TripTrus.Com - Bogor memang memiliki banyak tempat wisata yang bisa kamu eksplore, apalagi jarak Kota Hujan ini tidak jauh dengan ibukota. Berbicara tentang wisata Bogor, Curug memang menjadi primadona. Salah satunya yakni Curug Ciampea dan Green Lagoon.
Dua lokasi wisata di Bogor ini memang tak bisa dipisahkan, lokasinya sendiri berada di lereng barat laut Gunung Salak dengan alamat Desa Tapos I, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Mungkin banyak diantara kalian yang belum mengetahui, lokasi ini sebenarnya berdekatan dengan Curug Luhur, Curug Cipeuteuy, serta Curug Sawer.
View this post on InstagramIngatan tak seperti memory card yg bisa kita pilih bagian baik dan kita hapus bagian buruknya. Ingatan adalah rangkaian kenangan manis,asam,asin&pahit. Ikhlas kan karena itu konsekuensi atas pilihan2 kita di masa lalu, &sebagai cermin pembanding untuk lebih baik lagi di masa yg akan datang. #greenlagoon #greenlagoonbogor #halfunderwater #underwater #underwaterphotography #gopro #domeport #wisatabogor #curugbogor #indoflashlight #indoflashlightbogor #zonafotografi #keluarbentar #indotravellers #explorebogor #instagram #instagood #instapic #instalike #like4likes #like4follow #followforfollowback
A post shared by Deri Sukmagar E.P (@deri_sukmagar) onAug 1, 2018 at 7:38pm PDT
Dan yang menjadi terkenal salah satunya curug Ciampea yang akan kita bahas ini. Airnya super segar dan super bening di kolam sangat pas untuk dilakukan underwater photography. Kolam atau disebut juga dengan Green Lagoon ini memiliki kedalaman sekitar 3 meter. Anda bisa bebas melalukan freediving tanpa takut terantuk bebatuan di bawahnya.
Apalagi kesejukan airnya sudah bukan rahasia lagi. Airnya memang terlihat berwarna hijau, padahal ini hanyalah pantulan warna dari daun-daun yang berada di pohon sekitar lokasi. Green Lagoon sebenarnya adalah bongkahan lava membeku dari letusan Gunung Salak.
[Baca juga : "Spot Favorit Menikmati Keindahan Kota Bogor Dari Gunung Kapur Ciampea"]
Kalau ingin menyelam atau berkunjung ke sini, pastikan saat cuaca sedang bagus. Debit air akan normal dan arus air masih bisa terkendali. Namun jika datang saat cuaca buruk atau curah hujan tinggi, ada baiknya tidak melakukan penyelaman.
Ini karena ancaman air bah bisa saja muncul. Nah buat kalian yang ingin menyelam dan mendapatkan foto keren jangan lupa membawa kamera underwater kamu. Untuk harga tiket sendiri kalian akan dikenakan biaya sebesar Rp20.000. (Sumber: Artikel bogor.pojoksatu.id Foto rumahmimpi05.blogspot.com)
TripTrus.Com - Bogor, kota yang terletak di dataran tinggi ini dikelilingi oleh banyak pegunungan yang tampak indah. Bahkan, beberapa puncak pegunungannya menjadi spot terbaik untuk menikmati pemandangan Kota Bogor.
View this post on InstagramAppealing Travelling Photo by @wahyunina . . . π· by @rahmancosta92_ . . . πGunung Kapur, Ciampea, Bogor, Jawa Barat
A post shared by Explore Indonesia (@travellerindokece) onJan 22, 2018 at 7:06am PST
Salah satu pegunungan yang menjadi tempat favorit traveler kekinian untuk menikmati pemandangan Kota Bogor adalah Gunung Kapur Ciampea. Gunung Kapur sebenarnya adalah perbukitan karena di sini terdapat beberapa gua. Tetapi masyarakat kerap menyebutnya Gunung Kapur.
[Baca juga : "Bingung Tamasya Long Weekend? Coba Wisata Tembakau Di 2 Tempat Ini"]
Gunung Kapur memiliki beberapa puncak, yaitu Puncak Galau, Lalana, Batu Roti, dan Karang Gantung. Ketinggiannya yang kurang dari 500 MDOL membuat Gunung Kapur ramai dikunjungi. Traveler yang datang kebanyakan hanya untuk mengejar sunrise sambil menikmati keindahan Kota Bogor yang memesona.
Salah satu puncak favorit para traveler adalah Batu Roti. Ada dua pilihan untuk mencapai puncak ini, yaitu jalur landai yang agak lebih jauh dan terjal yang lebih singkat. Untuk melewati jalur terjal, Anda akan dihadapkan dengan kondisi jalan yang berbatu besar. Namun, sepanjang perjalanan Anda akan disuguhkan dengan pemandangan indah.
Berada di puncak, Anda jangan sampai melewatkan pemandangan sunrise. Ini merupakan momen yang paling dinantikan traveler. Biasanya traveler akan menginap di sini dan dapat menikmati matahari pertama di atas puncak. Jika cuaca cerah, cahaya matahari terlihat indah berlatarkan Gunung Pangrango dan Gunung Salak. (Sumber: Artikel inews.id Foto youtube.com)
TripTrus.Com - Wisata kekinian identik dengan lokasi yang mampu menyajikan pemandangan spektakuler bila direkam oleh kamera foto dan keren di media sosial. Apalagi kalau bukan merekam pemandangan dari suatu ketinggian yang ekstrem.
