shop-triptrus
Rating

Okt/24  –  Okt/26

Mengamati Habitat Elang Jawa Dan Perkebunan Teh Ciliwung

Puncak

Operator: PesonaJawa  

Rp 325.000,00 / orang

Grade: Light
Safe for everyone, including children. No formal skill necessary.
Quota: 12 persons (Max. 20)
Trip Done
    
Menguak Habitat Burung Garuda di Puncak

Telaga Warna memang menyimpan berbagai keindahan. Dari luasnya kebun teh hingga dua telaga yang menyimpan kemistisannya tersendiri. Salah satunya adalah Desa Cibulao. Desa ini terletak di kawasan perkebunan teh yang berbatasan
langsung dengan cagar alam, Telaga Warna, Puncak, Jawa Barat.

Desa Cibulao dekat dengan kawasan Cagar Alam Telaga Warna dan Gunung Baut (1700 dpl) yang merupakan habitat terdapat burung Garuda, burung yang menjadi simbol negara Indonesia kini kian terancam punah. Garuda itu adalah Elang Jawa, burung elang yang bernama latin Spizaetus Bartelzi. Elang Jawa memang amat identik dengan Garuda karena memiliki jambul dikepalanya, sehingga gambaran Garuda amat dekat dengan Elang. Dan mungkin, gambaran inilah yang terpatri di benak para founding father negara kita saat memilih Elang Jawa sebagai Garuda, lambang NKRI.

Bagi warga Cibulao, Elang Jawa hanyalah sebagai salah satu hewan yang ada dekat mereka. Salah satu warga desa itu yang memiliki kedekatan dengan Elang Jawa adalah Pak Dili (70 tahun), sesepuh warga yang juga pekerja perkebunan Ciliwung yang sudah memperkerjakan 4 generasi keluarga pak Dili. " Dulu, Burung itu disebut Elang Bangor (nakal) karena sering mencuri ayam warga," demikian cerita pak Dili dalam bahasa Sunda. Namun kedatangan peneliti burung dari Jepang pada tahun 1997 membuat pak Dili sadar akan pentingnya kehadiran Elang dalam sebuah habitat ekosistem.

"Saya ini tidak bisa baca-tulis, tapi dari pekerjaan mengantar (memandu) peneliti Jepang itulah saya belajar Elang Jawa itu menjadi penanda bahwasanya lingkungan di Gunung Baut masih terjaga kealamiannya," begitu papar pak Dili. Elang Jawa menjadi puncak dari rantai makanan dihabitatnya. Jika mereka hadir, itu pertanda hutan tempat mereka tinggal masih bagus dan terjaga. Mangsa Elang Jawa seperti hewan kecil dari kancil, monyet dan lainnya masih cukup banyak dan yang jelas pohon-pohon kanopi tentunya juga masih banyak untuk tempat mereka bersarang.

Dari pemandu, pak Dili lalu beralih menjadi seorang konservator tradisional. Ia menjaga dan merahasiakan lokasi sarang burung Elang Jawa dan lainnya. Serta menasehati warga agar ikut melestarikan hutan dan isinya. Upaya pak Dili ini membawakan hasil yang tak disangkanya. Banyak ahli konservasi raptor baik lokal maupun luar negeri yang meminta bantuannya. Ia menjadi mendunia. Muncul di salah satu televisi nasional maupun internasional berkat film dokumenter mengenai Elang Jawa yang dibuat para pemerhati lingkungan. Dengan wajah bangga tapi malu, Pak Dili selalu bilang: "saya yang tidak bisa baca tulis dan hanya bekerja di perkebunan tapi dikenal sampai ke Jepang."

Buah usaha pak Dili yang terpenting juga adalah, kini habitat Elang Jawa semakin berkembang. Banyak burung Elang Jawa yang menetas dan berkembang biak di kawasan Cagar Alam Telaga Warna. Bahkan beberapa tahun belakangan, habitat itu semakin berkembang ke kawasan Gunung Gede-Pangrango. Sebuah upaya yang tidak sia-sia dan sangat berharga. Pak Dili tidak pernah meminta uang ataupun imbalan apapun untuk usahanya itu.

