan food stall yang lebih chill!
[Baca juga : "Juli Full Gaya! 5 Festival Paling Kece Buat Lo Yang Doyan Healing Plus Budaya"]
4. Alunan Budaya Pringgasela Raya – Lombok Timur, 20–26 Juli 2025
Mau dapet experience budaya yang autentik tapi tetap kekinian? Cuss ke Desa Pringgasela Raya, Lombok Timur. Selama tujuh hari penuh, lo bakal disuguhin tenun Sasak asli, upacara adat, musik tradisional, dan talkshow seru seputar pelestarian budaya.
Highlight-nya? Demo langsung dari para penenun, workshop bikin motif tenun lo sendiri (yes, bikin bukan cuma beli!), plus pertunjukan tari dan musik adat yang dikurasi biar tetap cocok sama selera Gen Z. Jangan heran kalo malem terakhir lo bakal baper gara-gara staging-nya yang megah dan nuansa budaya Lombok yang deep banget. Siap-siap bawa pulang bukan cuma oleh-oleh, tapi juga pengalaman yang soulful abis!
5. Kenduri Seni Melayu – Batam, 16–18 Mei 2025
Bro-sis, ini nih festival yang cocok buat lo yang cinta budaya Melayu tapi pengen tampil modern. Kenduri Seni Melayu di Batam bawa suasana Melayu serumpun—dari Indonesia, Brunei, Malaysia, sampe Singapura—semua tumplek blek dalam satu panggung kece di Harbourbay!
Mulai dari fashion show etnik, bazar kuliner khas Melayu modern, live music lintas negara, sampe workshop batik dan kriya, semua bisa lo temuin di sini. Jangan lupa juga ada kompetisi seni tradisional ala Gen Z yang fresh. Dan penutupnya? Panggung kolosal plus kembang api yang bakal bikin malem terakhir lo pecah banget. Cocok buat lo yang suka vibes internasional tapi rooted ke budaya lokal.
Tahun 2025 tuh bukan sekadar nyari liburan doang, tapi soal bikin momen yang memorable, meaningful, dan pastinya penuh warna! Dari festival keroncong sampe night market, dari vibes Melayu sampai parade budaya internasional—semuanya bisa jadi story kece buat lo share di medsos. Jadi jangan cuma wacana, yuk atur waktu, ajak bestie lo, dan eksplor festival-festival ini bareng. Karena hidup tuh terlalu singkat buat liburan yang biasa aja. Let’s make 2025 your most colorful journey ever! (Sumber Foto @nanang_malik)
...moreTripTrus.Com - Berbicara soal Tangerang memang banyak menyimpan cerita dan tidak bisa dipisahkan oleh budaya Tionghoa-nya. Kebudayaan yang berasal dari daratan Cina tersebut sudah berkembang di sana sejak berabad-abad lalu. Hal ini tidak mengherankan jika wilayah Propinsi Banten itu memiliki beberapa klenteng atau wihara tua. Seperti yang ada Di pesisir utara Kabupaten Tangerang terdapat Klenteng Tjo Soe Kong. Tempat ibadah yang juga dikenal dengan nama Klenteng Tanjung Kait itu diperkirakan sudah berusia lebih dari tiga abad. Nama klenteng yang terletak tidak jauh dari Pantai Tanjung Kait itu semakin dikenal luas karena merupakan satu-satunya bangunan yang bertahan dari hempasan tsunami dahsyat saat Gunung Krakatau meletus.
View this post on Instagram
The wrong one will find you in peace and leave you in pieces. The right one will find you in pieces and lead you to peace. . . . #klentengtjosoekong #tjoesoekongbio #visittangerang #culturephotography
A post shared by Iqo citra khaula (@iqocitra21) onJun 16, 2018 at 11:39pm PDT
Masuk ke wilayah Kota Tangerang, Anda bisa menjumpai Wihara Boen San Bio. Klenteng yang kerap disebut Wihara Nimmala ini dibangun tahun 1689 oleh pedagang keturunan Cina bernama Lim Tau Koen. Klenteng di daerah Pasar Baru, Karawaci itu dikenal karena arsitekturnya yang khas dan mewah. Pada bagian atapnya terdapat patung burung hong (phoenix) yang mengapit mutiara. Tempat batang hio di sana tidak seperti hiolo di klenteng lain karena terbuat dari batu pualam.
View this post on Instagram
Tari Kipas, vihara nimmala, #inkekirei #klenteng #boensanbio
A post shared by Inke Kirei (@inke_kirei) onNov 6, 2017 at 2:43pm PST
Masih di Kota Tangerang, tepatnya di Jalan Bhakti, terdapat Wihara Boen Tek Bio. Tidak ada catatan pasti kapan klenteng tersebut dibangun. Tatapi berbagai artefak yang ada di dalamnya menunjukan bahwa tempat ibadah masyarakat Tionghoa tersebut sudah ada sejak beberapa ratus tahun lalu. Klenteng ini memiliki tradisi khusus yaitu Gotong Toapekong. Acara yang diikuti oleh perwakilan klenteng seluruh Indonesia ini berlangsung setiap 12 tahun sekali.