Karena itu, tidak mengherankan jika di Yogyakarta, wisatawan milenial selalu antre untuk bisa naik dan berfoto di sebuah gardu pandang. Tempat serupa mulai bermunculan, yang lama ikut berbenah dan langsung diserbu kalangan penyuka foto wisata.
[Baca juga : "Bingung Tamasya Long Weekend? Coba Wisata Tembakau Di 2 Tempat Ini"]
Salah satu area yang sekarang makin merebak di Instagram adalah kaki Gunung Sindoro dan Sumbing atau antara Wonosobo dan Temanggung. Gunung Sumbing dengan ketinggian 3.371 meter di atas permukaan laut (Mdpl) dan Sindoro 3.150 Mdpl yang terletak di Kabupaten Temanggung dan Wonosobo, Jawa Tengah ini, di balik kegagahannya tersembunyi keindahan yang menakjubkan. Di kaki kedua gunung itu tumbuh subur ribuan hektare ladang tembakau.
Keberadaan Gunung Sindoro dan Sumbing memang mendatangkan banyak fenomena alam yang luar biasa. Bila menjelang malam, maka daerah di kaki kedua gunung tersebut akan tertutup kabut. Dari jalan aspal utama sampai jalan batu ke perdesaan seperti diselimuti tabir putih yang dingin. Inilah saatnya untuk memainkan kamera merekam atau berfoto dengan situasi yang begitu misteri.
Persis di dekat gerbang perbatasan Kota Wonosobo–Temanggung, berdirilah Hotel Dieng Kledung Pass. Berada di jalur utama antarkabupaten sehingga sering dijadikan tempat singgah atau sering disebut sebagai Rest Area Kledung Pass Temanggung.
Hotel ini memiliki 32 kamar standar. Hebatnya, setiap kamar memiliki teras yang bisa dijadikan gardu pandang. Untuk kamar bagian belakang hotel, setiap tamu bisa melihat dengan jelas Gunung Sindoro serta hamparan ladang tembakau.
Sementara deretan kamar bagian depan menjadi pos pandang bagi Gunung Sumbing di kejauhan. Karena dibatasi oleh jalan raya, untuk mendapatkan pemandangan Gunung Sumbing yang jelas, maka lebih asyik lagi kalau menyeberang lalu bersantai di Rest Area Kledung Pass. Di sini tempatnya terbuka dan langsung berada di kaki gunung. Dari tempat ini, desa terjauh dekat puncak gunung bisa terlihat dengan jelas.
Di area ini, bila sudah puas berfoto maka bisa dilanjutkan dengan menikmati minuman kopi serta makanan kecil yang dijual di kedai kopi seputar rest area.
Menunggu Fajar
View this post on Instagramπππmung hiburane cah ndeso kokπππ #sunrise #sunriseposong #temanggung #temanggunghits
A post shared by fian_ (@fian_guwex) onJun 25, 2018 at 4:35am PDT
Jika kebetulan wisatawan tengah bermalam di Hotel Dieng Kledung Pass Wonosobo, jangan lewatkan juga untuk mengejar terbitnya matahari. Tempat yang dituju adalah Posong, Desa Tlahab, Temanggung. Ini adalah area perkebunan tembakau milik rakyat yang jaraknya hanya 10 menit dari hotel.
Posong merupakan sebuah lokasi persis di kaki Gunung Sindoro. Di tempat itu terdapat beberapa gardu pandang untuk menunggu matahari terbit dari balik Gunung Sumbing. Untuk mencegat sang fajar, pengunjung harus sudah berada di sana sejak jam 4 pagi.
Dari gerbang tiket menuju area gardu pandang memerlukan waktu sekitar setengah jam. Melewati jalan berbatu yang menanjak, membelah perkebunan tembakau dan kopi. Bila tiba saat panen tembakau, pengunjung dilarang menggunakan kendaraan roda empat karena akan mengganggu pergerakan kendaraan para petani.
Dari pinggir jalan raya, pengunjung bisa menggunakan ojek dengan tarif 15 ribu rupiah. Sampai di pos pengamatan, angin gunung yang kencang langsung menyambut, semakin membekukan udara di musim kering yang berkepanjangan ini.
Ada empat area pandang, beberapa di antaranya dikenakan tiket masuk lagi karena gardu pandangnya dibuat kekinian, seperti altar kayu yang keren bila difoto. Sekitar pukul 05.30 WIB semua mata memandang ke arah Gunung Sumbing, perlahan-lahan matahari pagi muncul dari balik Gunung Sumbing.
Segera saja bayangan siluet gigir gunung yang memanjang, membelah perkebunan dan memantulkan sinar emas dari matahari. Inilah saatnya mengoperasikan penuh alat fotografi. Saling memotret atau selfie terus berjalan. Memanfaatkan berbagai sudut gardu pandang dengan latar belakang sinar matahari yang lembut.
Adalah Zunianto, pemuda dari Desa Tlahab yang pada 2007 bekerja di hotel dan menjadi guide bagi tamu hotel yang berkunjung ke Borobudur sampai Dieng. Menurutnya, yang banyak dicari wisatawan adalah sunrise, seperti di Bukit Situmbu dekat Borobudur dan beberapa lokasi di kawasan Dieng.