Kini, Cibulao masih menjadi sebuah desa yang sunyi, meski hanya terletak sekitar 3 km dari restoran Rindu Alam, Puncak yang terkenal itu. Tapi kehangatan sambutan pak Dili, teh buatan umi --istrinya, melihat bintang malam serta hawa sejuk desa Cibulao, memberikan alternatif hiburan tersendiri bagi warga Ibukota yang mencari jeda dari kesibukan kota.

Pesona Jawa mengantarkan anda ke jendela bernama Cibulao.

#1Traveler1Book
Mari Berbagi Buku Cerdaskan Bangsa dengan membawa minimal 1 (satu) buah buku, kemudian bagikan kepada anak-anak usia sekolah (5-15 tahun) di destinasi trip ini. Foto anak-anak itu dengan bukunya, lalu share foto tersebut ke Twitter, Facebook dan akun media sosial lainnnya yang kamu miliki dengan hashtag #1Traveler1Book.

Price Basic:
Rp 325.000,00 / orang

Installments:
  • Down Payment : Rp 150.000,00
  • Installment 2 : Rp 175.000,00


Price Include:
1. Transportasi pp (carter angkot)
2. Makan 3 kali
3. Guide
4. Tenda
5. retribusi tempat wisata

Price Exclude:
Snack, dll

Activities:
  • Backpacking


Meeting Point:
Stasiun Tanjung Barat, Jakarta Barat

Menguak Habitat Burung Garuda di Puncak
Telaga Warna memang menyimpan berbagai keindahan. Dari luasnya kebun teh hingga dua telaga yang menyimpan kemistisannya tersendiri. Salah satunya adalah Desa Cibulao. Desa ini terletak di kawasan perkebunan teh yang berbatasan
langsung dengan cagar alam, Telaga Warna, Puncak, Jawa Barat.

Desa Cibulao dekat dengan kawasan Cagar Alam Telaga Warna dan Gunung Baut (1700 dpl) yang merupakan habitat terdapat burung Garuda, burung yang menjadi simbol negara Indonesia kini kian terancam punah. Garuda itu adalah Elang Jawa, burung elang yang bernama latin Spizaetus Bartelzi. Elang Jawa memang amat identik dengan Garuda karena memiliki jambul dikepalanya, sehingga gambaran Garuda amat dekat dengan Elang. Dan mungkin, gambaran inilah yang terpatri di benak para founding father negara kita saat memilih Elang Jawa sebagai Garuda, lambang NKRI.

Bagi warga Cibulao, Elang Jawa hanyalah sebagai salah satu hewan yang ada dekat mereka. Salah satu warga desa itu yang memiliki kedekatan dengan Elang Jawa adalah Pak Dili (70 tahun), sesepuh warga yang juga pekerja perkebunan Ciliwung yang sudah memperkerjakan 4 generasi keluarga pak Dili. " Dulu, Burung itu disebut Elang Bangor (nakal) karena sering mencuri ayam warga," demikian cerita pak Dili dalam bahasa Sunda. Namun kedatangan peneliti burung dari Jepang pada tahun 1997 membuat pak Dili sadar akan pentingnya kehadiran Elang dalam sebuah habitat ekosistem.

"Saya ini tidak bisa baca-tulis, tapi dari pekerjaan mengantar (memandu) peneliti Jepang itulah saya belajar Elang Jawa itu menjadi penanda bahwasanya lingkungan di Gunung Baut masih terjaga kealamiannya," begitu papar pak Dili. Elang Jawa menjadi puncak dari rantai makanan dihabitatnya. Jika mereka hadir, itu pertanda hutan tempat mereka tinggal masih bagus dan terjaga. Mangsa Elang Jawa seperti hewan kecil dari kancil, monyet dan lainnya masih cukup banyak dan yang jelas pohon-pohon kanopi tentunya juga masih banyak untuk tempat mereka bersarang.

Dari pemandu, pak Dili lalu beralih menjadi seorang konservator tradisional. Ia menjaga dan merahasiakan lokasi sarang burung Elang Jawa dan lainnya. Serta menasehati warga agar ikut melestarikan hutan dan isinya. Upaya pak Dili ini membawakan hasil yang tak disangkanya. Banyak ahli konservasi raptor baik lokal maupun luar negeri yang meminta bantuannya. Ia menjadi mendunia. Muncul di salah satu televisi nasional maupun internasional berkat film dokumenter mengenai Elang Jawa yang dibuat para pemerhati lingkungan. Dengan wajah bangga tapi malu, Pak Dili selalu bilang: "saya yang tidak bisa baca tulis dan hanya bekerja di perkebunan tapi dikenal sampai ke Jepang."