View this post on Instagram
Kwan Im Seijit #temple #BoenTekBio
A post shared by Claudius Gilbert Clay (@gtrgilbert) onJul 28, 2018 at 5:30am PDT
Selain itu, Kota Tangerang juga memiliki Klenteng Sampo Tay Jin yang berlokasi di Jalan Otto Iskandardinata. Menurut masyarakat sekitar Konon, klenteng ini sudah ada sejak pelayaran sang laksamana ke tanah air. Klenteng ini cukup terbilang unik karena memuja Sampo Tay Jin atau Ceng Ho. Untuk menghormati Ceng Ho yang merupakan muslim, para pemujanya turut tidak mengkonsumsi daging babi meskipun tidak memeluk agama Islam. Di sini juga terdapat benda pusaka berupa keris yang merupakan peninggalan salah seorang adipati Jawa.
Sedangkan di Kota Tangerang Selatan terdapat Klenteng Boen Hay Bio. Klenteng tertua di Serpong itu diperkirakan sudah berusia tiga ratus tahun. Menurut penuturan pengurus, tempat ibadah umat Budha tersebut dibuat tahun 1694. Selain dikunjungi untuk beribadah, Wihara Boen San Bio juga banyak didatangi oleh orang yang ingin belajar Bahasa Mandarin. Pengurus klenteng memang mengagendakan pelajaran Bahasa Cina sebagai salah satu kegiatan bakti sosial rutin.
View this post on Instagram
🙏🏻🍀🇮🇩🇭🇰#boenhaybio #flavorbliss
A post shared by krisna mulyadi (@tjoakrisnamulyadi) onJun 9, 2017 at 6:41pm PDT
[Baca juga : "Dear Warga Tangsel, Sayangilah Jejak Sejarah Daan Mogot Di BSD Ini"]
Jika anda Tertarik melihat klenteng-klenteng tua di Tangerang, Silakan datang langsung ke Tangerang. Dari Jakarta silakan ikuti Jalan Tol Jakarta-Tangerang untuk memulai penjelajahan Anda. (Sumber: Artikel kabar3.com Foto buddha.id)
...moreTripTrus.Com - Indonesia, negeri keren banget, gak hanya punya alam bagus, tapi juga budaya yang seru banget. Nah, biar makin banyak orang yang tahu, mereka sering bikin acara-acara keren di seluruh penjuru Indonesia. Mulai dari Sabang sampai Merauke, tiap bulan pasti ada yang asyik. Berdasarkan info dari Instagram, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), dan sumber-sumber kece lainnya, ini dia 6 event wisata seru di Indonesia yang bakal berlangsung sampe Oktober 2023. Check it out, bro!
View this post on Instagram
A post shared by KOMUNITAS SANGGAR SENI RAJA MUDA (@sanggar_tari_musik_raja_muda)
1. Festival Kataloka
Di Maluku, tepatnya di Kabupaten Seram Bagian Timur, ada desa keren banget namanya Petuanan Negeri Kataloka. Tiap tahun, mereka bikin Festival Kataloka yang keren banget. Acaranya mulai tanggal 15 sampe 20 Oktober. Tujuannya simpel, mereka mau lestarikan budaya nenek moyang mereka. Bakal ada pawai keren, acara snorkeling, lomba seru, dan makan-makan rame-rame. Bakal asyik banget, deh!
2. Festival Gendang Melayu
Di Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, tanggal 17-23 Oktober, mereka bikin Festival Gendang Melayu. Acaranya ngeliat banget budaya Melayu. Ada konser musik gendang Melayu, pameran seni dari etnis-etnis di Sumatera Selatan, lomba nyanyi, dan bazar buat jualan produk lokal. Keren banget, bro!
3. Festival Pesona Raja Ampat
Raja Ampat, si surga bawah laut di Papua Barat Daya. Nah, dari tanggal 18-23 Oktober 2023, mereka bakal ada Festival Pesona Raja Ampat dengan tema "Miracle Raja Ampat: Embrace Culture Preserve Nature." Ini acara bagus buat yang suka laut dan alam. Bisa diving, lihat pertunjukan seni tradisional, ikut perlombaan, dan beli oleh-oleh lokal.
4. Festival Tanjung Waka
Gak kalah cantik dari Raja Ampat, Kabupaten Kepulauan Sula di Maluku Utara juga punya acara seru, Festival Tanjung Waka tanggal 21-24 Oktober. Mereka fokus banget buat lestarikan lingkungan dan budaya lokal. Ada tarian tradisional, kampanye pelestarian lingkungan, dan atraksi atraktif lainnya. Keren!
[Baca juga : "Asyiknya Jalan-jalan Wisata Budaya, Cek Destinasi Keren Ini, Bro!"]
5. Likupang Tourism Festival
Festival ini udah mulai dari Juli, tapi puncaknya bakal diadakan tanggal 26-28 Oktober di Minahasa Utara. Ada banyak acara seni, lomba, konser musik, pameran makanan lokal, dan juga hal-hal tentang pelestarian alam. Seru banget, bro!
6. Ubud Writers Festival
Buat yang suka baca atau nulis, coba dateng ke Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) di Ubud, Bali tanggal 18-22 Oktober 2023. Acara ini udah jalan selama 20 tahun! Bakal ada lebih dari 150 penulis, pemikir, dan seniman dari berbagai negara. Bisa diskusi ide, ngeliat pertunjukan seni, dan masih banyak lagi. Mantap!
Nah, itu dia 6 rekomendasi event wisata seru di Indonesia sampe akhir Oktober 2023. Gak usah bingung mau liburan ke mana, cukup dateng ke yang paling dekat dari rumah, ya! Gak bakal nyesel deh. Safe travels, bro! (Sumber Foto @spektakel.id)
...more