Setiap pulang ke rumah setelah subuh, Zunianto selalu berhenti di sekitar pom bensin Kecamatan Kledung, Temanggung. Di dataran tinggi Kledung ini, dirinya melihat sunrise yang indah dan selalu mengabadikan sunrise tersebut dengan kameranya.
Dirinya mulai tergoda untuk mencari lokasi sunrise yang ideal dan berhasil menemukan area Posong. Lewat pendekatan dengan pihak pemda, akhirnya area Posong dibangun menjadi area titik pandang sunrise yang berkembang menjadi badan usaha milik desa (BUMDes), Desa Tlahab.
Kini, di area tersebut banyak dibuka warung kopi dan makanan yang membuat para pengunjung semakin betah. Tiket masuk ke area ini 10.000 rupiah per orang.
Waduk Mini Embung Kledung View this post on InstagramNiliki ingon-ingon ππ . . π Embung Kledung, Temanggung π· @ardhimo_ongsukoco . #embungkledung #embungkledungtemanggung #temanggunghits #beautifulview #beautifuldestination #viewgunungsumbing
A post shared by Maya Kartika (@tikaa_may) onOct 15, 2018 at 7:28am PDT
Puas menikmati sang fajar di Posong, jangan langsung kembali ke hotel, tapi habiskan waktu untuk kembali memandang keindahan Gunung Sindoro dan Sumbing dari lokasi yang berbeda. Kali ini ke Embung Kledung yang berada di lereng Gunung Sindoro.
Embung Kledung merupakan waduk mini yang dibangun di lereng Gunung Sindoro bagian selatan. Tepatnya di Desa Kledung, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, dengan ukuran seluas 83 meter x 83 meter. Ini adalah embung buatan yang dibuat pada 2010. Embung yang berada di atas lahan bekas perkebunan tembakau seluas empat hektare ini dibangun dengan menggunakan dana hasil cukai tembakau pada 2010.
Embung ini dibangun dengan tujuan mengatasi kesulitan air pada musim kemarau dan pengembangan kawasan wisata baru.
Daya tarik yang ditawarkan oleh objek wisata ini adalah pemandangan waduk mini dengan latar Gunung Sindoro dan melihat keindahan Gunung Sumbing dari kawasan perbukitan. Kembali, setiap sisi embung menjadi gardu pandang untuk memandang ke arah gunung yang disukai.
Di kawasan ini juga terdapat kebun teh yang cukup luas serta tanaman sayuran dan holtikultura serta tanaman tembakau.
Untuk ke Embung Kledung bukan soal yang sulit. Kalau dari Jogja (Yogyakarta) ambil rute menuju Wonosobo melewati Temanggung dan Parakan. Dari Parakan langsung menuju Desa Kledung. Di sana cukup bertanya dengan penduduk setempat, atau membaca papan petunjuk yang ada di pinggir jalan. Setiap pengunjung dikenakan tiket masuk sebesar 3.000 rupiah per orang.
Kopi Tembakau
View this post on InstagramArabika Cigarillo Gelanggu Pohon kopi di Lereng Gunung ini tak hidup sendiri, mereka hidup sama sama dengan tanaman yang lain, utamanya tanaman hortikultur dataran tinggi. Bisa sayur bisa tembakau. Tembakau, seperti yang ditahu, tak bisa ditanam sepanjang tahun. Harus nunggu musim kemarau, yang hanya terjadi setahun sekali itu. Biasanya pada caturwulan di tengah-tengah. Saat musim kemarau yang kemlentheng itu, dan saat dingin di dataran tinggi bisa sampai mengkristalkan embun-embun pagi di dedaunan, kalau masa nya bebarengan dengan masa matang ceri ceri kopi merah, maka bisa migrasi itu karakter tembakau ke kopi. Hal ini yang mendasari nama 'Cigarillo', karena tanaman sela yang ditandur itu memanglah tembakau, Sang Nicotiana Tabacum. Sedangkan 'Gelanggu' adalah singkatan dari 'Gelangan Gunung', tempat kopinya diproses. Semoga kehadiran Arabika Cigarillo Gelanggu ini bisa semakin nambah warna warna majemuk kopi Nuswantara yang eksotis. Nuswantara, begitu nulisnya dalam Bahasa Krama Inggil di Pustaka Babad Kedu. Seru ya ? Tak hanya kopi, namu juga merasuk sampai sejarah. Nilai nilai kopi memang tak berhenti dalam tegukan saja. Juga sosial dan budayanya. Kita sedia stok Red Honey, Natural, dan Fullwash Arabika satu ini. Silahkan kontak nomor bersangkutan di atas kalau mau pinarak, juga, kalau penasaran sama si Cigarillo Gelanggu. #kopi #coffee #arabika #arabica #kopijawa #javacoffee #sindoro #sumbing #sindorosumbing #kopitemanggung #temanggungcoffee #roasteryhouse #roastery #rumahkopi #kedaikopi #warungkopi #kopiindonesia #indonesiancoffee #kopinusantara #nusantaracoffee #kopitembakau
A post shared by java.tobacco (@java.tobacco) onDec 14, 2016 at 3:52am PST
Ketika matahari pagi mulai utuh bersinar, itulah saat yang pas untuk ngopi. Apalagi berada di tengah perkebunan tembakau dan kopi. Di Posong, Temanggung, ada kafe yang menjadi gardu pandang sekaligus menjual kopi dari hasil perkebunan sekitar.