Buah usaha pak Dili yang terpenting juga adalah, kini habitat Elang Jawa semakin berkembang. Banyak burung Elang Jawa yang menetas dan berkembang biak di kawasan Cagar Alam Telaga Warna. Bahkan beberapa tahun belakangan, habitat itu semakin berkembang ke kawasan Gunung Gede-Pangrango. Sebuah upaya yang tidak sia-sia dan sangat berharga. Pak Dili tidak pernah meminta uang ataupun imbalan apapun untuk usahanya itu.

Kini, Cibulao masih menjadi sebuah desa yang sunyi, meski hanya terletak sekitar 3 km dari restoran Rindu Alam, Puncak yang terkenal itu. Tapi kehangatan sambutan pak Dili, teh buatan umi --istrinya, melihat bintang malam serta hawa sejuk desa Cibulao, memberikan alternatif hiburan tersendiri bagi warga Ibukota yang mencari jeda dari kesibukan kota.

Pesona Jawa mengantarkan anda ke jendela bernama Cibulao.

Jadual:
Hari ke-1:
08.00 Kumpul dan Registrasi (Stasiun Tanjung Barat)
08.00.-11.00 perjalanan menuju perkebunan teh ciliwung
11.00 -12.00 Menelusuri perkebunan teh ciliwung menuju kampong cibulao
12.00 -14.00 Ishoma
14.00 -16.00 menjelajahi kampong cibulao dan sekitarnya
16.00 -18.00 Istirahat dan menyiapkan tenda untuk bermalam*
18.00-20.00 Ishoma
20.00.- 21.00 Acara Bebas

Hari ke 2
05.00 Bangun tidur + bersih2 diri
06.00 -07.00 Sarapan pagi
07.00-09.00 Hunting foto dan mengamati elang jawa
09.00-09.45 siap siap pulang
10.00 Menuju stasiun Bogor
* Untuk tenda tentative atau bermalam di kampong cibulao

PesonaJawa


About Me

-

 
 

Operator Contact Details

Only TripTrus member can see operator contact details (Phone, E-mail, etc.).
Please Sign In or Register, it's FREE!
Terms and Conditions:
(Mohon tambahkan tiga digit terakhir no. HP untuk memudahkan pengecekan. Misal no. HP 02194400***174, maka jumlah yang ditransfer adalah Rp 185.174)
2. Konfirmasian pembayaran melalui SMS ke 085775401146 (hanya sms) berisi:
o Nama Lengkap
o Nama Panggilan
o Tempat/Tgl Lahir
o Alamat e-mail
o Tanggal transfer
o Jumlah Transfer
bisa juga melalui email dan Facebook
3. Kami akan mengirimkan konfirmasi keikutsertaan via e-mail segera setelah kami mendapatkan konfirmasi pembayaran dari bank.

Terms and Regulations:
 -

Necessary Equipments:
1. Backpack/Ransel/Carrier /Tas yang cukup untuk membawa perlengkapan pribadi
2. Sepatu/Sendal jalan
3. Topi/payung/rain coat
4. Pakaian ganti, celana panjang & pendek, kaus kaki
5. selimut/sarung/sleeping bag (udara cukup dingin)
6. Senter
7. Perlengkapan makan
8. Obat-obatan Pribadi.
9. Kamera digital/Pocket/ Handycam
10. Makanan dan cemilan pribadi
11. Bagi yang punya tenda dipersilahkan membawa (yang tidak punya akan disediakan panitia)
12. Matras untuk tidur (wajib bawa sendiri karena hawa cukup dingin)

Info:
 -

Other Trip from PesonaJawa


Sep/13

Jelajah Bumi Parahyangan, Perkebunan Teh Malabar Dan Makam Boscha Jelajah Bumi Parahyangan, Perkebunan Teh Malabar Dan Makam Boscha
Rp 375.000,00/orang
Grade : Light Safe for everyone, including children. No formal skill necessary.

Comment

Discussion »

No topic yet
ButikTrip.com
remen-vintagephotography
×

...