TRIPTRUS - Di belantara hutan Gunung Boliyohuto, terdapat sekelompok orang yang hidup terpisah dengan masyarakat di kaki gunung itu. Mereka dijuluki sebagai Suku Polahi. Kabarnya, anggota Suku Polahi dahulu adalah pelarian dari Belanda yang menjajah Gorontalo di abad ke-17. Meski sudah ratusan tahun berlalu, tetapi mereka tetap tidak mau meninggalkan hutan. Suku Polahi pun menutup dirinya dari dunia luar. Mereka hidup berpindah-pindah di dalam hutan. Namun kini Suku Polahi berada di daerah Paguyaman, Suwawa, dan Sumalata di Gorontalo.
Karena hidup di hutan, Suku Polahi pun hidup dari apa yang dihasilkan hutan. Untuk itu, mereka hidup berpindah-pindah mencari lokasi tanah untuk bercocok tanam dan sumber air yang mudah dijangkau. Hutan belantara pun sudah seperti halaman depan rumah mereka. Pemerintah Gorontalo pernah mencoba memberikan rumah untuk merelokasi suku Polahi. Sembilan rumah layak huni (Mahayani) yang dibangun
di Desa Bina Jaya untuk ditempati kini malah terbengkalai karena menurut suku Polahi rumah itu tidak nyaman untuk dihuni.
Semua yang ada di hutan digunakan oleh suku Polahi untuk mendukung kehidupan mereka. Mereka bahkan tidak memercayai obat-obatan dari dokter, dan lebih memilih ramuan dari tumbuhan yang ada di hutan. Namun, sebagian kelompok suku Polahi mulai membuka diri mereka kepada dunia luar. Akibat maraknya pertambangan liar dan pencari rotan, para penambang dan pencari rotan yang beristirahat di hutan bisa menumpang menginap di rumah suku Polahi.
Sebagian suku Polahi juga mulai bercocok tanam dan memperdagangkan hasil kebun mereka setiap kali hari pasar. Para petambang juga yang mulai mengenalkan nilai uang kepada suku Polahi, dengan mempekerjakan mereka sebagai buruh angkut. Dengan uang yang diperoleh sebagai buruh angkut, suku Polahi bisa membeli makanan dan tidak hanya makanan yang dihasilkan oleh hutan. Suku Polahi yang dahulu dikenal tidak mengenakan busana, mulai mengenakan pakaian, bahkan kini beberapa orang telah memiliki telepon seluler.
Satu tradisi unik suku Polahi adalah mereka bisa menikah dengan anggota keluarga sendiri. Misalnya seorang anak laki-laki bisa saja menikahi adiknya, ataupun ibunya sendiri. Menurut mereka, tindakan inses itu adalah sesuatu yang wajar karena mereka hidup terisolir sehingga tidak banyak orang yang ada di suku mereka. Suku Polahi juga tidak memiliki agama tertentu. Mereka hanya mengenal alam dan percaya kepada alam.
Meski hidup dengan penuh keterbatasan dan kesederhanaan di dalam hutan, suku Polahi enggan tinggal dan hidup di tengah-tengah masyarakat. Namun demikian, ada sebagian kecil anggota suku Polahi yang hidup dengan berbaur dengan masyarakat. Sementara, yang lainnya tetap memilih berada di hutan karena nenek moyang mereka memperingati agar jangan pernah ada suku Polahi yang meninggalkan hutan, agar mereka tidak ditimpa bencana.
Photos & Sources taken from: Kompas.com, Indopos.co.id, Tribunnews.com