Adalah Tuhar (51) warga Dusun Tlahab, temanggung yang menekuni kopi khas daerah tersebut. Yang menarik, di daerah Temanggung bisa dikatakan tembakaulah yang masih menjadi komoditas utamanya. Di sisi lain, kota ini sebenarnya penyuplai kopi di Jawa Tengah. Hampir 60 persen kopi di Jawa Tengah berasal dari kota ini. Kualitas kopi Temanggung sendiri sekarang sudah mulai dikenal dunia.
Di sekitaran Dusun Tlahap, Kabupaten Temanggung, pohon kopi ini ditanam. Secara geografis, ini dataran yang sangat tinggi, lebih kurang sekitar 1.600 Mdpl. Curah hujan di Posong juga cukup tinggi. Makanya, kesuburan tanah tidak perlu diragukan lagi. Tanaman di sekitaran Posong tumbuh produktif, subur, hijau, dan sejuk.
Kopi posong ini bitter-nya cukup menonjol, tajam, dan keras. Kopi ini merupakan varietas Catimor, hasil persilangan antara jenis Robusta dan Arabika. Untuk masalah aroma, banyak yang menyebutkan kopi Posong memiliki karakteristik “Tobacco acidity”. Menurut Tuhar, Temanggung dan Wonosobo adalah daerah di mana pohon-pohon tembakau tumbuh subur dan mendominasi tanah perkebunan.
“Jika pohon kopi ditanam dekat pohon tembakau, atau tanah bekas pohon tembakau, maka hasil akhirnya akan muncul aroma tembakau. Karakteristik tembakaunya cukup kuat,” kata Tuhar.
Di antara kesejukan udara pegunungan, Tuhar meracik kopi posong untuk jenis original, segera saja uap kopi menyebarkan aroma yang berbaur dengan harumnya tembakau. (Sumber: Artikel koran-jakarta.com Foto bppkad.temanggungkab.go.id)
TripTrus.Com - Selama ini tembakau diketahui sebagai bahan utama pembuat rokok. Tidak heran bila banyak orang yang berpandangan negatif terhadap tanaman tersebut, karena rokok dapat menyebabkan berbagai penyakit. Akan tetapi, lebih dari itu, tembakau sebenarnya memiliki banyak manfaat.
[Baca juga : "Peunayong, Kampung Pecinan Di Aceh Yang Berbenah"]
Tembakau sering digunakan dalam bidang medis untuk mengobati penyakit tertentu. Sebut saja penyakit kulit, sakit gigi, gigitan serangga, ular berbisa, pilek, dan pasta gigi. Oleh karenanya, penting bagi masyarakat untuk mengetahui manfaat tembakau. Dengan begitu tanaman tersebut bisa diolah lebih positif.
Apabila Anda ingin mencari tahu lebih lanjut tentang tembakau, Anda bisa mengunjungi objek wisata yang berkaitan dengan tanaman tersebut. Berikut tempat wisata tembakau yang telah Okezone rangkum:
1. Wisata Kebun Tembakau, Jember
View this post on InstagramMenurut sejarah tembakau produksi Jember memilki kualitas tinggi sehingga tidak kalah dari tembakau Amerika bahkan Kuba sekalipun. Sejak dahulu tembakau produksi Jember ini diekspor ke Jerman. Bahan baku yang diekspor tersebut digunakan sebagai bahan pembalut, pengikat, hingga sebagai pengisi bagian dalam dari cerutu berkualitas tinggi. _______________________________________________ Lokasi Foto Ambulu Jember Taken By @nikonindonesia D3300 Nyawah Bareng @yovi_prasetyo _______________________________________________ #dunphomalang #malangrayalandscaper #ci_malang #instamalang #geomalang #natgeo #nature #sawah #tembakau #jember #jemberpunya #jemberbanget #explorejember #pesonajember #tembakaujember #mbonglembongjember #fyi #indophoto_landscape #indonesia_photography #iamindonesia #nikonindonesia #d3300 #landscape #landscaperid #landscapelover #lanscape_captures #landscape_photography #daylight #pesonaindonesia
A post shared by Thohir Al Bahar (@thohir_albahar) onJul 17, 2018 at 4:17am PDT
Sejak zaman penjajahan, Jember sudah menjadi salah satu daerah penghasil tembakau. Perkebunan tembakau pertama kali didirikan oleh George Bernie di Jenggawah. Saat itu tembakau yang ditanam adalah BNO (Besuki Na Oogst). Pada 1996 usaha perkebunan tembakau semakin maju dan tanaman itu seakan menjadi ikon kota Jember.
Saat ini, daun tembakau dari hasil PT Perkebunan Nusantara X menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Bahkan tembakau dari kebun tersebut telah diekspor hingga ke Eropa. Di Kota Tembakau itu masyarakat bisa mengunjungi perkebunan tembakau untuk melihat secara langsung rupa daun tersebut.
2. Museum Tembakau, Jember
View this post on InstagramYuk selagi masih libur sekolah, sempatkan berkunjung ke @museumtembakau π . Satu-satunya museum tembakau di dunia, siapapun pasti betah dan mendapatkan ilmu yang tak terkira. Terima kasih bapak @sunitonito yg dg ramah menyambut kita, memberikan penjelasan yg menarik dan menyediakan video tentang tembakau. Ternyata asap rokok bisa dijadikan obat lho. Berkesan sekali pengalaman hari ini. Tiap sudut museum ini patut diabadikan dan menakjubkan. Dijamin betah dan nyaman di dalamnya. Besok2 pasti akan kembali lagi ke sana. Oia, di dalamnya jg ada perpustakaan lho,, it's so much fun #museumtembakau #lembagatembakau #tembakau #jember #museumtembakaujember #banggajadiwargajember
A post shared by @ niafia11 onJul 1, 2018 at 11:39pm PDT
Selain terkenal dengan perkebunan tembakaunya, di Jember juga terdapat Museum Tembakau. Museum ini dikelola oleh UPT Pengujian Sertifikasi Mutu Barang dan Lembaga Tembakau (PSMB-LT) Jember sejak 2014.
Museum ini terletak di Jalan Kalimantan No.1, Jember, Jawa Timur dan buka setiap hari Senin - Jumat. Tak hanya untuk sekadar memamerkan jenis-jenis tembakau, museum ini juga diperuntukkan menguji kualitas tembakau agar menjadi komoditas unggulan.
Museum Tembakau ini terdiri dari dua lantai. Lantai pertama berisi koleksi daun tembakau jenis VO (Voor-Oogst) dan NO (Na-Oogst) yang telah dikeringkan, koleksi alat-alat pembuat rokok atau cerutu kuno, mesin ketik, serta berbagai perlengkapan yang digunakan oleh petani.
Lalu ada pameran yang memperlihatkan bila tembakau bisa dijadikan sebagai bahan baku pembuatan parfum, antibiotik, pestisida, pupuk, sabun, dan kosmetik. Sedangkan di lantai dua merupakan perpustakaan yang berisi informasi lebih lanjut mengenai tembakau. (Sumber: Artikel okezone.com Foto sunsetonbali.blogspot.com)
TripTrus.Com - Di Aceh daerah yang berjuluk “Serambi Mekah” ini , ternyata ada juga kampung Pecinan. Ini menunjukan kalau masyarakat Aceh juga toleran. Kampung Cina alias Pecinan di Aceh terdapat di kawasan Peunayong.
Begitu memasuki jalan Panglima Polem, kita akan menemukan Vihara Dharma Bhakti, tengara tempat ibadah warga etnis Tionghoa.
View this post on InstagramCliché
A post shared by Rei (@rraishagebrina) onMar 24, 2018 at 11:04pm PDT
Di kawasan yang terletak di pinggir Krueng, Aceh, hidup beragam etnis dengan berbagai agama dan kepercayaan. Di Peunayong, selain Vihara Dharma Bhakti, juga ada Vihara Buddha Sakyamuni, Vihara Maitri, dan Vihara Dewi Samudera.
[Baca juga : "Mirip Gunung Fuji, Waduk Embung Kledung Tereksotis Di Temanggung"]
Ketiga vihara ini berdampingan dengan Gereja Protestan Indonesia bagian Barat. Di dekatnya lagi ada Gereja Methodist. Lalu, tak jauh dari situ, di ujung Jalan Panglima Polem, berdiri megah sebuah masjid. "Toleransi dalam ibadah di Peunayong ini sangat baik. Satu sama lain saling menghargai,” ujar Kho Khie Siong, salah satu tokoh Tionghoa, beberapa waktu lalu.
Konon, menurut sejarah hubungan antara Aceh dan Cina sudah terjalin sejak abad ke-17 Masehi. Para pedagang Cina datang silih berganti ke Aceh. ”Mereka tinggal di perkampungan Cina dekat pelabuhan,” papar Kho Khie Siong.
Kawasan ini, lanjutnya, dikenal dengan nama Peunayong. Kata Peunayong sendiri berarti memayungi atau melindungi. Dalam sejarah disebutkan, di kawasan inilah penguasa Aceh Sultan Iskandar Muda memberikan perlindungan dan menjamu tamu kerajaan yang datang darei Eropa dan Cina.
Warga Cina yang tinggal di Banda Aceh merupakan generasi ke-4 atau ke-5. Merupakan suku Khek, yang berasal dari Provinsi Kwantung, Cina. Mereka belum bercampur dengan suku Kong Hu Cu, Hai Nan, dan HokKian.
"Warga Cina paling banyak tinggal di Peunayong," pungkas pria yang akrab disapa Aky ini. (Sumber: Artikel hindochinatown.com Foto tribunnews.com)
TripTrus.Com - Travelling ke Temanggung, belum lengkap tanpa mengeksplor keindahan Gunung Kembar Sindoro dan Sumbing. Dua gunung ini menjadi ikon Temanggung yang memiliki pesona tersendiri.
Karena berada di lereng gunung, Temanggung memiliki cuaca sejuk. Sama halnya Wonosobo, Temanggung juga memiliki objek wisata yang bernuansa alam, sunrise dan sunset yang menjadi andalannya.
View this post on InstagramRepost from @thisisindonesia | . . Embung Kledung, Kab. Temanggung, Jawa Tengah (Central Java) . Photo by @mas_saptanugraha . . #embungkledung #temanggung #jawatengah #centraljava #wonderfulindonesia #beautifulplaces #beautifulview #indonesiantravel #indonesianature #beautifulscenery #tourism #travel #paris #london #tokyo
A post shared by Zoeeeeeenak (@zoeeeeeenak) onOct 7, 2018 at 2:03am PDT
Tetapi, jika Anda berada di bagian selatan Gunung Sindoro, akan melihat keindahan waduk mini atau kolam raksasa Embung Kledung. Dengan layar belakang Gunung Sindoro, Anda akan melihat pemandangan yang mirip Gunung Fuji di Jepang.
Embung Kledung dibangun dengan tujuan mengatasi kesulitan air pada musim kemarau dan pengembangan kawasan wisata baru.
[Baca juga : "Perkebunan Teh Malasari Bogor, Spot Wisata Eksotis Peninggalan Belanda"]
Daya tarik yang ditawarkan objek wisata ini adalah pemandangan waduk mini dengan latar Gunung Sindoro sambil melihat keindahan Gunung Sumbing dari kawasan perbukitan.
Di Embung tersebut, traveler akan disuguhkan dengan pemandangan indah. Saat berada di sana, Anda akan merasa seperti di luar negeri. Suasananya yang dingin ditambah dengan pemandangan hijau paling digemari wisatawan. Jika ingin berkunjug ke tempat ini disarankan untuk datang pada pagi atau sore hari karena udaranya sejuk. (Sumber: Artikel inews.id Foto travel.detik.com)
TripTrus.Com - Wisata ke Bogor menikmati keindahan alam, belum lengkap tanpa mengunjungi perkebunan teh Malasari yang berada di Desa Wisata Malasari, Bogor, Jawa Barat. Perkebunan teh ini tak hanya menyajikan keindahan landmark nan hijau, tetapi juga memiliki keunikan tersendiri dari bentuk perkebunannya.
View this post on InstagramView keren dari perkebunan teh malasari dan liat indahnya gunung salak dan gunung gede pangrango dalan satu frame ketika matahari sedang terbit. Hamparan kebun teh hijau dan pemandangan di baliknya yang sangat luar biasaπ. π Referensi Foto : (@abee_aries), (@s.annwar) π Partner : @indoflashlight Lokasi.π Perkebunan Teh malasari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Indonesia. || #indoflashlight #indoflashlightjabar #indoflashlightbogor #bogor #jawabarat #indonesia #kemenpar #perkebunantehmalasari
A post shared by Indoflashlightbogor (@indoflashlightbogor) onOct 3, 2018 at 3:31pm PDT
Bentuknya yang mirip terasering dan tertata rapi merupakan peninggalan leluhur penduduk Malasari dan pemerintah kolonial Belanda. Tak heran jika, traveler yang memilih berwisata ke perkebunan ini akan takjub dengan eksotismenya. Destinasi wisata ini menjadi spot paling diincar traveler milenial.
Ada banyak spot keren untuk traveler berswafoto. Mulai dari hamparan hijau perkebunan teh, hingga kemegahan Gunung Salak dan Gunung Gede. Berada di dataran tinggi perkebunan teh ini, Anda dapat menikmati dua gunung fenomenal ini di Bogor.
[Baca juga : "Beginilah Kisah Kawasan Pecinan Temanggung"]
Karena perkebunan teh ini termasuk peninggalan Belanda, tidak heran jika di sana Anda juga akan menemukan beberapa peninghalan yang cukup tua seperti Pendopo Boepati 1947. Pendopo ini merupakan cikal bakal Pemerintahan Kabupaten Bogor.
Desa Wisata Malasari merupakan jantungnya Halimun, merupakan desa yang memiliki kekayaan biodiversitas tertinggi di Pulau Jawa. Untuk mencapai perkebunan teh Malasari, traveler harus melewati Gerbang Taman Nasional Halimun. Anda harus berhati-hati, sebab jalan untuk menuju ke sini agak berbatu dan berkelok. Tetapi juga sudah berada di perkebunan, akan terbayar dengan pemandangan kebun teh yang memesona. (Sumber: Artikel inews.id Foto vakansinesia.com)
TripTrus.Com - Indonesia merupakan salah satu negara yang disebut sebut memiliki tingkat toleransi tinggi. Betapa tidak, hampir di seluruh kota/kabupaten dari Sabang sampai Merauke terdapat berbagai etnis yang hidup berdampingan secara damai dengan masyarakat pribumi. Tak terkecuali etnis Tionghoa.
Ratusan tahun sudah mereka bermukim di bumi pertiwi dan hidup berdampingan secara rukun dengan masyarakat pribumi. Berbagai sendi kehidupan mulai perekonomian hingga kebudayaan menjadi hal yang tak dapat lagi dipisahkan dari kedua belah pihak.
Sejarah panjang tersebut tampaknya masih membekas sampai detik ini. Berbagai bangunan bergaya oriental masih dapat kita jumpai di seluruh tempat. Masyarakat biasa menyebutnya dengan istilah “Pecinan”. Khusus di Kabupaten Temanggung, komplek Pecinan masih dapat dijumpai di Kecamatan Parakan, wilayah yang disinyalir menjadi pusat aktifitas etnis Tionghoa kala itu.
[Baca juga : "Kopi Aren Organik Sumut Jadi Kawasan Agro Wisata"]
Tembok-tembok tua nan kokoh lengkap dengan jendela serta daun pintu berbahan kayu berwarna memudar menjadi penanda jejak sejarah bahwa mereka telah lama menyatu dengan penduduk setempat.
Sejarah menyebut, pada tahun 1700 ada beberapa pendatang yang membuat bangunan rumah tinggal dengan gaya arsitektur Cina di pemukiman tersebut. Mulai dari Siek Kian Ing pada tahun 1700, Tiong Tiam Tjing (1703), Go Hong Ging (1790) dan Seik Siang I (1793). Ada pula rumah keluarga Lie yang dibangun pada tahun 1870 dan sekarang ditempati oleh generasi ketujuh.
View this post on InstagramThey can imitate you, but they can't duplicate you Coz you got something spesial -dessert,dawin- ----------------------------- π‘ Rumah keluarga Li, atau dulu disebut rumah OBL temanggung π· xiaomi redmi2 by @sthopesofia #jelajahsejarah #rumahobl #exploretemanggung #kotatoeamagelang #komunitasktm #explorejateng #hijabtraveller #mytripwithhijab #capgomeh #jelajahpecinantemanggung #pecinantemanggung
A post shared by Rahma Setiani, SIP (@setianirahma) onFeb 28, 2016 at 6:12pm PST
“Di kawasan Pecinan Parakan juga terdapat sebuah rumah milik etnis Tionghoa yang kami anggap sebagai situs istimewa dan masuk ke dalam inventarisasi Kota Pusaka di Temanggung. Selain bentuk fisik bangunan yang masih asli, tempat yang telah berusia lebih dari dua abad ini juga pernah dikunjungi oleh keturunan dinasti asal Tiongkok langsung,” beber Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Temanggung, Woro Andijani.
Terpisah, Lidya Samsetyagraha, salah seorang warga keturunan bahkan memberikan bukti nyata lain bahwa selama ini telah terjadi akulturasi kebudayaan asli Tiongkok dengan masyarakat setempat. Seperti tercermin pada sajian kuliner yang biasa terhidang saat perayaan Imlek di banyak lokasi.
Yakni lontong cap go meh. Sebenarnya di dalam tatanan budaya masyarakat Tionghoa sendiri, makanan ini sama sekali tidak ada. Akan tetapi justru menjadi salah satu sajian khas pada rangkaian perayaan cap go meh oleh warga keturunan yang tinggal di Indonesia.
“Makanan ini merupakan bukti nyata adanya asimilasi dengan kebudayaan lokal sekaligus kesetaraan kami yang telah membumi layaknya penduduk lain di negara ini,” pungkasnya. (Sumber: Artikel merdeka.com Foto Klenteng Kong Ling Bio)
TripTrus.Com - Sumatera Utara (Sumut) menawarkan destinasi wisata baru: Agro Wisata. Objek wisata ini berada dilintas kota Berastagi Tanah Karo. Kawasan ini memang layak menjadi agro wisata, mengingat sarana dan prasarananya sangat komplet, lengkap bahkan memuaskan berada di kawasan ini.
Mulai dari pembibitan kopi, kebun kopi, pengolahan (pengeringan sampai produksi bahan jadi), begitu juga dengan Aren, mulai dari pembibitannya, budidayanya (dikolaborasi dengan Kopi), pengolahan Air Nira jadi Gula Semut. “Juga perpaduan antara bubuk Kopi dan Gula aren Serbuk atau Gula Semut,” papar wirausahawan bidang pertanian dan pariwisata Sumut, Benson Kaban di Medan.
View this post on InstagramMusim hujan memang berperan cukup penting dalam menghasilkan ceri kopi yang akan berbuah. Tapi jika musim hujan datang bersamaan di saat musim panen, maka itu juga berarti ancaman bagi ceri kopi yang sedang matang. Curah hujan yang tinggi bisa membuat ceri kopi berguguran ke tanah. #tanahkaro #karohighland #kopikaro #berastagi #kabanjahe #jumakacihe by: πΈ @jangkung__mjl
A post shared by Juma Kacihe (@jumakacihe) onOct 8, 2018 at 6:13am PDT
Dijelasan, kawasan Agro Industri sekaligus menjadi destinasi wisata baru di Kota Berastagi, posisi lokasi sangat strategis, dekat dengan Peternakan Sapi dan produksi Susu Segar Berastagi, Pabrik Produksi Markisa Dewi Berastagi, Pagoda tertinggi se-Asia Tenggara. Juga ada pusat Jajanan Peceren, Kampus Quality, hotel berbintang (Sibayak, Micky Holiday, Sinabung, Mutiara, Green Ori, Horison) dan kota Berastagi, juga hanya berjarak sekitar 15 Km dari kota Kabupaten, Kota Kabanjahe dan sekitar 60 Km dari Ibu kota Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan.[Baca juga : "Sensasi Perpaduan Kopi, Kuliner, Dan Wisata Merapi"]
“Industri Kopi Aren tersebut merupakan industri organik, tanpa bahan kimia. Proses yang diterapkan adalah proses alami yang dipadu dengan sentuhan teknologi modern. Hal tersebut akan sangat baik sebagai produk wisata edukasi, khususnya kepada anak usia dini dan anak usia pendidikan dasar,” tandasnya.
Lokasi agrowisata akan menempah mentalnya untuk lebih mencintai lingkungan hidup, punya kesadaran dalam hal pelestarian alam dan menggunakan dan mengkonsumsi produk organik, dalam hal ini khusus tentang Gula yang sehat, mengingat situasi terkini produk industri makanan anak-anak sangat banyak mengandung pemanis buatan atau bahan kimia. Tidak tertutup kemungkinan Kolaborasi Kopi Aren akan memproduksi Permen “kopi Aren” yang baik dikonsumsi anak-anak.
“Dilokasi tersebut juga akan dibangun satu Cafe bernama “Cafe Aren”. Di cafe tersebut akan ada menu mulai dari aren segar/Air Nira, Kopi Asli dan produk Kopi yang diseruput dengan Air Nira yang dipanaskan dan Juga produk Industri bubuk kopi dan serbuk Gula Aren yang sudah di mix,” ujarnya. Bangunan cafe tersebut di dominasi dari produk turunan Aren, mulai dari Atap, Tiang dan dinding, Lantai dan Peralatan lainnya seperti Meja dan Kursi termasuk dalam perlengkapan lainnya.“Terkait dengan pemasarannya, selain mengandalkan “market pleace” toko online dan publikasi media massa, tim pemasaran juga akan melakukan satu gerakan pemasaran yang digabung dengan semangat Pariwisata, dinamakan “aksi eksekusi lapangan,” sambungnya.
Sebagai catatan, tambah dia seperti dilansir laman Wartaekonomi.co.id, Kopi Aren masih sekedar nama Produk, sedangkan Merek Produk belum ditentukan hingga waktu agroindustri ini akan dimulai. (Sumber: Artikel-Foto bisniswisata.co.id)
TripTrus.Com - Ternyata ada keterkaitan antara kopi, kuliner, dan wisata. Buktinya, Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), melirik Kedai Kopi Merapi di Dusun Petung, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan.
Tak main-main memang, kedai kopi itu dijadikan potensi wisata kuliner yang prospektif di daerah tersebut karena diminati wisatawan mancanegara dan nusantara. "Kedai Kopi Merapi ini sangat potensial menjadi wisata kuliner minat khusus andalan di Kabupaten Sleman," ucap Kepala Dinas Pariwisata, Kabupaten Sleman, Sudarningsih, di Sleman, Jumat, 20 April 2018, dilansir Antara.
View this post on InstagramKopi adalah media . . #kedaikopimerapi #kopimerapi #jogja #bukantraveler #enjoythefreedom
A post shared by vanz (@van_iponkz) onJul 18, 2018 at 2:26am PDT
Menurutnya, Dinas Pariwisata berkomitmen untuk terus mempromosikan Kedai Kopi Merapi ini sebagai potensi wisata kuliner andalan di Kabupaten Sleman. "Wisatawan di lereng Merapi di kawasan Kaliurang maupun Lava Tour Cangkringan dapat menikmati kopi khas lereng Gunung Merapi di kedai ini setelah menikmati suasana alam dengan jip wisata Merapi," katanya.
[Baca juga : "Begini Kolaborasi Petani Kopi Robusta Dengan Dinas Pariwisata"]
Ia menjelaskan, saat ini Kopi Merapi sudah banyak dikenal di masyarakat luas baik lokal Sleman, DIY, luar daerah, hingga mancanegara. "Bahkan, saat ini, Bupati Sleman Sri Purnomo sedang mempromosikan kopi Merapi ini di Finlandia karena negara tersebut tertarik dengan rasa maupun keunikan kopi Merapi," katanya.
Pengelola Kedai Kopi Merapi, Sumijo mengatakan, saat ini, pengunjung di Kedai Kopi Merapi sudah mulai ramai didatangi berbagai kalangan. "Ada dari masyarakat biasa, pejabat, pengusaha, selebritas, dan kalangan artis banyak yang berkunjung ke sini," ujarnya.
Awal Mula Desa Wisata KopiRata-rata dalam satu bulan pengunjung di Kedai Kopi Merapi ini mencapai 10 ribu lebih. Sedangkan yang paling ramai biasanya pada akhir pekan dan musim liburan. "Kalau omzet per bulan bisa mencapai Rp 180 juta dari penjualan minuman kopi, bubuk kopi, berbagai makanan khas Merapi maupun suvenir," Sumijo memaparkan.
Awal mula kedai kopi berdiri, yakni dari usaha perkebunan kopi yang banyak digeluti masyarakat Dusun Petung sebelum erupsi Merapi pada 2010. "Dusun Petung awalnya memang disiapkan sebagai desa wisata kopi karena memang dusun ini ada kebun kopi. Kemudian, kami berinisiatif untuk mendirikan kedai kopi," katanya.
Rintisan Desa Wisata Petung sebelum sempat dibuka, kedai tersebut sudah ada terlebih dahulu sebelum terkena bencana erupsi Merapi 2010 yang menghancurkan bangunan kedai maupun kebun kopi di daerah ini.
"Setelah erupsi kami bersihkan semua. Baru dibuka lagi pada 2012. Seiring berjalannya waktu, Kopi Merapi semakin dikenal dan disukai masyarakat," ucapnya. Pengelola Kedai Kopi Merapi akan terus membuat inovasi-inovasi untuk menarik wisatawan. Satu di antaranya akan membuat destinasi wisata baru dengan konsep Wisata Edukasi Kopi.
Nantinya, wisatawan akan diajak melihat proses pembuatan kopi mulai dari budi daya, pengolahan hingga teknik penyeduhan kopi. "Nanti pengunjung bisa camping, outbound, dan tracking dengan tema kopi," katanya. (Sumber: Artikel-Foto liputan6.com)